Leu adalah nama seorang pemuda yang miskin. Ibu dan bapaknya meninggal selagi ia masih kecil. Tinggalnya disebuah desa yang terpencil, jauh dari masyarakat ramai. Sejak ditinggalkan orang tuanya ia hidup sebatang kara. Untuk menyambung hidupnya sehari-hari sebagian besar tergantung dari penghasilan orag-orang disekitarnya, caranya ialah dengan meminta bantuan Leu seperti menjaga anak-anak, membersihkan kebun dan lain-lain pekerjaan sesuai dengan kemampuan Leu sendiri. Sebagai imbalannya ia diberi sekedar makanan dan minuman untuk hari itu dan sedikit beras atau jagung. Apabila tidak ada orang yang meminta bantuan tenaganya maka ia pergi ke sungai untuk menangkap udang. Ini juga untung-untungan ada kalanya ia tidak memperoleh seekorpun.Ia pulang dengan tangan hampa. Ada kalanya ia memperoleh langkah kanan. Kini sudah sebulan penuh Leu tidak lagi mendapat panggilan dari orang-orang sekampungnya yang selama itu sering meminta bantuannya. Jadi selama itu pula pekerjaan sehari-hariny...
Pada jaman dahulu kala di Rote hiduplah sepasang suami-isteri dari hasil perkawinan mereka lahirlah 2 (dua) orang anak laki-laki. Kedua anak tadi sangat dikasihi oleh orang tuanya. Keduanya dijaga dan diasuh sebaik-baiknya, agr kelak di kemudian hari dapat membantu mereka, di dalam pekerjaan-pekerjaan mereka. Pada waktu itu kelimpahan makanan terdapat dimana-mana. Walupun demikian, kedua suami-isteri tidak berdiam diri begitu saja. Tiap-tiap hari terutama hari Metin (ketika air surut) keduanya pergi kelaut mencari ikan, kerang-kerang, dan sayur-sayur laut untuk dimakan. Pekerjaan ini dilakukan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. Karena kebiasaan yang sudah membudaya ini, maka untuk mudahnya mereka memilih tempat tinggal dipantai. Mereka mendirikan sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu, mopuk (batang lontar yang tua), serta atapnya dari daun lontar yang kering.Kebiasaan pergi kelaut bersama-sama mulai berubah setelah lahirnya kedua anak tersebut diatas. Apalagi sa...
Pada jaman dahulu kala ada seorang wanita bernama Meni. Ia berasal dari keturunan atau marga Lasa. Ia tingal bersama-sama dengan ayahnya serta saudara-saudaranya. Meskipun ia sudah dewasa tetpi belum juga ada seorang pemuda yang meminangnya. Pada suatu hari ia pergi ke tepi laut. Di dalam hatinya ia bermaksud untuk mandi karena di sana terdapat pula sebuah mata air yang bening dan jernih. Bagi Meni kesempatan tersebut adalah kesempatan yang baik untuk berjalan-jalan karena sudah tidak betah lagi tinggal di rumahnya. Begitulah perasaannya sehingga ketika Meni sampai di sumber air tersebut ia belum langsung mandi tetapi duduk sambil merenungkan nasibnya. Sementara ia merenung tiba-tiba dari jurusan selatan mencullah seorang pemuda. Pandangan Meni terarah kepada pemuda itu. Pemuda itu makin lama makin dekat ke tempat di mana ia berdiri. Pemuda itu adalah seorang yang tampan dan gagah perkasa sehingga ia berpikir bahwa pemuda itu adalah putra dari seorang raja. Ia mengenakan pakaian...
Di sebuah negeri ada seorang raja dengan seorang anak. Tujuh wanita dan seorang pria, dikenal sebagai raja Todo Boli. Kegemaran raja Todo Boli ialah bermain kote (gasing). Kotenya terbuatdari bala (gading) sedang talinya terbuat dari lodang (loyang). Bala dan lodang menurut pandanagn masyarakat setempat sangat tinggi harganya. Gading bisa dipakai sebagai mas kawin, sedangkan lodang biasanya disimpan sebagai barang pusaka. Daya tahan gading tidak seberapa kalau dibandingkan dengan kayu. Oleh karena itu, gasing Raja Todo Boli selalu pecah. Setiap kali pecah maka harus diganti dengan gasing yang terbuat dari bahan yang sama. Ayah Raja Todo Boli memandang Raja Todo Boli terlalu boros karena kegemarannya itu. Oleh karena itu, ayahnya menasihati dia sebagai berikut, "Apabila engkau menghendaki agar gasingmu bersama talinya tetap terbuat dari bahan yang sama maka hendaknya engkau beristerikan Bulu Manda Bulu-bulu Ole Lolon, karena dia adalah seorang wanita yang rajin bekerja teru...
Pada jaman dahulu berdiamlah seorang nenek disebuah kota. Kota tersebut diperintah seorang raja. Pekerjaan yang dilakukan nenek sehari-hari adalah mengambil kayu api dari hutan dan dijualnya ke kota. Pekerjaan mencari dan mengumpulkan kayu di hutan memakan waktu cukup lama. Oleh sebab itu, terlebih dahulu harus mempersiapkan makanan seperlunya sebelum ia pergi. Pada suatu hari, sekembalinya ia dari hutan, didapatinya makanannya sudah habis sebagian. Ia tidak mengetahui sama sekali siapa sebenarnya yang memakan makanan itu. Keadaan ini berlangsung berturut-turut selama tiga hari. Timbul kecurigaan di dalam hatinya. Keesokan harinya yaitu hari keempat ketika pulang dari hutan ia meletakkan kayu hasil pencahariannya itu agak jauh dari rumahnya. Perlahan-lahan ia melangkah menuju ke rumahnya, di sana didapatinya seekor ular kecil sedang memakan makanan yang telah dipersiapkannya. Makanan itu tersimpan didalam alat penyimpanan makanan yang terbuat dari daun lontar dan biasa...
Konon pada jaman dahulu kala hiduplah seorang laki-laki bersama saudara perempuannya di Lahasbaluk. Laki-laki itu bernama Pati Olo Arakian, biasa disingkat dengan Pati Golo. Sedang saudaranya bernama Buikena Puawadan, biasa dipangil Bikema. Pati Golo adalah seorang pertana. Di sekitar tempat tinggal mereka banyak tumbuh pohon lontar. Oleh sebab itu Pati Golo ingin sekali menyadap untuk mengambil niranya. Untuk maksud itulah Pati Golo perhi ke hutan memotong beberapa batang bambu. Bambu-bambu tersebut sebagian diikat pada batang pohon lontar sebagian lagi dipergunakan untuk menampung niranya. Gunanya bambu untuk bercabang itu diikat pada pohon pada pohon lontar agar ia lebih mudah memanjatnya. Penduduk yang menyebutnya ekeng. Setelah selesai, pati Golo kemudian memanjat untuk menjepit mayangn ya. Alat yang dipergunakan untuk menjepit mayangnya terbuat dari dua bilah kayu yang terikat rapat pada salah satu ujungnya. Penduduk menyebutkannya mona. Maksud menjepit mayang-...
Siti Pol Mage Lio adalah nama sebuah desa di daerah Kabupaten Ende Lio. Di sana hiduplah seorang ibu dan seorang bapak. Si ibu bernama Ose Lango Ladju Burak, sedang si ayah bernama Pati Lae. Kedua suami-isteri mempunyai 8 (delapan) orang anak yang terdiri dari 7 (tujuh) orang putera dan seorang puteri. Nama ke tujuh putera tersebut masing-masing adalah Lalaku Lalo deng, Bala Karung, Kasarua Maring Badjo, Eko Kaen, Wewe Ame, Mabu Kaeng, dan Jawa Ama; Si wanita bernama Tonu Nogo Gunung Wudjo Ema. yang biasa disingkatkan menjadi Nogo Ema atau Nogo Gunug atau Tonu Wudjo. Pada masa itu orang belum mengenal makanan pokok seperti padi dan jagung. Makanan pokok mereka pada waktu itu ialah batu dan buah-buah. Minuman mereka adalah air yang berlumpur. Ketika Nogo Ema atau Nogo Gunung telah dewasa maka oleh saudara-saudaranya ia hendak ditukarkan dengan gading dan kambing. Ini berarti ia harus dibawa dan dijual kepada penduduk di pedalaman Lio. Cara semacam ini menurut istilah Lamaholot di...
Ela Ma khusus dilakukan ketika ada orangtua yang meninggal. Saat itu ketua suku akan membunyikan gong sebagai pengumuman bahwa ada yang telah meninggal. Anak laki-laki sulung atau yang menggantikannya kemudian akan pergi kepada paman mereka untuk meminta barang berupa kain pembungkus jenazah, hewan kurban, padi-padian dan berbagai macam makanan. Barangbarang yang diminta tersebut kemudian akan dipakai untuk acara pemakaman. Hewan kurban disembelih dan dimasak untuk disuguhkan pada acara setelahnya beserta makanan lain yang diminta. Keluarga dan para tetangga kemudian akan melaksanakan acara tumbuk padi dengan menyanyikan lagu-lagu ritual. Setelah pemakaman, anak laki-laki sulung bersama rombongan kemudian pergi kembali ke paman mereka, dan mengantarkan bagian dari salah satu hewan yang disembelih, satu buah bakul padi, alat memasak yang dipakai pada acara tersebut. Makna yang terkandung dalam upacara ini adalah untuk mempersiapkan anak laki-laki sulung untuk menggantikan orang t...
Ayam Panggang Sere Limo NTT (sumber: E-b ook Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)