Nah, sekarang saya akan bercerita, dengarkan semua ya. Menceritakan cerita tentang buaya. Diceritakan di Song Gigi terdapat seekor Raja buaya yang bernama Yaja Sengara, mempunyai permaisuri brnama I Ratna si Anti. Diceritakan bahwa I Sri Anti Jaya Sengara mempunyai seekor putri yang sangat cantik bernama Dyah Song Gigi. Karena sudah lama dewasa, demikian diceritakan, ia dilamar oleh raja buaya dari Akar-akar yang bernama Demung Akar-akar. Karena yang melamar sudah tepat, maka lamaran diterima, Ni Dyah Song Gigi diserahkan kepada Demung Akar-akar. Tetapi masih harus menanti hari baik untuk mengambilnya. Sedang hari baik itu masih lama. Itulah sebabnya pernikahan belum dilaksanakan. Nah, biarkan dulu cerita itu. Diceritakan keadaan di Dodokan, dengan rajanya yang bernama I Demung Dodokan. Dialah yang menguasai seluruh buaya sampai ke Menanga Kelikit, Cemara tebel. Celuk Waru. Semua dikuasai oleh Demung Dodokan. Pada suatu malam. I Demung Dodokan tidur. kemudian bermimpi. Ia me...
Adalah sebuah cerita. Cerita ini bernama Tipuq- ipuq. Yang bernama Tipuq- Ipuq itu adalah seorang anak kecil. Anak ini dilahirkan oleh keluarga yang sangat miskin. Pekerjaan orang tuanya hanyalah pergi ke hutan. Diceritakan sebelum anak ini dilahirkan orang tuanya sengsara. Kadang-kadang dapat makan, kadang-kadang tidak. Sdih kita menyaksikan kisah orang tuanya itu. Ayahnya setiap hari pergi ke hutan mencari kayu. Kalau berhasil menual kayu, barulah ia dapat makan. Bila si ayah tidak pergi dan tidak menjual kayu keluarga itu tidak dapat makan. Nah, pada suatu ketika keluarga itu dikaruniai oleh Tuhan. Si ibu hamil. Setelah hamil, kian lama masa hamail cukup sembilan bulan, lahirlah anak itu. Setelah lahir, lama kelamaan besarlah ia. Ketika si anak sudah bisa duduk, belum juga diberi nama karena memang demikian tradisi lama. Pada zaman itu anak-anak sampai dewasa masih saja dipanggil dengan sebutan nuna. Diceritakan, setelah anak itu bisa duduk, ke dapur saja perginya, senang sek...
Ada sebuah cerita. Tegodek-Godek dan Tetuntel-Tuntel. Mereka bersahabat. Tetuntel- Tuntel bertempat tinggal di tepi sungai. Maklulmlah katak. Seekor katak. Dan Tegodek-Godek bertempat tinggal diatas sungai itu. Tempat tinggalnya di tepi hutan. Persahabatan mereka, antara Tegodek-godek dangan Tetuntel-Tuntel, baik sekali. Baik sekali jalan persahabatan mereka. Ada makanan sedikit, sama-sama sedikit. Banyak sama -sama banyak. Pada suatu hari turunlah hujan lebat. Oleh masyarakat Sasak dinamai belabur dasa. Na, jadi cerita tentang belabur dasa itu, hujan tak henti-hentinya. Hujan lebat benar. Datanglah banjir besar. Na, bertemu dengan banjir besar Tetuntel-Tuntel sangat senang, karena menjumpai hujan. Tegodek-Godek susah sekali. Nah, berundinglah kedua sahabat itu, Tegodek-Godek dengan Tetuntel- Tuntel. "Kalau demikian Tegodek- Godek, bagaiman cara kita sekarang?" "O, sekarang begini Tetuntel- Tuntel. Karena sekarang musim hujan marilah kita pergi mencari pohon pisang. Kita...
Ini adalah cerita tentang Bija-bija Lempe zaman dulu. Diceritakan, tentang Bija-bija Lempe yang tinggal si Sumbawa, di kampung Bawo, Kebun Geranta namanya. Mula-mula Bija-bija Lempe ini ditakuti atau disegani oleh Dewa Mas Samawa yang memerintah Sumbawa waktu itu.Takut kalau-kalau mereka akan mefebut kekuasaan Dewa Mas. Oleh sebab itu pada suatu hari ia memerintahkan semua Sarian Penggawa (pankat pada waktu itu,pen) untuk membunuh setiap laki-laki turunan Bija-bija Lempe itu. Demikianlah. Pada suatu petang, seorang keluarga Bija Lempe melahirkan seorang bayi laki-laki. Betapa terkejutnya sang bidan ketika melihat bayi keluar itu adalah seorang laki-laki. Segera bidan itu menyuruh oang untuk membawa lari bayi itu ke Tungkup. Namun Sarian Penggawa mengetahui juga hal itu dan menyuruh orang mencarinya. Kalau dapat agar dibunh. Orang yang mencari bayi itu melewati pula Tungkap. Disana mereka mendengar tangis orang bayi. Mereka masuki rumah di mana bayi itu berada. Mereka dapat...
Pada zaman dulu hiduplah dua orang Datu (bangsawan) bersaudara. Karena nasib yang malang seorang di antaranya meninggal dunia dan meninggalkan seorang putra bernama Lalu Ino Kripan Kertapati. Begitu Lalu Ino Kripan Kertapati ini besar semua harta yang ditinggalkan oleh ayahnya habis, dipakai oleh pamannya. Di dorong oleh jiwa mudanya ditambah lagi habisnya harta peninggalan orang tua, ia bermaksud untuk merentau, membuang diri dan hanya ditemani oleh bayangannya saja. Namun dalam pengembaraannya ini ia sempat membawa serta dua buah tombak masing-masing bernama "bangka kludan dan senuk lingkung" serta sebuah keris bernama "kalamesana". Dalam pengembaraannya ini diperjalanan ia bertemu dengan dua orang. Mula-mula dengan seorang yang keranjingan judi sedang yang seorang lagi keranjingan candu. Kedua orang ini menyerahkandiri pada Lalu Ino Kripan Kertapati, minta diajak kemana Lalu Ino Kripan Kertapati pergi ke situ mereka menunju.Seolah-olah ada semacam sumpah di antara mereka. Sek...
Dalam sebuah kerajaan, memerintah seorang raja yang bernama Raja Rangga Kalo. Raja Rangga Kalo ini mempunyai seorang hamba sahaya yang sangat dekat hubungannya dengan Raja. Sahaya ini tingal di sebuah desa yang disebut Pasung. Dialah sahaya yang bertindak sebagai kepala rumah tangga kerajaan. Diceritarakan pula bahwa sahaya ini baru saja melangsungkan pernikahannya dengan seorang pria. Mereka kini dalam masa menjalani bulan madu mereka. Tetapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak pada waktu sahya ini sedang hamil atau sedang mengidam suaminya meningaldunia. Namun begitu, si jabang bayi terus juga tumbuh dengan suburnya. Perut ibunya dari sehari ke sehari makin bertambah besar juga. Pada suatu hari, tatkala genaplah sudah bilangannya, sahya ini pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Tetapi sungguh mengherankan, walaupun bayi ini lahir dengan sehat, tetapi badannya wahai.... bukannya berbadan seperti manusia pada umumnya, tetapi bentuk badannya seperti periuk. Bulat d...
Dalam sebuah dusun yang agak terpencil tempatnya dari desa, tinggallah sepasang suami-isteri yang sudah agak lanjut usianya. Mreka dikenal sebagai Kakek dan Nenek Katok. Mereka dinamakan Kakek Katok dan Nenek Katok, karena cucunya yang terbesar, seorang anak alaki-laki, bernama Katok. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, kedua suami-isteri yang sudah agak lanjut usianya ini, hanya memasang pukat. Pekerjaan ini dilakukan mereka sejak mereka masih muda. Barangkali memang sudah digariskan jalan rezeki mereka melalui pekerjaan ini, hasil yang diperolehnya senantiasa mencukupi untuk kebutuhan hidup mereka sekeluarga. Bahkan dari sehari ke seharian dapatpula mereka menyimpan sekedarnya, sehingga agak terjaminlah hidup mereka di hari tua. Kalau Katok tadi dikatakan cucunya, maka diceritarekan pula bahwa ayah Katok telah meningal dunia, semenjak Katok masih kecil. Kini Katok hidup sangat sederhana. Ia hidup bersama ibunya. Hidup yang sangat sederhana ini, ditambah lagi dengan...
Tersebutlah pada sebuah hutan, seekor induk macan yang badannya sangat kurus sedang mencari makan. Ia sangat lapar karena sejak pagi-pagi belum juga mendapatkan rezkinya, Walau haya sedikitpun. Maka berjalanlah induk macan ini dari utara menuju ke selatan. Begitu pula seekor induk sapi, yang badannya juga sangat juga sangat kurus sedang berjalan mencari makan di hutan tersebut, dengan arah yang berlawanan dengan induk macan tadi. Jadi induk sapi ini berjalan dari selatan menuju ke utara. Setelah beberapa lama mereka berjalan, maka pada suatu hari bertemulah mereka di tengah hutan tersebut. Mereka saling pandang, dengan keheran- heranan di dalam hati masing-masing, apa sebab maka badan masing-masing begitu kurus. Induk macan terlebih dahulu membuka pembicaraan. "Hai saudaraku! Mau kemana engaku ini, dan mengapa sampai sedemikian kurus badanmu? Bukankah didalam hutan ini masih banyak makanan yang sesuai dengan seleramu?" Menjawab induk sapi, "Begini saurada! Baru sekaranglah aku t...
Di sebuah desa di kaki Gunung Rinjani, terdapat sebutan untuk masyarakat yang tinggal di sana yaitu masyarakat yang menganut Islam Wetu Telu. Masyarakat menganggap mereka menjalankan ibadah shalat hanya tiga kali, padahal hal itu adalah keliru. Ritual ini kerap disalahpahami, sehingga dianggap sebagai agama sempalan Islam. Desa yang kabarnya masih melestarikan pratik peribadatan wetu telu adalah Karang Bajo. Berbagai stigma berkembang soal masyarakat adat ini. Beberapa yang paling populer misalnya Wetu Telu merupakan percampuran agama Hindu, Islam, dan Buddha. Itu pun diwakilkan oleh penghulu adat , serta mengukur keislaman hanya dari syahadat, pantang makan babi dan alkohol, serta berkhitan bagi kaum lelaki. Jika kita merujuk sumber sekunder, Wetu Telu dimaknai sebagai sinkretisme Hindu dan Islam. Praktik peribadatan warga Sasak di desa Bayan karenanya, dicap sebagai sempalan mazhab Sunni maupun Syiah penduduk Indonesia. Mendengar penjelasan Junan, di pikiran saya Wet...