Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Utara Yayaasan Museum Karo Lingga, demikian bunyi papan nama yang membuat saya turun dari mobil. Saya melongok ke dalam dan tampak sebuah rumah panggung sederhana dengan atap bertumpuk khas Karo. Saat saya disana musik dari organ tunggal berbunyi nyaring. Telinga saya sibuk mencari asal suara. Rupanya sedang ada pesta pernikahan di sebuah jambur tidak jauh dari museum. Saya abaikan keramaian itu meski saya cukup penasaran dengan prosesi pernikahan adat Karo. Bangunan seperti rumah adat yang berada di depan museum rupanya sebuah gereja. Tepatnya sebuah gereja Katholik bernama Gereja Santo Petrus Lingga. Bangunan utama gereja menyerupai rumah adat Karo dilengkapi dengan menara lonceng dengan lambang salib di puncaknya. Museum Karo Lingga menempati sebuah rumah sederhana. Saya perlu menaiki tangga kayu dan melintasi beranda berlantai bambu. Memasuki museum, tampak di hadapan sebuah ruangan sangat sederhana menyerupai...
Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Utara Gagasan pendirian Museum GBKP (Gereja Batak Kristen Protestan) muncul pada saat perencanaan perayaan jubileum 100 tahun GBKP (18 April 1890-18 April 1990), yaitu peringatan masuknya Injil ke tanah Karo. Museum GBKP dibangun untuk melestarikan materi dan dokumen sejarah masuk dan berkembangnya agama Kristen di tengah orang Karo. Museum GBKP terletak di lokasi retret Taman Jubelium 100 Tahun GBKP. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada 30 Juli 1990 bersamaan dengan peresmian Taman Jubelium 100 Tahun GBKP. Pada mulanya museum ini digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan retret GBKP. Baru pada 2003 gedung museum diserahkan oleh pengurus GBKP kepada Kepala Biro Museum, Perpustakaan, dan Kebudayaan Karo. Peresmian Museum GBKP dilaksanakan pada 11 Agustus 2007 oleh Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede. Museum ini mempunyai 143 koleksi, meliputi koleksi etnografi, arkeologi, sejarah, filologi, dan keramik Sumber :http...
Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Utara Museum daerah Kabupaten Langkat terletak di kota Tanjung Pura. Keberadaan Museum Daerah ini memanfaatkan gedung bekas Kerajaan Sultan Langkat yang didirikan pada tahun 1905. Museum Daerah Kabupaten Langkat ini terletak di Jl. T. Amir Hamzah dan tidak seberapa jauh dari Mesjid Azizi Tanjung Pura. Keberadaan museum ini dalam kiprahnya terus berusaha untuk melengkapi benda-benda khasanah peninggalan sejarah dan juga benda-benda budaya dari beberapa etnis yang ada di Kabupaten Langkat seperti Melayu, Karo dan Jawa. Dengan luas gedung sekitar 1500 m2, terhimpun menyimpan, merawat dan memperkenalkan aneka ragam benda/barang antara lain: benda/barang milik pribadi T. Amir Hamzah, khasanah berbagai peralatan rumah tangga, alat musik, busana, alat permainan tradisonal dan lain-lain, peralatan buda dan miniatur rumah daerah Jawa, Budaya Karo dan juga miniatur rumah adat Karo, peralatan perjuangan pada masa sebelum keme...
Tari Tandok Tari Tandok adalah tarian dari Sumatera Utara yang erat kaitannya dengan budaya tanam masyarakat Batak. Tarian ini mengisahkan tentang kegiatan panen beras memakai tandok yang dikerjakan para ibu di ladang. Tarian Sumatera Utara ini juga memiliki arti akan nilai kekeluargaan antar sesama masyarakat. Tarian ini biasanya dilakukan para wanita yang memakai pakaian tradisional Batak dengan dominasi warna hitam dan merah. Sementara properti yang dipakai adalah tandok, ulos dan juga kain sarung yang biasanya dilakukan empat orang penari akan tetapi juga bisa dilakukan lebih dari empat orang asalkan jumlahnya gena Sementara untuk musik yang digunakan adalah musik Gondang yakni alat musik ansambel yang memiliki tangga nada beragam. Jika pada gamelan Bali dan Jawa variasi musik dihasilkan dari kehandalan pemain Salendro, dalam Gondang akan tergantung dari pemain Sarune dan Taganing. https://budayalokal.id/tarian-sumatera-utara/
Pangora Pangora ialah alat musik sejenis gong Jawa dengan bentuk yang relatif sama. Bedanya, alat musik pangora ini berbunyi “pok”. Apa yang menyebabkan begitu? Hal ini disebabkan karena alat musik Pangora ini dipukul dengan menggunakan stik dan bagian pinggiran pangora diredam dengan pegangan tangan. Ukuran alat musik Pangora yang paling besar dengan diameter sekitar 37 cm dan ketebalan sekitar 6 cm. https://www.silontong.com/2018/05/06/alat-musik-tradisional-batak-toba/
Aramba Dalam susunan Alat musik tradisional Sumatera Utara Aramba merupakan alat musik yang biasa dimainkan pada saat acara perkawinan. Aramba terbuat dari tembaga kuningan / logam perunggu, alat musik ini diyakini berasal dari Nias. Aramba dimainkan dengan cara dipukul pada bagian yang berbentuk bundar dan menonjol di bagian tengahnya, biasanya Aramba digantungkan pada seutas tali, bentuk alat musik ini mudah dikenali karena adanya bentuk bundar yang menonjol pada bagian atasnya. Bentuk Aramba Aramba memiliki garis tengah 40 cm ~ 50 cm, sedangkan untuk Aramba yang digunakan keturunan bangsawan adalah Aramba Fatao dan Aramba Hongo yang bergaris tengah 60 cm ~ 90 cm. Jika dilihat sepintas, Aramba seperti memiliki 2 bagian, yakni bagian datar panjang dan bagian yang untuk dipukul, gambar alat musik tradisional Sumatera Utara tersebut seperti yang terlihat. https://www.silontong.com/2018/05/05/alat-musik-tradisional-sumatera-utara/
Baju Adat Daerah Sumatera Utara – Pakaian Batak Toba Suku Batak Toba adalah merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak. Suku Batak Toba meliputi Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan sekitarnya. Pakaian adat Batak Toba didominasi penggunaan kain ulos. Kain ulos merupakan kain tradisional dari Sumatera Utara. Pakaian Batak Toba ini kerap digunakan ketika menghadiri upacara atau ritual adat seperti pernikahan dan Pesta. https://www.silontong.com/2018/04/24/pakaian-daerah-sumatera-utara/
Baju Adat Daerah Sumatera Utara – Pakaian Adat Batak Sibolga Suku Batak Sibolga adalah suatu suku yang terdapat di sebagian besar Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya wilayah pegunungan dan sebagian kecil Kabupaten Tapanuli Utara tepatnya di Kecamatan Adiankoting. Suku ini sebenarnya berawal dari interaksi antara suku Batak Toba, Silindung dan Humbang dengan wilayah pesisir Tapanuli untuk menukarkan hasil pertanian mereka dengan hasil laut masyarakat Batak Pasisi. Seiring berjalannya waktu, suku ini bermigrasi lebih dekat ke pesisir untuk memudahkan kegiatan pertukaran hasil pertanian mereka dengan hasil laut. https://www.silontong.com/2018/04/24/pakaian-daerah-sumatera-utara/
Rumah Adat Nias Rumah adat Nias dinamai Omo Hada, bentuk rumah adat ini adalah panggung tradisional orang Nias. Selain itu, juga terdapat rumah adat Nias dengan desain yang berbeda, yaitu Omo Sebua. Omo Sebua ini merupakan rumah tempat kediaman para kepala negeri (Tuhenori), kepala desa (Salawa), atau kaum bangsawan. Rumah adat ini dibangun diatas tiang-tiang kayu nibung yang tinggi dan besar, serta beralaskan Rumbia. Bentuk denahnya ada yang bulat telu, ini di daerah Nias Utara, Timur, dan Barat. Sedangkan ada pula yang persegi panjang yaitu didaerah Nias Tengah dan Selatan. Bangunan rumah adat ini tidak berpondasi yang tertanam ke dalam tanah. Dan sambungan antara kerangkanya tidak memakai paku, sehingga tahan goyangan gempa. https://www.silontong.com/2018/03/06/rumah-adat-suku-sumatera-utara/