Fulit istilah dalam bahasa etnis Baham, merupakan nama dari cara pengolahan sagu (makanan pokok lokal penduduk Papua). Yaitu pengolahan sagu dengan cara dibakar dengan media bambu tipis (buluh). Dalam teknik pengolahan ini, mula-mula tepung sagu disaring dengan menggunakan saringan kemudian dijemur pada sinar matahari, sesuadah itu tepung sagu yang halus itu kemudian dimasukan kedalam satu ruas buluh yang panjangngnya sekitar 35-50 cm dan dibakar dengan panas api sedang sampai matang. Jika telah matang maka buluh tersebut dapat dibelah dan isi sagu yang telah matang tersebut dapat dimakan atau diiris-iris, dijemur dan disimpan sebagai bekal untuk dimakan bersama lauk ikan atau sayur. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=1540
Herijab adalah istilah lokal khas etnis Baham, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat utuk menyebut teknis/cara pengawatan ikan. Pengertian dari kata Herijab adalah teknik atau cara mengawetkan/memasak ikan dengan cara diasar/diasap namun sebelumnya dijepit dengan menggunakan kayu atau bambu dari arah ekor ikan ke arah kepala secara simetris. Cara Pengolahan: Langkah-langkahnya adalah ikan dicuci/dibersihkan kemudian dejepit dengan menggunakan kayu atau bambu berukuran sedang, ujung kayu dimasukan melalui insang kemudian ditarik secara simetris keara ekor kemudian diikat. Setelah dijepit ikan-ikan tersebut kemudian diasap diatas perapian dengan ketinggian sekitar 40 s/d 50 cm dengan panas api sedang sampai matang. Adapun tujuan dari menjepit ikan tersebut adalah agar ikan tesebit tidak mudah rusak pada saat diasar/diasap, selain itu kayu penjepit tersebut berfungsi sebagai pegangan baik pada saat melakukan pengasapan maupun pada saat mengangkut/mendistribusikannya....
Mahe Tumi adalah istilah dalam bahasa Baham mata (Iha) untuk menyebut tembakau negeri yaitu tembakau lokal yang diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat etnis Baham di Semenanjung Onim, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Cara mengkonsumsi yaitu ; Daun tembakau diiris-iris kemudian dikeringkan dengan cara dijemur, untuk mengkonsumsinya digunakan daun khusus yang dilinting sebagainya layaknya rokok. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=1542
Han adalah makanan tradisional etnis Baham, salah satu etnis yang mendiami semenanjung Onim, wilayah pemerintahan Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Han merupakan nama dari cara pengolahan sagu (makanan pokok lokal penduduk Papua), yaitu pengolahan sagu dengan cara dibakar dengan media daun ofin (sejenis daun pandan yang tumbuh di pantai). Cara Pengolahan: Cara/teknik pengolahan seperti ini sudah lama dilakukan oleh suku bangsa Baham, jauh sebelum penggunaan peralatan memasak dari tanah liat maupun dari logam. Dalam teknik pengolahan ini, tepung sagu yang masih basah/masih baru dibungkus dengan daun ofin kemudian dikaitkan dengan menggunakan lidi dan dibakar pada api, jika daun sudah tampak gosong dan sagu telah matang maka sagu telah dapat dimakan atau disimpan sebagai bekal untuk dimakan bersama lauk ikan atau sayur. Bagi masyarakat suku Bangsa Baham dan pada umumnya masyarakat Papua sagu merupakan makanan tradisional yang banyak dikelola dengan berbagai an...
Bru We adalah makanan tradisional orang Abun, dengan bahan dasar sagu dan pisang. Cara Pembuatan: Siapkan sagu dan pisang. Pisang yang digunakan adalah pisang masak. Kuliti pisang dan hancurkan hingga halus kemudian pulung menjadi bulat-bulat kecil. Siapkan bambu berukuran sedang dengan panjang sekitar satu meter. Sementara itu, siapkan perapian di tungku. Setelah semua bahan siap, masukkan sagu ke dalam bambu dan padatkan dengan cara memukul batang bambu. Masukkan pisang dan selingi lagi dengan sagu, lakukan berulang hingga bambu penuh. Tutup lubang bambu dengan daun pisang. Letakkan bambu diatas perapian, hingga benar-benar masak, sekitar 30 menit hingga satu jam Bru We, selain dikonsumsi untuk penganan sehari-hari juga dihidangkan pada saat pesta adat, sebagai hidangan utama. Fungsi sosial dari makanan tradisional ini adalah untuk mempererat rasa solidaritas, selain itu merupakan bagian dari pengetahuan tradisional dalam memanfaatkan alam sebagai sumber daya untuk me...
Brube adalah makanan tradisional masyarakat Abun yang berbahan dasar sagu. Cara membuat: Siapkan sagu / tepung sagu dan bambu. Buat api dalam tungku dan buatlah para-para di atas tungku tersebut. Masukkan sagu dalam bamboo sampai padat dan penuh. Bakar diatas para-para hingga bambu berubah warna kecoklatan. Setelah itu angkat dan dinginkan. Setelah dingin belah bambu dan brube siap untuk disantap. Brube biasanya dihidangkan pada saat pesta adat maupun konsumsi sendiri. Seperti makanan tradisional lainnya, brube terbuat dari sagu. Namun brube tidak mendapat tambahan apapun seperti daging atau pisang. Brube dikonsumsi sehari-hari dan juga disajikan pada saat ritual adat. Membuat brube dan makanan tradisional lain merupakan keahlian yang harus dimiliki kaum perempuan, untuk itu diajarkan sejak dini. Keahlian memasak dan mengolah makanan menjadi syarat khusus bagi perempuan yang hendak menikah. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newd...
Bambu diambil yang muda dan besar. Lalu dipotong, dibagi lagi 1 ruas untuk melihat luas ruang di dalam lubang bambu. Lalu bambu tersebut diisi dengan sayur dan ditutup dengan menggunakan sayur-sayuran yang tidak terpakai atau daun yang sudah tua. Selanjutnya bambu dibakar sampai berwarna hitam dan susut, tanda makanan sudah masak. Sayur yang sudah masak tersebut kemudian dikeluarkan dan dihidangkan Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3202
Niah Awiah adalah bahasa maybrat yang artinya masak keladi. Sebelum memasak keladi, masyarakat mengambil kulit pohon Aku atau gaharu, Panjang kulit Aku/gaharu yang dibutuhkan adalah 1 meter dan lebar 30 cm. Kulit kayu selanjutnya dilipat kedua sisinya hingga membentuk wadah empat persegi panjang dan dijepit dengan menggunakan bambu yang dibelah dua. Wadah yang sudah jadi itu, selanjutnya diisi air dan keladi.lalu ditaruh diatas para-para. Api harus tetap dijaga, agar keladi cepat matang dan siap dihidangkan. Dimasa lampau kegiatan memasak keladi (Niah Awiah ini) dilakukan ketika ada acara-acara kumpul keluarga, sehingga menambah keakraban keluarga dan lingkungan lainnya Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3203
Aof adalah makanan tradisional orang Maybrat yang disebut Papeda. Proses pembuatan papeda dimulai dengan membersihkan sagu, Sagu diberi air dan disaring. Sambil menunggu sagu mengendap, masak air panas. Setelah sagu mengendap, buang airnya dan tuangkan air panas ke dalam wadah tempat sagu, sambil di aduk, hingga mengental dan bening menjadi papeda. Di Papua, papeda menjadi makanan wajib, sekalipun pada acara-acara besar dan resmi, papeda tetap dihidangkan dengan ikan kuah, kangkung tumis dan lain sebagainya. Papeda membuat suasana menjadi akrab. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3204