Bahan : Kain (hasil tenun). Bentuk : Segi empat panjang dengan ukuran panjang 1,5 m Lebar 60 cm Cara membuatnya . Sampolu pada mulanya ditenun dari benang sutera. Seperti kita ketahui bahwa di Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten Donggala terkenal dengan tenun sarung Donggala. Jadi yang ditenun bukan hanya sarung saja melainkan bermacam-macam jenis perlengkapan seperti sampolu (selendang) siga (Destar) sitage (stagen), dan lain-lain. Untuk menenun tersebut masih digunakan alat tenun gedongan. Cara menenun sampolu kedua arah benang nupasau danupasua atau lungsi maupun pakan tersebut dari satu warna. Untuk simpolu dapat memilih warna-warna merah, kuning dan hijau. Pada simpolu kita temui hiasan pada semua tepi, kecuali tepi bagian bawah. Hiasan tersebut dari benang kumbaja atau benang warna emas dan perak dengan jalan menyisipkan benang kumbaja tersebut ketika menenun. Pembuatannya dengan jalan menghitung benag menyerupai piramida tetapi mempunyai motif tertentu seperti...
Bahan : Kulit kayu. Bentuk : Pipih panjang dengan ukuran 5 cm panjang 75 cm, lebar 5 cm. Cara membuatnya . Mula-mula memilih kayu Nunu (beringin) kemudian dengan memberi makanan atau sesajen yang berupa satu ekor ayam putih dan makanan ketan empat warna yakni merah putih, kuning dan hitam, lalu sando atau dukun membaca mantra yang memohon pada roh halus penghuni pohon besar tersebut tidak marah karena tempat tinggal mereka akan rusak. Seudah itu siap memilih dahan yang cukup untuk kebutuhan pembuatan Silu. Setelah itu dahan tali dipotong-potong dengan panjang ± 60 cm sampai 70 cm. Kemudian direndam disungai selama tiga malam setelah kulit lepas dari batangnya, lalu kulit tadi diletakkan diatas papan tempat yang sudah disiapkan lalu dipukul-pukul hingga kulit arinya dan kulit bagian atas keluar kemudian direndam lagi di dalam sungai selama tiga hari tiga malam. Setelah itu kulit kita angkat lalu dipukul-pukul kembali diatas papan dengan alat pemukul juga yang s...
Bahan : Kayu lepas (bahasa kaili) Kayu lepaa. Cara membuatnya . Mula-mula mencari kayu lepaa dengan membuat upacara berupa memberi makan (sesajen) nasi pulut empat warna, hitam, putih, merah dan kuning, serta ayam putih. Kemudian sang dukun membaca mantera, yang gunanya untuk memohon pada Sang Maha Besar Tuhan memakai perisai ini kuat dan menang dalam medan perang, juga meminta pada para penghuni hutan bahkan kayu-kayu tersebut agar merestui dan memberi dengan senang hati. Kemudian dipilih kayu yang garis menengahnya ± 18 cm sampai 20 cm, panjang ± 110 cm. Kemudian dibagi empat. Seperempat bagian dibuang, tinggal tiga perempat gabian berbentuk segi tiga. Lalu bagian dalam dipahat dibentuk sehingga yang tinggal adalah tempat pegangan dengan ukuran ± 40 cm yakni 20 + 20 cm batas penahan tempat pegangan sedangkan 20 cm adalah berupa lebar sisi kiri kanan 10 cm, sisi dalam 8 cm, tebal sisi ± 3 cm. Pada bagian dinding sisi dibuat lubang tempat un...
Tujuannya dari Upacara Ratompo ini biasanya sudah dilaksanakan setelah yang diupacarakan sudah sembuh dari rasa sakit yang dialaminya dalam suatu upacara yang disebut mancumani yang sudah merupakan pesta antar kampung. Tempat Penyelenggaraan Upacara Mengenai tempat penyelenggaraan upacara ratompo ini tidak terikat kepada sesuatu tempat tertentu seperti di rumah orang tua ataupun tempat khusus seperti di rumah tua adat, dan sebagainya. Akan tetapi tradisi setempat telah menetapkan dalam hal pelaksanaan ratompo adalah dipilih suatu tempat yang jauh dari keramaian orang, misaInya di hutan di bawah pohon yang besar yang memang telah disiapkan untuk pelaksanaan upacara tersebut. Alasan ini adalah berdasarkan pada pertimbangan bahwa upacara sama sekali tidak dapat disaksikan oleh keluarga yang diupacarakan ataupun orang lain, kecuali penyelenggara teknis upacara, pembantunya, dan yang diupacarakannya sendiri. Kadangkala keluarga yang diupacarakan suda...
MASYARAKAT Suku Lauje, di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mempunyai tradisi unik dalam menerima tamu atau pembesar yang baru berkunjung ke daerahnya. Mereka ak an menyambutnya dengan tarian perang yang dimainkan oleh empat lelaki yang menggunakan guma atau parang panjang, serta dua orang yang bertombak. Penyambutan itu juga diiringi musik yang terdiri dari susulan balok kayu, gendang dan gong besar.Sabtu (19/04/2008) lalu, empat orang lelaki menggunakan guma dan dua lelaki lainnya menggunakan tombak terlihat berhadapan dengan sejumlah tamu. Di antara tamu itu terlihat Bupati Parigi Moutong Longki Djanggola (yang sekarang adalah Gubernur Sulawesi Tengah) dan Camat Palasa Darwis Rahmatu. Mereka lalu berteriak dan berlaga dengan sesama mereka di depan para tamu penting itu. Jangan salah kira, mereka bukan hendak saling membunuh. Mereka ternyata sedang menyambut tamu-tamunya itu. Tradisi tarian perang ini, biasanya disebut Meaju. Lazim ditarikan kala menerima tamu atau pembesa...
Masyarakat adat nusantara masih memegang teguh tradisi dan kebudayaan serta warisan kultural dari para leluhurnya. Baik dari pola hidup maupun dari berbagai ritual adatnya. Ngata Toro merupakan desa adat yang masih memegang teguh tradisi para leluhur. Ngata Toro atau Desa Toro merupakan sebuah desa yang berada di dekat Taman Nasional Lore Lindu, tepatnya di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Desa ini terkenal dengan varietas padi unggulan seperti padi Kamba dan padi Kanari. Menurut pengakuan salah seorang tetua adat, masyarakat Desa Toro sejak dulu sudah menggantungkan hidupnya pada dua nilai moral, yaitu hintuvua dan katuvua . Hintuvua adalah nilai-nilai moral dalam membangun hubungan antar sesama manusia dengan berlandaskan saling cinta, penghargaan, solidaritas, dan musyawarah. Sedangkan, katuvua adalah nilai-nilai ideal tentang pola hubungan antara manusia dengan lingkungannya yan...
Hujan yang tidak pernah turun beberapa bulan ini membuat ribuan hektar sawah milik warga di lima desa di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengalami kekeringan. Para tetua adat di Kabupaten Sigi pun turun tangan dengan melakukan ritual adat minta hujan atau Mora’akeke . Ratusan warga dari Desa Oloboju, Bora, Sidera, Soulove dan Vatunonju di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mulai berdatangan untuk menyaksikan pelaksanaan ritual yang digelar pada awal September 2015 lalu. Ritual ini bertujuan memohon kepada Tuhan untuk meredupkan sinar matahari yang menyebabkan kemarau panjang sekaligus menambah deras air Sungai Vuno yang mengering. Di tepian Sungai Vuno, berbagai perlengkapan ritual prosesi adat Mora’akeke disiapkan. Dua orang topogimba atau penabuh kendang mulai menabuh, pertanda prosesi dimulai. Setelah menyembelih tiga ekor kambing di pinggir Sungai Vuno, para tetua adat menghanyutkan darah ketig...
Cerita Putri Lumbung Kapas ~ Seorang raja yang isterinya sedang hamil pergi meninggalkan isterinya menuju tujuh negeri, dengan meninggalkan pesan apabila isterinya melahirkan anak perempuan, maka anak itu harus dibunuh. Setelah tujuh negeri dikunjunginya, ia kembali ke negerinya. Setiba di rumah, langsung ditanyai isterinya, apakah ia telah melahirkan. Maka menantunyalah yang menjawab bahwa isterinya telah melahirkan. Kata raja, yang lahir anak lelaki atau perempuan. Menantunya menjawab bahwa anak itu anak perempuan dan telah dibunuh dan dikuburkan di bawah tangga rumah. Setelah itu, ayam jantan pun berkokok dengan seruan bahwa tidak benar mereka membunuh anak perempuan itu. Yang mereka bunuh hanya seekor anak kambing. Dan anak perempuan yang diberi nama Putri Lumbung Kapas itu ada di ujung kampung bersama Nenek Kubayang. Maka marahlah sang raja. Katanya, "Ambil kemari." Maka sang mertua bersama isterinya dan bibi si Putri Lumbung Kapas, pergi men...
Kejadian Manusia Dari Daun Tea ~ Tersebutlah ada dua orang laki-laki, Legea dan Vunjiaka namanya. Di antara keduanya tidak diketahui mana yang lebih tua atau yang lebih muda. Konon mereka menemukan dua lembar daun tea di tengah hutan belantara. Daun tea itu ternyata daun ajaib. Begini ceritaranya. Pada suatu hari Lagea dan Vunjiaka pergi menebas kayu di hutan untuk dijadikan kebun. Dibakarlah kayu-kayu yang sudah terpotong karena sudah hampir tiba waktunya untuk menanami kebun. Di rumah mereka ada sebuah guci, bentuknya seperti tempayan tempat air. Guci itu diisi air sampai penuh, barulah mereka pergi lagi untuk menyelesaikan pekerjaan di kebun. Tetapi ketika mereka kembali dari kebun, didapatinya guci itu sudah kosong. Siapa kiranya yang mengambil air di guci itu sampai habis? Sesudah tujuh hari, tempayan itu diisi air lagi, lalu ditinggalkan lagi ke kebun. Tetapi baru tengah hari mereka pulang untuk melihat keadaan di rumah, ingin mengetahui sia...