Hanya dengan berbekal karet dan dua kayu kecil sepanjang 10 sentimeter, anak-anak bisa memainkan permainan bernama Kete’ Karet, yang artinya menjepret karet. Memainkannnya cukup sederhana. Masing-masing pemain harus menembakkan dengan cara menjepretkan karet ke arah sasaran. Sasarannya adalah dua kayu kecil yang ditancapkan ke tanah. Di antara keduanya akan dibentangkan seutas karet dan di atas bentangan karet tersebut disusunkan karet-karet lainnya. Pemain harus menembak dengan senjata penjepret yang disebut Undas. Jika untaian karet yang digunakann untuk menjepret terdiri dari banyak untaian, disebut dengan Undas Besar. Sementara Undas Kecil hanya terdiri dari satu karet saja. Pemain yang berhasil menembakkan undas ke arah sasaran dan mampu menjatuhkan karet, berhak mendapatkannya. Jika karet-karet yang jatuh ke tanah masih bersentuhan dengan karet-karet di bentangan karet – disebut nyetrum –, maka si penjepret berhak atas karet-karet yang jatuh ters...
Setelah ritual pra-Erau selesai dilaksanakan, festival ini pun dapat diselenggarakan. Sultan akan membuka pesta rakyat yang sudah berusia lebih dari 700 tahun ini dengan ritual mendirikan ayu . Dalam ritual ini, sejumlah pusaka kesultanan disandingkan di Ruang Stinggil (Siti Hinggil), Keraton Kutai. Sesuai nama ritual ini, maka pusaka utama yang menjadi fokus ritual ini adalah Tiang Ayu. Yang disebut dengan Tiang Ayu adalah sebuah tombak pusaka yang disematkan sebuah kantung kain berwarna kuning. Tombak pusaka ini bernama Sangkok Piatu, tombak milik raja pertama Kutai, Aji Batara Agung Dewa Sakti. Di dalam kantung yang diikatkan padanya, terdapat beberapa kelengkapan ritual lain, yaitu tali juwita , kain cinde , janur kuning, daun sirih, dan buah pinang. Sebelum ritual dimulai, Tiang Ayu direbahkan menghadap ke arah singgasana Sultan. Pusaka ini diberi alas selembar kasur berwarna kuning dan dilapisi kain kuning bermotif merah yang disebut tapak liman...
Indung Indung Kepala Lindung Hujan Di Udik Di Sini Mendung Anak Siapa Pakai Kerudung Mata Melirik Kaki Kesandung La Haula Wala Kuwwatta Mata Melihat Seperti Buta Tiada Daya Tiada Upaya Melainkan Tuhan Yang Maha Esa Aduh Aduh Siti Aishah Mandi Di Kali Rambutnya Basah Tidak Sembahyang Tidak Puasa Di Dalam Kubur Mendapat Siksa Duduk Goyang Di Kusi Goyang Beduk Subuh Hampir Siang Bangunkan Ibu Suruh Sembahyang Jadilah Anak Yang Tersayang Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-daerah-kalimantan-timur.html
Bulan tarang bapagar bintang Langit menguning kaya di siang hari Nyaman baduduk nyaman baduaan Kada tarasa malam pang larut Bulan haji datanglah sudah Urang tatuha sudah baniatan Handak mangawinakan nang batunangan Si Aminah awan Si Adul Datanglah sudah datanglah jua Hari Ahad nang di tunggu Baharum harum kambang melati Kambang goyang diujung galung Pangantinya sudah basanding Duduk di palaminan adat banjar Adat urang tatuha bahari Kada tatinggal saumur hidup Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-daerah-kalimantan-timur.html
Lancang kuning lancang kuning seludang mayang seludang mayang Lancang kuning lancang kuning seludang mayang seludang mayang Bertolak petang berlayar malam di alam kelam Bertolak petang berlayar malam Berlayar malam di alam kelam Lancang kuning lancang lancang kuning Lancang lancang kuning Lancang seludang mayang Angin turut angin turut Layar mengembang layar mengembang Angin turut angin turut Layar mengembang layar mengembang Laut beralun berombak riak membanting lambung Laut beralun berombak riak membanting lambung mengayun-ayun Lautan beralun mengayun-ayun lautan beralun mengayun-ayun Sembah sujud sembah sujud Duduk bertelut duduk bertelut Sembah sujud sembah sujud Duduk bertelut duduk bertelut Jari sepuluh susun menyembah tunduk kepala Duduk bersimpuh tunduk membungkuk seikhlas hati mohon dimaafkan Serba kesalahan mohon dimaafkan serba kesalahan mohon dimaafkan Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-d...
Burung enggang si burung wali Apa kabar datang ke sini Singgah di ranting puhun wanyi Merana hidup terangguk-angguk Burung enggang si burung tari Bulu ditata disusun rapi Hilang bulu menderita bathin Di dalam hati urang ha’ marah Burung enggang enda’ nya mati Ranca’ merista di dalam hati Namun hilang jangan ha’ hilang si burung enggang Burung enggang enda’nya mati Ranca’ merista di dalam hati Namun hilang jangan ha’ hilang si burung enggang Oh burung enggang Mandi’ sampai hati melihat Namun punah mandi’lah jua Merista diri seumur hidup Burung enggang si burung tari Bulu ditata disusun rapi Hilang bulu menderita bathin Di dalam hati urang ha’ marah Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-daerah-kalimantan-timur.html
Oh adingkoh jebakena Tahi dia manduikan sungei, katining danum manampah atei mipen Tahi dia hasupa adingkoh sayang, biti benengkoh ije huyung hanyang Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-daerah-kalimantan-timur.html
Basurung ke ulu rantau tujuan Basunsung surut mangiring pasang Rantau tujuan lamin talunsur adidindang Kissarini kunun jadi susuran Lamin talungsur la nama rantaunya Nyadi susuran jaman ka jaman Adalah kunun ini kissanya adidindang Si Ayus mangail baulli kali Paulliannya lalu disalai Di atas salaian cadandak mati Jabakulisar manggalim buar Si Ayus galli tatawa galak Tapi apa kunun jadi akhirnya Turunla imbut cada takira Kampung talungsur kadasar sungai adidindang Yattu susuranya lamin talungsur Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-daerah-kalimantan-timur.html
Agama Buddha di Balikpapan mulai berkembang sejak tahun 1970-an, ketika itu seorang Upasaka Sogatta datang dari Samarinda mengenalkan tradisi puja (sembahyang) secara Agama Buddha, di Balikpapan. Pertama-tama kegiatan berlangsung dari rumah ke rumah. Bp. Simon & Ibu Simon sebagai salah satu yang tertarik dengan Agama Buddha, kemudian menyediakan rumahnya sebagai tempat Puja Bhakti pada waktu itu. Pada kelanjutannya, berdirilah sebuah vihara yang diberi nama: Dhammavihara (1970-an) yang terletak di Gunung Malang. Perkembangan Agama Buddha di Balikpapan terus berlanjut, hal ini ditandai dengan berdirinya beberapa vihara lain. Salah satunya adalah Vihara Buddha Manggala Jaya (1997). Vihara ini bernaung di bawah Yayasan Buddha Manggala Jaya dalam binaan Sangha Theravada Indonesia. Nama Vihara Buddha Manggala Jaya merupakan sebuah nama pemberian dari YM.Bhikkhu Jotidhammo Thera. Vihara ini berlokasi disebuah Ruko di Komplek Balikpapan Baru, dimana ruko pinjaman tersebut merupa...