Di Jambi dahulunya pernah berdiri tiga kerajaan Melayu, dua diantaranya bercorak Buddha yaitu Kerajaan Malayu (Melayu kuno) kemudian muncul Kerajaan Dharmasraya (Melayu muda), dan terakhir adalah Kesultanan Jambi yang bercorak islam (Melayu Islam). Salah satu saksi dari keberadaan Kerajaan Melayu Kuno di Jambi adalah kompleks Percandian Muaro Jambi, yang terletak di desa Muaro Jambi Kec. Muaro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.Diperkirakan candi-candi dilokasi situs sejarah candi Muaro Jambi mulai dibangun sejak abad ke- 4M. sampai sekarang disitus candi Muaro Jambi telah teridentifikasi kurang lebih 110 bangunan candi yang terdiri dari kurang lebih 39 kelompok candi dengan luas komplek percandian 2.612 hektar. Dikawasan ini terdapat beberapa candi yang berhasil di pugar diantaranya : Candi Kedaton, Candi Gumpung, Candi Tinggi I, Candi Tinggi II, Candi Astano, Candi Kembar Batu, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Koto Mahligai dan Kolam Telago Rajo. Seluruh bangunan candi...
Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum. Kehadiran agama budha sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini diidentifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan bud...
Bahan: 250 gram kwetiau basah, lumuri dengan minyak goreng 4 sdm minyak goreng untuk menumis 1 lembar daun pandan, simpul 1 buah dada ayam, potong dadu 5 batang daun kemangi Gula pasir dan garam secukupnya Bumbu Halus: 7 butir bawang merah 5 siung bawang putih 2 ruas jari jahe 1 sdt lada 4 butir kemiri 2 buah cabai merah 8 buah cabai keriting 3 ruas kunyit Cara membuat: Panaskan minyak, tumis bumbu halus dan daun pandan hingga harum. Tambahkan ayam dan masak hingga berubah warna. Masukkan gula pasir, garam, kemangi, dan kwetiau, aduk rata. Siap disajikan. Sumber : Facebook "Resep Masakan"
Bahan: 300 gram kwetiau basah 1/2 buah bawang bombai, cincang 2 siung bawang putih, cincang 2 butir telur, kocok 100 gram ayam suwir 1 bonggol brokoli, potong 1 sdt kecap ikan 3 sdm kecap manis 2 batang daun bawang, potong Garam, merica bubuk secukupnya Cara membuat: Tumis bawang putih dan bawang bombai hingga harum, masukkan telur, masak orak-arik. Tambahkan ayam, brokoli, kecap ikan, kecap manis, garam, dan merica bubuk, aduk hingga rata. Cemplungkan kwetiau dan daun bawang, aduk rata. Angkat dan siap disajikan. Sumber : Facebook "Resep Masakan"
Bahan: 400 gram kwetiau basah, lumuri dengan minyak goreng 4 sdm minyak goreng untuk menumis 2 sdm minyak wijen untuk menumis 3 siung bawang putih, cincang halus 1/2 buah bawang bombai, iris tipis 2 ruas jahe, memarkan 200 gram udang, kupas 500 ml air 3 sdm saus sambal 2 ikat sawi hijau, potong Garam dan gula pasir secukupnya Cara membuat: Panaskan minyak goreng dan minyak wijen, tumis bawang putih, bawang bombai, dan jahe hingga harum. Masukkan udang, masak hingga berubah warna. Tuang air, saus sambal, garam, dan gula pasir, aduk rata. Masak hingga mendidih. Tambahkan sawi hijau dan kwetiau, aduk rata. Siap disajikan. Sumber : Facebook "Resep Masakan"
Megalit dan kubur tempayan dataran tinggi Jambi dalam pandangan arkeologi dan etnosejarah Budisantosa, Tri Marhaeni Sosiana (2015) Megalit dan kubur tempayan dataran tinggi Jambi dalam pandangan arkeologi dan etnosejarah. Berkala Arkeologi Vol. 35 No. 1, Mei 2015, 35 (1). pp. 17-32. ISSN 02161419 Text 02 VOL.35 NO.1 MEI 2015 TRI MARHAENI S BUDISANTOSA MEGALIT & KUBUR TEMPAYAN DATARAN TINGGI JAMBI DALAM PANDANGAN ARKEOLOGI, ETNOSEJARAH DAN ETNOGRAFI.pdf Download (716kB) Official URL: https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id Abstract Salah satu aspek penelitian arkeologi di dataran tinggi Jambi adalah ideologi atau kepercayaan yang terdapat dalam alam pikiran manusia. Ideologi masyarakat masa lalu tidak dapat diketahui secara langsung melalui budaya material. Oleh...
Proyek Penelitian, Pengkajian, dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya menggali nilai-nilai budaya dari setiap suku bangsa/daerah. Penggalian ini mencakup aspek-aspek kebudayaan daerah dengan tujuan memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila guna tercapainya ketahanan nasional di bidang sosial budaya. Untuk melestarikan nilai-nilai budaya dilakukan penerbitan hasil-hasil penelitian yang kemudian disebarluaskan kepada masyarakat umum. Pencetakan naskah yang betjudul Senjata Tradisional Masyarakat Daerah Jambi, adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sumber: Karim, Navarin and Purnomo, Hari and Budiman, Irwan (1993). Senjata tradisional masyarakat daerah Jambi. Documentation. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta. http://repositori.kemdikbud.go.id/8274/
Bahan: 1 l air, untuk merebus 1 ekor (900 g) ayam kampung, potong dua 3 lembar daun salam 3 cm lengkuas, memarkan 3 batang serai, memarkan 3 cm jahe, memarkan 1½ sdt garam ½ sdt gula pasir 750 ml santan kental, dari 1 butir kelapa 250 g suun, rendam air hangat, tiriskan Bumbu, haluskan: 12 butir bawang merah 4 siung bawang putih 4 butir kemiri, sangrai 1 sdt merica putih butiran Taburan: Bawang daun, iris tipis Kacang kedelai goreng Bawang merah goreng Pelengkap: Sambal rawit merah rebus Jeruk nipis Cara Membuat: Rebus semua bahan kecuali santan bersama bumbu halus di atas api sedang. Masak hingga ayam matang. Angkat ayam. Goreng di dalam minyak banyak dan panas hingga kecokelatan. Angkat. Tiriskan. Suwir-suwir. Tuang santan ke dalam kaldu. Masak hin...
Candi Koto Mahligai terletak di Danau Lamo, Maro Sebo, Danau Lamo, Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, 36382. Di sekeliling lokasi Candi Koto Mahligai masih merupakan daerah rawa dan hutan belukar. Dari daerah rawa ini terdapat parit kecil yang berhubungan dengan parit Amburanjalo yang letaknya sekitar 300 meter ke arah timur. Sebagaimana halnya dengan kelompok candi lain di Muara Jambi, kelompok Koto Mahligai dikelilingi tembok pagar keliling berukuran 97,5 x 120 meter. Pagar pembagi ruang terletak melingkupi Candi Induk dan mandapa di bagian timur. Ukuran gundukan candi induk 20 x 20 meter dan ukuran candi perwara 20 x 15 meter. Dengan melihat kontur permukaan tanah halaman kelompok candi, dapat diduga bahwa halaman kelompok candi ini terbagi dalam ruang-ruang. Pada ruang-ruang di halaman kelompok itu terdapat beberapa gundukan tanah yang merupakan runtuhan bangunan. Runtuhan bangunan induk dan perwara terletak di tengah halaman. Di dalam lingkungan...