Bahan-bahan Seikat asinan sawi (1 bonggol sawi) 1/4 kg rebung, potong korek, rebus sampai matang tiriskan 1 ons daging ayam, potong2 sesuai selera 6 siung bawang merah 3 siung bawang putih Cabe rawit secukupnya sesuai selera Cabe merah iris serong 1/2 sdt Saus tiram 1/2 sdt saus ikan secukupnya Masako Langkah Cuci bersih asinan sawi, peras, iris sesuai selera. Sisihkan...
Bahan-bahan 2 grm rebung yang sudah diiris 1/2 bks penyedap rasa 2 lmbr daun jeruk purut Bumbu diiris: 1 siung bawang putih 1 siung bawang merah 1 butir cabe merah keriting 5 biji cabe rawit Langkah Rebus rebung trlebih dahulu hingga lunak. Angkat tiriskan. Tumis bumbu yg sdh di iris, tambahkan sedikit air dan daun jeruk...
Bahan-bahan 6 buah terong hijau bulat 1 ikan asin peda 2 lembar daun salam 2 cm lengkuas digeprek secukupnya Kecap manis, sedikit Garam Bumbu iris : 6 siung bawang merah 4 siung bawang putih 5 cabai hijau besar 10 cabai rawit merah 1 buah tomat Langkah Cuci bersih terong, lalu belah jadi 6. rendam sebentar...
Bahan-bahan Bahan crust: 150 gram terigu protein rendah 1 sdt vanili 100 gram margarin/mentega beku 1 sdm gula pasir 1/2 btr kuning telur Bahan isian : 200 ml air (sy :175 ml) 180 gram susu kental manis (sy :150 gram) 15 gram maizena 1/4 sdt vanili 4 btr kuning telur (sy : 3 kuning telur) 2 sdm pasta pandan dari blenderan pandan dan suji Langkah ...
Bahan-bahan 13 butir telor puyuh secukupnya Bubuk cabe secukupnya Kaldu bubuk 5 sdm tepung tapioka secukupnya Air Tusuk sate Langkah Masukkan tepung tapioka kedalam mangkok beri air secukupnya aduk rata Panaskan teflonberi margarine sedikit diolesin lalu pecahkan telor puyuh lalu beri satu sendok lalu aduk rata beri bumbu masako n bubuk cabe lalu gulung pakai tusuk sate l...
Bahan-bahan 150 gram tepung sagu 2 sdm terigu 350 ml air 2 butir telur secukupnya garam secukupnya lada secukupnya minyak Isian :: Serundeng kelapa, Boncabe Langkah Siapkan wadah. Campur tepung sagu, terigu, air, garam, dan lada. Aduk rata. Di wadah lain, kocok telur dengan 7-8 sdm air. Sisihkan. ...
Lumpur Manis merupakan sebutan lumpur yang berasal dari Merauke, Papua yang dianggap sebagai pengobatan alami warisan turun temurun Orang Marind. Bukan sembarang lumpur, keberadaannya ditandai oleh masyarakat pada lokasi-lokasi dengan ciri-ciri tertentu. Cara mendapatkan lumpur manis hanya bisa di daerah rawa yang cukup luas dan yang paham lokasi paling tepat adalah perempuan. Lokasi paling bagus biasanya ditandai masih adanya batang pohon yang tertancap di tepian rawa. Lumpur tersebut dipercaya oleh leluhur Orang Marind untuk mengobati diare. meskipun dinamakan lumpur manis, rasanya tidaklah manis. Lumpur ini dalam bahasa lokal disebut ndave yang biasa ditemukan di kayu roboh. Tetapi, katanya, tak semua lumpur dekat kayu roboh mengandung lumpur manis ini. Masyarakat biasanya mengambil lumpur lalu bungkus dengan kulit kayu (orang Kampung Wasur sebut kayu bus), atau melaluica sp . Lumpur dibawa pulang ke kampung dan dijemur terlebih dahulu. Setelah kering, dipotong-pot...
Masjid ini terletak di Jl Hi Rafana, memiliki luas tanah 12.588 meter persegi. Luas bangunan mencapai 1.512 meter persegi. Masjid ini dapat menampung 200 jamaah. Ciri khas masjid ini adalah terdapat empat tiang kuning penyangga di dalam masjid. Masjid ini memiliki satu kubah besar yang didominasi warna putih dan kubah kecil yang berada di sekitarnya berwarna hijau. Masjid ini dibangun pada 1505. Ketika itu, Islam disebarkan oleh imam besar Habib Rafana yang kini diabadikan sebagai nama jalan menuju masjid tersebut. Makamnya terletak di atas bukit Pulau Saonek, Raja Ampat. Dia dikuburkan bersama istri-istrinya dan kucing peliharaan kesayangannya Sumber : https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/12/05/p0hdzj313-3-masjid-bersejarah-di-tanah-papua
Fort Du Bus merupakan benteng pertama pasukan Hindia Belanda yang berdiri di Papua. Berdiri pada 24 Agustus 1828. Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di Papua. Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies. Meskipun daerah Papua sudah sejak tahun 1823 dianggap oleh pemerintah Belanda sebagai bagian dan tanah jajahan Belanda di Kepulauan Nusantara, kekuasaan pemerintah jajahan itu baru sungguh-sungguh terwujud di Papua pada akhir abad ke-l9. Segera setelah pendirian benteng pertama ini, hubungan antara pihak Belanda dan penduduk pribumi ditentukan dalam surat-surat perjanjian. Surat perjanjian ini ditandatangani oleh Raja Namatote, Kasa (Raja Lokajihia), Lutu (Orang Kaya di Lobo, Mewara dan Sendawan). Mereka diangkat sebagai kepala di daerah masing-masing oleh Belanda dengan diberi surat pengangkatan sebagai kepala daerah, berikut tongkat kekuasaan berkepala perak. S...