Baju Bodo (Baju Adat Wanita Suku Bugis) Baju Bodo merupakan pakaian tradisional perempuan suku Bugis Makassar, Sulawesi, dan Bugis Pagatan, Kalimantan, Indonesia. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia. Melihat bentuknya, baju Bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Sehelai sarung menutupi pinggang hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), memperlihatkan leluk-lekuk bagian tubuh. Menurut adat Bugis, warna baju Bodo yang dikenakan akan menunjukan usia dan martabat si pemakainya. Baju Bodo ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi kini, baju Bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari tarian tradisional Sulawesi Selatan atau menyambut tamu agung yang datang. https://www.silontong.com/2018/10/14/pakaian-adat-tradisional-sulawesi-selatan/
Jas Tutu (Baju Adat Pria Suku Bugis) Nah, jika pakaian adat wanita disebut dengan baju Bodo, maka pakaian adat yang dikenakan oleh kaum pria disebut dengan Jas Tutu. Dakam mengenaikan pakaian adat ini, juga mengenakan pasangannya celana atau Paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala berupa songkok. Sekilas bentuknya, Jas Tutu bentuknya lengan panjang, leher berkerah serta diberi kancing yang terbuat dari sepuhan emas atau perak dan dipasang pada leher baju. Sementara, kain Lipa Sabbe atau Lipa Garusuk tampak polos tetapi berwarna mencolok, seperti merah dan hijau. https://www.silontong.com/2018/10/14/pakaian-adat-tradisional-sulawesi-selatan/
Mappanretasi’ berarti memberi makan laut, namun beberapa tokoh mengartikannya sebagai suatu kegiatan yang bersifat ritual dan dilaksanakan secara adat oleh sekelompok masyarakat nelayan bersama pemerintah setempat dengan cara memberikan berbagai macam makanan atau sesajen di laut. Mappanretasi’ telah dilaksanakan sejak abad ke-19 M, pada masa berdirinya Kerajaan Pagatan. Pelaksanaan upacara ini merupakan wujud rasa syukur para nelayan suku Bugis Pagatan kepada Tuhan atas hasil laut yang diberikan. Tradisi ini diselnggarakan setiap tahun pada bulan April, minggu ketiga atau keempat, karena pada bulan tersebut terjadi pergantian musim dari musim barat ke musim tenggara. Dalam pelaksanaannya, mappanretasi’ dipimpin oleh dua orang sandro (dukun), sandro laki-laki dan sandro perempuan. Sandro perempuan biasanya mempersiapkan berbagai sarana dan sesaji untuk dilarung di laut pada acara puncak upacara mappanretasi’, sedangkan sandro laki-laki bertugas memimp...
Badik Luwu Senjata tradisional Sulawesi Selatan yang bernama Badik Luwu ini berasal dari budaya masyarakat daerah kabupaten Luwu di masa silam. Yang membedakan dengan Badik lain adalah bentuknya membungkuk seperti bungkuk kerbau (mabbukku tedong). Bilahnya lurus dan meruncing di bagian ujung. Kabar yang beredar bahwa sebagian masyarakat Bugis memiliki keyakinan bila senjata Badik ini disepuh dengan bibir kemaluan gadis perawan, maka orang dengan ilmu kebal apapun akan mati bila ditusuk. WOW! https://www.silontong.com/2018/10/15/senjata-tradisional-sulawesi-selatan/
Badik Lompo Battang Poin yang keempat adalah senjata tradisional Sulsel yang bernama Badik Lompo Battang. Menurut informasi yang didapatkan bahwa alat ini berasal dari bahasa Bugis yang berarti perut besar. Hal ini membuat tidak heran jika kita lihat bentuk bilahnya memang tampak seperti perut yang besar. Sama dengan yang lain, jenis senjata tradisional Sulawesi Selatan yang ke 4 ini juga tidak kalah uniknya. Yang terjadi sekarang ada banyak kolektor memburu alat tradisional ini untuk dikoleksi. https://www.silontong.com/2018/10/15/senjata-tradisional-sulawesi-selatan/
Keris Nah, pada poin yang terakhir ini rasanya Anda tidak asing lagi. Senjata tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan ini sepertinya dimiliki oleh daerah lainnya seperti Jawa. Ya, namanya Keris dan dalam bahasa Bugis disebut Kawali, sedangkan dalam bahasa Makassar dinamakan Seleq, yang berlekuk dengan jumlah ganjil, misalnya berlekuk 7,9, atau 13. Ada yang unik saat pembuatan keris Sulsel. Dimana pada tahap awal pembuatan keris, bahannya bukan dari besi atau jenis logam lainnya, melainkan dari batu meteor yang telah mengeras. Karena itulah Kawali tidak terdeteksi oleh detektor metal. Kabarnya, setiap Kawali punya aura yang biasa juga disebut pamor. Panrita (empu) kawali tidak punya kemampuan menciptakan pamor pada keris. Pamor itu tercipta sendiri setelah keris selesai ditempa. https://www.silontong.com/2018/10/15/senjata-tradisional-sulawesi-selatan/
Museum Istana Kadriyah , Pontianak Openingstijden: Senin - Minggu 10:00-18:00 Plaats: Pontianak Provincie: Kalimantan Selatan Land: &n...
Sumber : Arsip Kota Kendari (https://3.bp.blogspot.com) Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang terdapat beberapa suku seperti Bugis, Buton, bahkan Jawa. Untuk menunjukan symbol persatuan dan kesatua dari berbagai suku tersebut, pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara membuat sebuah tugu dengan nama Tugu Persatuan. Tugu yang memiliki luas sekitar 1 hektar mempunyai tinggi sekitar 99 meter ini berada dipusat kota Kendari ini adalah landmarknya bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun karena kurang terawat, Tugu Pahlawan sekarang ini sangat kotor dan tidak terawat meskipun berdekatan dengan Kantor Walikota dan Kantor Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara. Landmark lainnya yang bedara di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Masjid Raya Kendari, Istana Malige, Benteng Keraton Botton, dan Taman Nasional Wakatobi. Sumber :http://albantanipro.blogspot.com/2016/03/landmark-atau-ikon-setiap-provinsi-di.html
Rumah Souraja Jika rumah Tambi dipergunakan hanya bagi masyarakat dari semua golongan di Provinsi Sulawesi Tengah saja, beda lagi dengan rumah adat dari Souraja. Banua Mbaso atau yang juga kerap disebut juga Banua Oge atau yang sangat lebih sering dikenal dengan nama Souraja adalah rumah tradisional tempat tinggal bagi turun temurun untuk keluarga bangsawan. Souraja ini pertama kali dibangun oleh Raja Palu, Jodjokodi, pada tahun 1892. Souraja yang saat pertama kali dibuat terebut, masih dapat dilihat pada saat ini yakni berada di tengah pusat kota Kaledo (Palu)- Sulawesi Tengah. Kata Souraja (Sou Raja) bisa diartikan rumah besar, dan merupakan pusat pemerintahan kerajaan dari masa lampau, dapat dikatakan sebagai rumah tugas dari manggan atau raja. Selama bertugas, raja beserta dengan keluarganya tinggal di sini. Rumah panggung ini juga adalah paduan arsitektur gaya Bugis (Sulawesi Selatan) dan Kalimantan Selatan, dimana mempunyai 36 buah tiang penyangga pada rumah bagian...