Tari Mangaru Tari mangaru adalah tarian Sulawesi Tenggara yang lebih tepatnya berasal dari Desa Konde, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara. Tarian ini menggambarkan tentang keberanian pria zaman dulu ketika berada di medang perang. Para penari akan mempertunjukkan gerakan 2 orang pria yang saling adu kekuatan dengan menggunakan keris. Seperti jenis tari Sulawesi Tenggara lainnya, tari mangaru juga diiringi dengan beberapa alat musik tradisional seperti mbololo atau gong, kandi kandi serta 2 buah gendang terbuat dari kulit hewan. Sedangkan untuk musik umumnya memiliki tempo cepat yang disesuaikan juga dengan semangat para penari. Selain memperlihatkan kesenian, tarian ini juga sekaligus dijadikan ajang berkumpul warga setempat namun sayangnya semakin jarang ditemukan sekarang ini. https://budayalokal.id/tarian-sulawesi-tenggara/
Tari Honari Mosega Tari honari mosega yang merupakan tari tradisional Sulawesi Tenggara ini dulu dipertunjukkan sebagai atraksi sebelum dan sesudah perang. Ini merupakan tarian perang asli Liya, Kabupaten Wakatobi yang dilakukan sebagai bentuk motivasi dan semangat untuk para prajurit ketika berperang dan kegembiraan ketika menyambut kedatangan para prajurit sesudah perang sambil membawa kemenangan. Tarian Sulawesi Tenggara ini dilakukan oleh beberapa pria dimana akan ada 1 penari inti yang disebut tompidhe sambil emmegang tombak atau parang lengkap dengan 1 sampai 4 orang sebagai hulubalang yang disebut dengan manu manu moane sambil memegang tombak dan janur kuning untuk menangkal sihir atau bisa. Terkadang, dalam tarian juga terdapat hulubalang wanita yang disebut dengan manu manu wowine serta 1 orang pemukul gendang atau tamburu.
Istana Sultan Buton (disebut Kamali atau Malige) meskipun didirikan hanya dengan saling mengait, tanpa tali pengikat ataupun paku, dapat berdiri dengan kokoh dan megah di atas sandi yang menjadi landasan dasarnya. Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin ke atas makin kecil atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar. Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang. Pada bangunan Malige terdapat 2 macam hiasan, yaitu ukiran naga yang terdapat di atas bubungan rumah, serta ukiran buah nenas yang tergantung pada papan lis atap, dan di bawah kamar-kamar...
Ladolado Lado-Lado ialah termasuk alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang dimainkan dengan cara digesek. Alat musik klasik ini terbuat dari kayu atau bambu yang dibentuk seperti gitar. Dan jika anda melihatnya secara langsung memang agak sulit karena bentuknya juga menyerupai Gambus. Kini, alat musik Lado-Lado sudah jarang ditemui. Jika memang menemukan alat musik tersebut, umumnya sudah terpajang rapih dengan bingkai kaca didalam museum daerah. https://www.silontong.com/2018/10/18/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Gambus Gambus merupakan alat musik petik tradisional yang seperti mandolin yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Meiliki senar yang hanya tiga senar paling banyak. Sebenarnya, alat musik ini asalnya dari daerah Timur Tengah. Berdasarkan sejarah , awal masuknya alat musik Gambus ini ke tanah air sebenarnya karena pengaruh dari penyebaran agama Islam di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara ini. Sesuai perkembangan zaman, alat musik Gambus ini pada akhirnya juga digunakan untuk melantunkan lagu-lagu tidak hanya berbahasa Arab seperti aslinya, namun juga berbahasa Melayu. https://www.silontong.com/2018/10/18/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Dimba Nggowuna (Gendang Bambu) Dimba Nggowuna adalah alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara dan terbuat dari bambu juga rotan. Pada zaman dahulu, alat musik ini dimainkan oleh para kaum wanita disaat mereka bekerja dirumah menenun kain. Tujuannya dari dimainkannya alat musik ini hanyalah sebagai sarana hiburan agar tidak terlalu jenuh. Alat musik ini diyakini sudah ada sejak zaman Neolitikum, dengan ukurannya yang berkisar 40 – 45 cm. Dimba Nggowana merupakan perwujudan dari seni musik leluhur yang mempunyai bunyi khas dari setiap petikannya. Kemajuan zaman mengakibatkan alat musik suku Tolaki mulai perlahan ditinggalkan masyarakat. https://www.silontong.com/2018/10/18/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Seruling Bambu Ternyata, Seruling Bambu juga merupakan salah satu alat musik tradisional Sulawesi Tenggara. Banyak sekali jenis dari seruling bambu yang ada di Sulawesi Tenggara, ada yang ukurannya sedang, kecil, dan bahkan besar sampai menggunakan dua ruas bambu berukurang cukup besar. Seperti diketahui banyak orang, seruling bambu dimainkan dengan cara ditiup lobang yang ada sembari tangan memainkan peran pada posisi lain. Bunyi pun keluar dan sampai ketelinga. Anak gembala sapi biasanya suka memainkan seruling sambil memantau sapinya mencari makan. Penggunaan alat musik ini bisa untuk berbagai macam, bisa untuk pengiring musik tambahan kesenian musik atau penghibur diri. Permainan Seruling juga biasanya diajarkan di sekolah dalam materi pembelajaran yang berhubungan dengan kesenian. Selain itu, konon Seruling dikabarkan bisa memanggil binatang ular datang. https://www.silontong.com/2018/10/18/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Baasi Baasi termasuk sebagai alat musik tradisional Sulawesi Tenggara. Alat musik ini terdiri dari seperangkat alat musik bambu (10 buah). Dimainkan untuk mengiringi lagu daerah dan nusantara pada waktu pertunjukkan. Pada kesepuluh buah bambu Baasi memiliki panjang yang berbeda-beda dengan setiap lubang di bagian pangkalnya, sehingga ia akan menghasilkan bunyi nada yang berbeda-beda pula. Biasanya Baasi dimainkan untuk mengiringi tarian atau nyanyian lagu-lagu daerah itu. https://www.silontong.com/2018/10/18/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Ore-ore Nggae Ore-Ore Nggae ialah alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang terbuat dari bambu dan rotan. Jika diperhatikan bentuknya terdapat sebuah kayu kecil diantara dawai dan badannya. Persisnya, bentuk dari Ore-Ore Nggae seperti Gendang yang berukuran mini. Alat musik klasik ini dimainkan menggunakan dua (2) tangan. Posisi badan saat memainkannya adalah duduk serta posisi alat musik tersebut miring. Fungsi tangan kanan untuk menepak dan memetik, sedangkan fungsi tangan kiri untuk membuka dan menutup lubang tempat suara keluar. Konon ceritanya, penggunaan alat musik Ore-Ore Nggae adalah ekspresi seorang gadis yang mengungkapkan perasaannya kepada pria yang ia sukai. https://www.silontong.com/2018/10/18/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/