Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat, Indonesia. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi. https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2017/04/peninggalan-sejarah-provinsi-sumatera-barat.html
Tugu PDRI, Monumen Nasional PDRI atau Monumen Nasional Bela Negara adalah monumen peringatan yang didirikan untuk memperingati sejarah perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia ketika ibu kota Indonesia jatuh ke tangan Belanda pada Agresi Militer Belanda Kedua. Monumen ini dibangun di area seluas 40 hektare di salah satu kawasan yang pernah menjadi basis PDRI, yaitu di Jorong Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2017/04/peninggalan-sejarah-provinsi-sumatera-barat.html
Prasasti Kuburajo (juga disebut Prasasti Kuburajo I atau Prasasti Koeboer Radja) ditemukan di daerah Kuburajo 0,463309°LS 100,578461°BT, Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat pada tahun 1877 dan didaftarkan oleh N.J. Krom dalam "Inventaris der Oudheden in de Padangsche Bovenlanden" (OV 1912:41). Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta, yang terdiri atas 16 baris tulisan. Prasasti ini merupakan salah satu dari sekian banyak prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman. Adityawarman merupakan pelanjut dari Dinasti Mauli penguasa pada Kerajaan Melayu yang sebelumnya beribu kota di Dharmasraya, dan dari manuskrip pengukuhannya ia menjadi penguasa di Malayapura Swarnnabhumi atau Kanakamedini pada tahun 1347 dengan gelar Maharajadiraja SrÄ«mat SrÄ« UdayÄdityawarma PratÄpaparÄkrama RÄjendra MaulimÄli Warmadewa, dan di kemudian hari ibu kota dari kerajaan ini pindah ke daerah pedalama...
Batik Minangkabau dikenal dengan motif sicam, siku-suku barag, pucuk rebung, dan kalauk paku. Terdapat juga motif tradisionalnya yaitu berupa burung hong dan kuda laut. Sumber : https://fnrbatik.com/motif-batik/
Prasasti Suruaso merupakan salah satu dari prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman.Prasasti ini juga dinamakan dengan Prasasti Batu Bapahek. Prasasti ini dinamakan Prasasti Suruaso karena pada manuskripnya tersebut kata Sri Surawasa yang merupakan asal kata dari nama nagari Suruaso di (wilayah Kabupaten Tanah Datar sekarang). Kira-kira 1 km dari Suruaso terdapat sebuah pengairan menembus bukit yang dipahat, jaraknya hanya sekitar 2 meter dari tepi Batang Selo, dan pada bahagian kiri dan kanan saluran irigasi ini terdapat prasasti, dan salah satunya adalah prasasti ini. Prasasti ini menggunakan aksara Melayu dan sebuah lagi menggunakan aksara Nagari (Tamil). Pembangunan saluran irigasi ini dapat menunjukan kepedulian Adityawarman untuk peningkatan taraf perekonomian masyarakatnya dengan tidak bergantung dengan hasil hutan dan tambang saja. Saat ini, prasasti masih berada di lokasi penemuannya (in situ) dan telah diberi atap tradisional Minangkabau sebagai pelindun...
Prasasti Batusangkar, atau Prasasti Saruaso II, adalah sebuah prasasti zaman Adityawarman yang sekarang terletak pada kawasan Fort Van der Capellen, di depan rumah dinas bupati kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Indonesia. Prasasti ini sebelumnya ditemukan di kawasan Bukit Gombak, nagari Baringin. Dalam prasasti ini menyebutkan bahwa Ananggawarman sebagai putra mahkota, kemudian menggantikan posisi Adityawarman dalam suatu upacara hewjra, dan Adityawarman diibaratkan telah menuju kepada tingkat ksetrajna. https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Batusangkar
Prasasti Bukit Gombak Sumber :https://id.wikipedia.org Prasasti Bukit Gombak merupakan salah satu dari beberapa prasasti yang ada pada zaman Adityawarman. Prasasti ini dinamakan sesuai dengan nama tempat ditemukannya prasasti ini, yaitu di daerah Bukit Gombak yang sekarang termasuk dalam kawasan Kabupaten Tanah Datar), Sumatera Barat. Beberapa prasasti lainnya yang ditemukan di daeraqh ini sampai sekarang belum diterjemahkan. Isi prasasti Prasasti ini terdiri dari 21 baris tulisan, fokus utama dari prasasti ini adalah menjelaskan tentang status kedudukan Adityawaraman serta menyebutkan asal usul dari Adityawarman yaitu putra dari Adwayadwaja. Pada prasasti ini terdapat penanggalan pada 1278 Çaka atau 1357 serta ditulis oleh seorang Acarya (pendeta guru). Prasasti ini juga memiliki tinggi mencapai 2 meter lebih. Sumber :https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Inscription_of_Bukit_Gombak.jpg&filetimestamp=20100318191238&...
Tari Piring Tari Piring (Tari Piriang) adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Kenapa disebut Tari Piring? Karena Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan. Tari Piring merupakan sebuah simbol masyarakat Minangkabau. Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri daripada langkah-langkah Silat Minangkabau atau Silek. Konon, tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis. Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tar...
Tarian Baralek Gadang Tari Baralek Gadang ini menceritakan kehidupan masyarakat Minang, dari kehidupan sehari – hari mulai dari rumah turun kesawah bertanam padi, memanen dan menumbuk padi sampai makan bajamba. Tarian Baralek Gadang pada umumnya dilakukan guna menyambut atau merayakan suatu momentum penting dalam kehidupan Masyarakat Minang. Bisa Pernikahan atau hajatan lainnya yang dianggap penting. https://www.silontong.com/2018/08/28/tarian-daerah-sumatera-barat/