Orang Ngada sebenarnya terdiri atas beberapa sub-suku bangsa yaitu Ngada , Maung, Riung, Rongga, Nage Keo, Bajawa dan Palue. Sub-sub suku bangsa itu umumnya ditandai oleh perbedaan dialek-dialek yang mereka pakai. Sungguhpun begitu ciri-ciri kebudayaan mereka memperlihatkan kesamaan. Masyarakat Suku Ngada berdiam di Pulau Flores, tepatnya di wilayah Kabupaten Ngada , Provinsi Nusa Tenggara Timur. Populasinya diperkirakan sekitar 155.000 jiwa. Mata pencaharian hidup mereka umumnya adalah berladang, sebagian di sawah, ada pula yang beternak sapi, kerbau, dan kuda. Rumah Suku Ngada Rumah orang Ngada disebut nua. Rumah-rumah itu berdiri dalam pola bulat telur atau persegi panjang dengan posisi mengelilingi sebuah lapangan yang digunakan untuk berkumpul dan mengadakan upacara. Di tengah-tengah lapangan itu terdapat sebuah panggung batu untuk melengkapi upacara yang mereka sebut terse, di atasnya terdapat al...
Menurut masyarakat Dawan dalam kehidupan adat istiadatnya sapaan selalu ditandai dengan siri pinang. Siri pinang merupakan lambang penghormatan untuk memberikan harkat dan martabat seseorang. Sumber: https://rzgams26.wordpress.com/2014/03/30/tarian-khas-nusa-tenggara-timur/
Tarian yang berasal dari permainan rakyat ini Alor ini menggambarkan keceriaan muda-mudi pada saat acara-acara pesta adat. Yang menarik dari tarian ini adalah ketangkasan muda-mudi dalam berlompat-lompat diatas permainan bambu. Sumber: https://rzgams26.wordpress.com/2014/03/30/tarian-khas-nusa-tenggara-timur/
Fungsi tari ini biasa digunakan untuk menjemput para tamu agung, atau seorang kepala suku yang diangkat secara adat. Poto artinya mengangkat atau menjunjung kebesarannya; Wolo artinya gunung atau bukit. Sumber:https://rzgams26.wordpress.com/2014/03/30/tarian-khas-nusa-tenggara-timur/
Tarian ini biasanya dilaksanakan pada upacara adat menjelang padi lading menguning. Wasa Wojarana menggambarkan luapan rasa gembira , dengan meilhat bulir-bulir padi lading yang menjanjikan dan sebagi ungkapan terimakasih kepada pencipta dan sekaligus memohon agar panen tidak gagal akibat bencana alam dan ancaman hama. Tarian ini ditampilkan ditampilkan dengan irama pelan dan cepat. Sumber: https://rzgams26.wordpress.com/2014/03/30/tarian-khas-nusa-tenggara-timur/
Tari ini menggambarkan kegiatan masyarakat Mbarambanja dalam kegiaatanya menangkap ikan. Sumber: https://rzgams26.wordpress.com/2014/03/30/tarian-khas-nusa-tenggara-timur/
Dulunya Tari Bonet digelar saat masyarakat suku Dawan hendak meminta perlindungaa kepada Tuhan, agar menjaga kesuburan jagung, makananpokoknya, sampai musim panen berikut. Kini, seiring dengan perkembangan zaman, Tari Bonet yang menggunakan alat bantu pertunjukan berupa lesung dan alu, digelar dalam situasi apa pun, mulai dari pernikahan sampai acara menyambut tamu. Suku Dawan merupakansuku besar di Pulau Timor bagian barat. Tersebar di wilayah administrasi Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara. Oleh masyarakat suku tersebut, tarian ini dipercaya sebagai salah satu khazanah sastra lisan yang masih tersisa di NTT. Selain tiga tarian lainnya, yakni Heta, Tonis, dan Niiii. Tari Bonet, seperti tarian khas NTT pada umumnya-Lego-Lego di Pulau Alor, Gawi di Pulau Flores-ditarikan dengan cara membentuk lingkaran. Pe-narinya saling bergandengan tangan dan berputar sambil melantunkan pantun dengan syair-syair yang memiliki rimaberulang. Biasanya dipertun-jukkan se...
Masyarakat Sabu Raijua di Nusa Tenggara Timur memiliki tradisi mencium yang mungkin tidak dimiliki oleh budaya lain. Menurut penelitian Guru Besar Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Prof Dr Felysianus Sanga MPd saat ini ada makna 22 ciuman yang sudah menjadi budaya masyarakat Sabu Raijua. "Makna 22 ciuman itu merupakan budaya masyarakat Sabu Raijua, namun masing-masing ciuman memiliki makna sendiri-sendiri," katanya di Kupang, Kamis (27/4/2017), saat menyampaikan "Makna Budaya Adat dan Beradaban" pada Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-53 di Lapas Penfui Kupang. Ia mengatakan tradisi mencium bagi masyarakat di Kabupaten Sabu Raijua memiliki makna tersendiri dan dilakukan kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja. "Mencium hidung sama dengan menyapa orang lain," ujar Felysianus. Tradisi mencium tersebut dalam bahasa setempat disebut Henge'do, dan biasa dilakukan oleh masyarakat Sabu dikala menyambut atau bertemu dengan seseorang. Tradisi ini memiliki makn...
Tradisi melarung atau dalam bahasa daerahnya Pamanga Tamianotai yang sudah lama tidak pernah dilakukan kembali dihidupkan oleh nelayan di Pulau Pemana, Kabupaten Sikka. Tradisi inimerupakan tradisi untuk memberi penghormatan kepada laut yang telah menghilang sejak tahun 1980-an. Pulau Pemana sendiri merupakan pulau kecil berpasir yang berjarak tempuh 2-3 jam perjalanan menggunakan kapal penumpang dari Maumere. Masyarakat di Pulau Pemana dikenal sebagai nelayan yang tangguh. Para nelayan Pulau Pemana, mayoritas merupakan keturunan suku pendatang dari Selayar, Bone, Buton dan Bugis di Sulawesi yang telah beratus tahun tinggal di wilayah ini. Dalam tradisi warisan dari para leluhur mereka mengikat para nelayan agar menjaga laut dengan tidak menangkap ikan dengan cara merusak terumbu karang, biota laut dan alam. Dengan menggelar kembali ritual ini, masyarakat diajak kembali untuk mencintai laut dan ekosistemnya. Kegiatan ini juga untuk menyadarkan mereka kembali agar mengho...