Tradisi lompat batu di Pulau Nias, Sumatera Utara atau disebut sebagai hombo batu atau fahombo telah berlangsung selama berabad-abad. Tradisi ini lestari bersama budaya megalit di pulau seluas 5.625 km² yang dikelilingi Samudera Hindia dan berpenduduk 700.000 jiwa itu. Tradisi fahombo diwariskan turun-termurun di setiap keluarga dari ayah kepada anak lelakinya. Akan tetapi, tidak semua pemuda Nias sanggup melakukannya meskipun sudah berlatih sedari kecil. Masyarakat Nias percaya bahwa selain latihan, ada unsur magis dari roh leluhur dimana seseorang dapat berhasil melompati batu dengan sempurna. Lompat batu di Pulau Nias awalnya merupakan tradisi yang lahir dari kebiasaan berperang antardesa suku-suku di Pulau Nias. Masyarakat Nias memiliki karakter keras dan kuat diwarisi dari budaya pejuang perang. Dahulu suku-suku di pulau ini sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, perbatasan tanah, atau...
Tor-tor adalah tari tradisional Sumatera Utara. Gerakan tari ini seirama dengan iringan musik yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti godang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarah, tari tor-tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.
Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.
Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak. Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan. Jenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya. Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan...
Labuhan Batu merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara . Kabupaten yang beribukota Rantau Prapat ini berjarak kurang lebih 300 km dari ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan, dan dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan jalan darat, mobil atau kereta api selama 7-8 jam. Kabupaten ini memiliki potensi Daerah Tujuan Wisata yang belum dikelola dengan baik. Salah satu di antaranya adalah Pulau Si Kantan yang kira - kira berjarak kurang lebih 90 km dari Rantauprapat yang berada di pertemuan Sungai Barumun dan Sungai Bilah (di muara ini terkenal dengan ikan terubuknya) berhadapan dengan kota Labuhan Bilik (Kecamatan Panai Tengah) dan Tanjung Sarang Olang (Kecamatan Panai Hulu). Menurut cerita, Pulau Si Kantan dulunya tidak ada. Namun, ratusan tahun yang lalu telah terjadi sebuah peristiwa yang sangat luar biasa,sehingga pulau ini muncul di tengah-tengah Sungai Barumun. Peristiwa tersebut diceritakan dalam sebuah cerita...
Sebagian kecil dari kita pasti tau tentang Tari Sawan ini, bahkan ada yang pernah melihatnya langsung pertunjukkan tari 7 sawan. Namun awal mulanya tari sawan tidak berjumlah tujuh melainkan hanya satu. Zaman dulu kala, Sisingamangaraja memiliki anak perempuan bernama Lopian atau Putri Lopian. Sebelum perang, Sisingamangaraja meminta putrinya tersebut untuk menari di hadapannya. Putri Lopian menari tor-tor Pangurason (membersihkan ; membersihkan dari Roh-roh jahat, membersihkan ruangan dan sebagainya) menggunakan 1 cawan. Dan zaman pun semakin berkembang, tari sawan juga dikembangkan ditambah menjadi tiga (pada tahun '80-an), lalu berjumlah 5 (tahun '90-an) dan berjumlah 7 (tahun 2000-an) untuk sebagai atraksi & hiburan.
Pada masa yang silam, apabila seorang terkemuka meninggal sebelum mempunyai anak sebagai penyambung keturunan, dianggap merupakan kesialan. Untuk mencegah supaya nestapa seperti itu tidak berulang kembali, maka diadakanlah tarian duka menggunakan boneka dari kayu. Boneka tersebut bentuknya seperti manusia, kepalanya dilumuri dengan kuning telur. Giginya dicat hitam menggunakan jelaga baja, pada lekuk mata dilekatkan buah berwarna merah. Boneka diberi pakaian ulos Batak, di atas kepalanya dilekatkan rambut kuda atau ijuk, atau diberi ikat kepala. Selanjutnya boneka diletakkan di atas papan beroda, lalu ditarik berkeliling kampung. Kaum kerabat memeluk boneka sambil menangis tersedu-sedu, sebagai tanda perpisahan untuk selamanya. Jika boneka duka diarak di kala terang bulan, akan membawa suatu perasaan pilu dan mengharukan. Pada malam terakhir acara tari-tari duka itu, boneka dibawa keluar kampung, lalu dicampakkan ke Danau Toba, maksudnya supaya di masa yang akan datang, tidak be...
a. Tari Serampang Dua Belas, sebuah tari melayu dengan irama joged. Diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang Dua Belas merupakan tari pergaulan, baik bagi muda-mudi maupun orang tua. b. Tari Tor-tor, sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk. c. Tari Marsia Lapari, tari garapan ini menggambarkan kegiatan gadis-gadis Sumatera Utara yang senantiasa saling membantu dalam menggarap sawah. Olahan tari didasarkan unsur gerak tari daerah Tapanuli Selatan yang diramu dengan unsur daerah lain, dengan iringan musik gondang sembilah. d. Tari Manduda, suatu bentuk tarian rakyat Simalungun yang bersuka ria di masa panen padi.