Anak
304 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Bangsi Alas
Alat Musik Alat Musik
Aceh

Alat musik tradisional Aceh yang bernama Bangsi Alas adalah merupakan  instrumen tiup dari bambu yang dijumpai banyak  dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan mistik, yaitu ketika ada orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya - See more at: http://serba-tradisional.blogspot.com/2014/02/7-alat-musik-tradisional-aceh.html#sthash.tVNFaMKI.dpuf

avatar
Meta Indriyani Kurniasari
Gambar Entri
Canang
Alat Musik Alat Musik
Aceh

Canang adalah alat musik tradisional dari Aceh yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas. Masyarakat Aceh menyebutnya " Canang Trieng ", di Gayo disebut " Teganing ", di Tamiang disebut " Kecapi " dan di Alas disebut dengan " Kecapi Olah ".   Canang terbuat dari kuningan dan bentuknya menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik canang dan masing-masing memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda pula. Fungsi canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional. Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang

avatar
Meta Indriyani Kurniasari
Gambar Entri
RAPAI
Alat Musik Alat Musik
Aceh

Alat musik tradisional Rapai merupakan alat musik yang dibunyikan dengan cara dipukul. Menurut Z.H Idris, alat musik Rapai ini berasal dari Bahdad (irak), dan dibawa ke Aceh oleh seorang penyiar agama Islam bernama Syeh Rapi. Dalam pertunjukannya, alat musik rapai ini dimainkan oleh 8 sampai 12 orang pemain yang disebut awak rapai. Alat musik Rapai ini berfungsi untuk mengatur tempo dan tingkahan-tingkahan irama bersama Serune kalee maupun buloh perindu. Berdasarkan besarnya rapai serta fungsinya, alat musik tradisional dari Aceh ini terdiri dari beberapa jenis yaitu :   Rapai Pasee (rapai gantung) Rapai Daboih Rapai Geurimpheng (rapai macam) Rapai Pulot Rapai Anak/tingkah Rapai kisah  Alat musik rapai ini biasanya dimainkan dalam berbagai kesempatan seperti misalnya pada saat pasar malam, upacara perkawinan, ulang tahun, mengiringi tarian, memperingati hari hari tertentu dan acara lainnya. Namun, selain dimainkan secara tunggal alat musik...

avatar
Meta Indriyani Kurniasari
Gambar Entri
bangsi alas
Alat Musik Alat Musik
Aceh

Alat musik tradisional Aceh yang bernama Bangsi Alas adalah merupakan  instrumen tiup dari bambu yang dijumpai banyak  dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan mistik, yaitu ketika ada orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya.     

avatar
Yulius Dwi Kristian
Gambar Entri
rapai aceh
Alat Musik Alat Musik
Aceh

Alat musik tradisional Rapai merupakan alat musik yang dibunyikan dengan cara dipukul. Menurut Z.H Idris, alat musik Rapai ini berasal dari Bahdad (irak), dan dibawa ke Aceh oleh seorang penyiar agama Islam bernama Syeh Rapi. Dalam pertunjukannya, alat musik rapai ini dimainkan oleh 8 sampai 12 orang pemain yang disebut awak rapai. Alat musik Rapai ini berfungsi untuk mengatur tempo dan tingkahan-tingkahan irama bersama Serune kalee maupun buloh perindu. Berdasarkan besarnya rapai serta fungsinya, alat musik tradisional dari Aceh ini terdiri dari beberapa jenis yaitu :   Rapai Pasee (rapai gantung) Rapai Daboih Rapai Geurimpheng (rapai macam) Rapai Pulot Rapai Anak/tingkah Rapai kisah  Alat musik rapai ini biasanya dimainkan dalam berbagai kesempatan seperti misalnya pada saat pasar malam, upacara perkawinan, ulang tahun, mengiringi tarian, memperingati hari hari tertentu dan acara lainnya. Namun, selain dimainkan secara tunggal alat musik...

avatar
Yulius Dwi Kristian
Gambar Entri
Kue Bhoi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Aceh

Kue Bhoi  adalah penganan khas  Aceh Besar  yang dikenal luas oleh masyarakat Aceh. Bentuk kue ini sangat bervariasi, seperti : bentuk ikan, bintang, bunga, dan lain-lain. Kue Bhoi ini dapat menjadikan salah satu buah tangan ketika akan berkunjung ke sanak saudara atau tetangga yang mengadakan hajatan atau pesta, seperti sunatan dan kelahiran.  Kue Bhoi ini mempunyai harga yang sangat relatif murah, satu kemasan berkisar dengan harga Rp. 5.000,- ,10.000,- bahkan ada yang ratusan ribu. Kue Bhoi juga dijadikan sebagai salah satu isi dari bingkisan seserahan yang dibawa oleh calon pengantin pria untuk calon pengantin perempuan pada saat acara pernikahan. Kue Bhoi sendiri biasanya diperoleh di pasar-pasar tradisional ataupun dipesan langsung pada pembuatnya. Proses pembuatan kue Bhoi ini pun tergolong sedikit rumit. Pasalnya, tidak semua orang bisa membuat kuliner ini dan dibutuhkan kesabaran serta keuletan.   Alamat dan Kontak Pe...

avatar
Meta Indriyani Kurniasari
Gambar Entri
Tujuh Anak Lelaki
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Aceh

Tujuh anak lelaki dalam cerita ini adalah tujuh orang bersaudara yang dilahirkan oleh sepasang suami-istri di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, Indonesia. Ketujuh anak lelaki tersebut sungguh bernasib malang. Ketika masih kecil, mereka dibuang oleh kedua orangtua mereka ke tengah hutan jauh dari perkampungan. Mengapa ketujuh anak lelaki itu dibuang oleh kedua orangtua mereka? Lalu, bagaimana nasib mereka selanjutnya? Ikuti kisahnya dalam cerita Tujuh Anak Lelaki berikut ini!   Alkisah, di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil. Anak yang paling tua berumur sepuluh tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur dua tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran untuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan mereka senantiasa rukun, damai, dan tenteram.   Pada suat...

avatar
Meta Indriyani Kurniasari
Gambar Entri
Tujuh Anak Lelaki
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Aceh

Tujuh anak lelaki dalam cerita ini adalah tujuh orang bersaudara yang dilahirkan oleh sepasang suami-istri di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, Indonesia. Ketujuh anak lelaki tersebut sungguh bernasib malang. Ketika masih kecil, mereka dibuang oleh kedua orangtua mereka ke tengah hutan jauh dari perkampungan. Mengapa ketujuh anak lelaki itu dibuang oleh kedua orangtua mereka? Lalu, bagaimana nasib mereka selanjutnya? Ikuti kisahnya dalam cerita Tujuh Anak Lelaki berikut ini!   Alkisah, di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil. Anak yang paling tua berumur sepuluh tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur dua tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran untuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan mereka senantiasa rukun, damai, dan tenteram.   Pada suat...

avatar
Meta Indriyani Kurniasari
Gambar Entri
Amat Rhang Manyang
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Aceh

Dikampung Pasie, berdekatan dengan Paya Senara daerah Krueng Raya, Nanggroe Aceh Darussalam. Pada zaman dahulu, berdiamlah di tempat tersebut satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan seorang anaknya laki-laki bernama Amat. Amat, sering juga di panggil ” Agam ” ( Dalam Istiadat Aceh, panggilan Agam adalah untuk seorang anak laki-laki maupun perempuan di panggil Inong). Keluarga ini tergolong miskin. Pekerjaan sehari-hari adalah mengolah sabut dan garam. kulit kelapa yang umunya dibuang orang, mereka kumpulkan, lalu direndamkan dalam lumpur. Setelah beberapa lama, rendaman itu diangkat, di bersihkan. Isinya yang sedikit membusuk dibuang sehingga tinggal seratnya saja. Serta ini diolah atau dipintal menjadi jenis tali sabut.  Untuk memasak, mereka menggunakan kulit kelapa, pelepah dan daunnya sebagai kayu api. Sedangkan bagi orang kaya semua itu dibuang atau tidak dibutuhkan dalam kebutuhan mereka, cuma dibutuhkan untuk api unggun dalam kandang lembu mereka untuk...

avatar
Meta Indriyani Kurniasari