Satu batang kayu (laore, bayo, bui) kira-kira 1,3 m panjang. Bagian bawah dipahat seperti siku yang memanjang. Ujung yang satu digantung dengan tali seperti bue , ujung lain dipegang, diputar-putar dan dipukul, sehingga menghasilkan 3 nada. Memainkan alat musik ini mengingatkan nasehat "Möli-möli" dari orang tua. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Alat musik dengan satu tali yang digesek. Musik ini di bunyikan sambil bernyanyi dengan tujuan untuk menyampaikan keluh kesah si pemain. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
G endang yang didudukkan di atas tanah ketika dibunyikan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
G endang kecil yang dipasangin kulit sebelah-menyebelah. Sering dimainkan di pesta pernikahan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik
Bedug yang lebih panjang, l/k 1 m; kulit dipasang hanya sebelah. Bedug ini terutama digunakan di Nias Selatan di upacara keagamaan. Ini dipasang di atap rumah dan dimainkan dengan tangan. Hampir sama dengan gendang "Fondrahi" tetapi sedikit lebih besar. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik
Bedug yang paling panjang, l/k 3 m; hanya di rumah bangsawan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik
Serunai [ surune ] dari bambu. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik
Riwi-riwi lewuö di Nias Utara. Alat dari bambu yang ditiup. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik
Alat sederhana yang ditiupkan untuk meniru suara burung (juga dikenal sebagai ufu-ufu ). Ini digunakan oleh pemburu untuk menangkap burung. Ini bisa dibuat secara sangat cepat dengan memotong sempalan dari bambu atau kayu lain yang sejenis. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik