Mesabat-Sabatan Biu merupakan tradisi yang ada di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad. Tradisi ini menggunakan sarana pisang, dimana para peserta akan saling lempar menggunakan buah pisang. Digelar setiap setahun sekali yakni saat Ngusaba Ketiga. Makna dari tradisi ini yakni menjaga kebersamaan antara pemuda desa dan mengajarkan pemuda untuk dapat mengedalikan emosi sehingga saat terjadi sabat-sabatan biu tidak sampai terjadi permusuhan. Sumber: https://bali.tribunnews.com/2019/01/21/tribun-wiki-15-tradisi-unik-di-karangasem-ada-yang-berebut-daging-ayam-hingga-mengadu-telur?page=4
Sumber: munas.kemdikbud.go.id Halaman Utama This page contains changes which are not marked for translation. Other languages: العربية • English • Bahasa Indonesia • 日本語 • Basa Jawa • Basa Sunda • 中文(中国大陆) • 中文(台灣) PUSTAKA in MUSEUM NASIONAL Of INDONESIA + Wikimedia maps beta | Map data © OpenStreetMap contributors Ensiklopedia ini adalah produk dari kegiatan mandiri yang ada di Seksi Perpustakaan, Bidang Registrasi dan Dokumentasi, Museum Nasional di Indonesia. Platform ini digunakan dan dikembangbangkan oleh Alfa Noranda dibantu oleh tenaga siswa/i Praktek Kerja Lapangan serta mahasiswa/i Magang yang ditempatkan di Pustaka Museum Nasional, menggunakan source code Mediawiki yang bersifat Open Source. Ensiklopedia ini bertujuan dalam menyampaikan informasi yang ada di perpustakaan dari bahan pustaka mengenai Benda Budaya sebagaimana diatur oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan[1] serta benda benda koleksi Cagar Budaya atau did...
Istilah Macingklak berasal dari kata Cangklak mengandung pengertian: menahan dengan tapak tangan sesuatu yang jatuh dari atas (jambu, mangga, mata uang logam, bola kecil dan sebagainya yang dilontarkan ke atas). Dan untuk daerah lain sering disebut "mencet". Menurut penuturan orang-orang yang sudah lanjut usia, permainan ini sudah begitu saja mereka temui di di tengah-tengah masyarakat. Jangankan mereka, angkatan yang lebih dulupun tidak mengetahui siapa penciptanya. Untuk melangsungkan permainan macingklak ini memerlukan peserta minimum 2 (dua) pemain, namun pada umumnya tidak lebih dari 4 (empat) atau lima orang. Apabila kebetulan berkumpul anak-anak pada suatu tempat, mereka akan menyelenggarakan sendiri di tempat lain yang berdekatan. Dengan demikian dalam suatu halaman atau lantai rumah kita saksikan sampai tiga atau empat kelompok bertanding. Maksud memisahkan diri membuat kelompok lain hanya mempercepat giliran sesuai dengan salah satu sifat anak-anak untuk secepat...
Pengobatan dengan bekam biasanya banyak dilakukan untuk mengatasi masuk angin, tapi ada juga yang melakukan bekam untuk mengatasi kolesterol atau darah tinggi. Bekam sendiri adalah teknik pengambilan darah kotor yang terbagi jadi dua jenis, yaitu basah dan kering. Basah berarti pengambilan darah kotor nya akan disertai dengan melakukan sayatan, oleh karena itu harus dilakukan oleh orang yang sudah terlatih. Pada umumnya, masyarakat lebih banyak melakukan bekam kering untuk mengatasi gejala-gejala ringan seperti masuk angin. sumber: mahligai-indonesia.com/featured/pengobatan-tradisional-indonesia-7476
Tari Legong Sri Sedana dipentaskan sebagai bentuk pemujaan kepada Bethari Sri & Betara Sedana dalam manifestasinya sebagai dewi kesuburan & pembawa kemakmuran berkah bagi masyarakat. Tarian ini khusus ditarikan pada upacara tersebut saja Semeton, selain itu tidak dipentaskan. Jadi tarian ini sangat-sangat sakral yang merupakan bentuk persembahan kepada Tuhan dalam manifestasinya. https://twitter.com/BudayaIraga
Berdasarkan catatan historisnya, bahwa Tari Sanghyang Dedari pernah ditarikan hampir diseluruh Desa di Bali. Namun dalam perkembangannya karena kesulitan siapa yang menarikan dan gamelan yang dihasilkan dari tutur menjadikan tarian ini semakin langka dijumpai di Bali. Padahal dahulu Tari Sanghyang Dedari diyakini untuk menjemput Sang Bidadari dan wujud syukur kepada Dewi Sri untuk memohon terhindar dari bencana alam & hama yang dapat merusak pertanian. Namun saat ini, keberadaan tarian ini sudah langka. Jejak terakhir dari Tari Sanghyang Dedari ditemukan di Desa Geriana Kauh, Karangasem dan dibangunkan Museum Sanghyang Dedari untuk mengingatkan dan mengedukasi masyarakat mengenai warisan Budaya dari leluhur ini. https://twitter.com/BudayaIraga
Ari-ari atau plasenta yang biasanya di daerah Bali lainnya akan dikubur dihalaman pekarangan rumah, namun di Desa Bayung Gede, plasenta tersebut digantungkan disatu tempat khusus. Hal ini diyakini untuk tetap menjaga kesucian Ibu Pertiwi (tanah), sehingga sangat dihindari untuk mengubur Ari-ari (plasenta) tersebut. Bukti sembah bakti kepada Ibu Pertiwi oleh Masyarakat Bayung Gede ditunjukan dengan menjaga pekarangan dari menanam hal yang dianggap kotor agar tidak leteh (mengotori halaman). Sebagai desa Bali Aga, Desa Bayung Gede dengan tradisi ini juga diyakini karena memang merupakan warisan budaya dari leluhur sebelumnya yang memang memiliki aturan Uluapad dan tidak terkena pengaruh orang-orang Majapahit pada masa lalu. Selain dari nilai Budaya, ternyata keberadaan Ari-ari megantung memberikan nilai ekonomi bagi Desa Bayung Gede yang menjadi desa wisata. https://twitter.com/BudayaIraga
Aling-Aling adalah pembatas antara angkul - angkul (gapura/pintu masuk) dengan pekarangan rumah maupun tempat suci yang berfungsi sebagai penetralisir dari gangguan negatif baik secara sekala maupun niskala. Dahulu di Bali, sebuah aling - aling oleh masyarakat umum, biasanya dibuat menggunakan kelangsah (anyaman daun kelapa kering) atau kelabang mantri sebagai sarana proteksi dari kekuatan negatif dimana sulaman atau ulat-ulatan dari daun kelapa tersebut diletakkan pada aling-aling. Namun kini, aling-aling juga digunakan untuk mempercantik rumah dengan menambahkan sebuah patung sehingga menambah kesan estetika. Seperti yang dikutip dari Bali Bangol News kalau memang Aling-Aling adalah bagian dari rumah yang berdasarkan aturan Asta Kosala Kosali yang dipercaya akan dapat menetralisir pengaruh negatif baik secara sekala maupun niskala nih Semeton. Hal senada juga Bale Bengong bahwa fungsi Aling-Aling salah satunya adalah menjadi batas hal-hal negatif agar tidak masuk ke pekarangan (ha...
Di Bali tidak semua desa menggelar tradisi atau ritual tersebut, namun demikian Mepeed tentunya bukan sesuatu hal baru lagi. Semeton bisa menyaksikan Tradisi Mepeed di Sukawati tentunya harus pada waktu yang tepat karena ritual tersebut hanya digelar setiap 6 bulan sekali, dan dalam rangkaian pujawali atau piodalan di Pura Dalem Gede Sukawati yang jatuh setiap Anggara Kliwon, wuku Tambir (kalender Bali). Menurut penduduk setempat yang sudah pernah terlibat dalam Tradisi Mepeed, pada saat berlangsungnya tradisi ini mereka selalu merasakan kegembiraan karena menurut mereka Tradisi Mepeed ini merupakan bentuk sujud bhakti kepada Hyang Widhi atas segala sesuatu yang diberikan beliau kepada Desa Sukawati dan untuk mempertahankan busana adat bali dengan pakem Desa Sukawati. Selain itu dalam rangkaian upacara pujawali Pura Dalem Gede Sukawati, tradisi Mepeed ini bertujuan untuk nunas toya (air suci) ke Beji Cengengan untuk digunakan pada saat berlangsungnya pujawali. https://twitter.c...