Pandingdang Pandeglangan Kesenian ini merupakan hasil kolaborasi dari berbagai kesenian daerah, yaitu Rampak Bedug Pandeglang dengan Kendang Pencak, Tarian Saman, Teriakan Beluk, Lagu-lagu Buhun Gendereh, Tarian Pencak Silat, Angklung Dodod, dan jenis seni tradisi lainnya yang ditata sesuai kebutuhan. Dapat juga ditambahkan seni pertunjukkan modern di dalamnya, yaitu pola tabuhan perkusi melalui Waditera Bedug, Kendang, dan Terbang yang terbalut rapi dengan melodi vokal dan aransemen musik Saman, Beluk, dan Sholawatan Terbang Tandak, serta lengkingan Terompet Pencak.
Debus adalah seni pertunjukkan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap pukulan, tebasan, dan tusukan benda tajam. Dalam permainannya, Debus banyak menampilkan atraksi kekebalan tubuh sesuai keinginan pemainnya. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar abad ke-17, Debus digunakan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Dalam perkembangannya, Debus menjadi ragam seni budaya masyarakat Banten dan digemari sebagai hiburan yang langka dan menarik. Selain di Pandeglang, atraksi ini juga banyak ditampilkan di daerah Cilegon, Serang, dan Lebak. .
Seni Saman disebut juga Dzikir Maulud, yaitu kesenian tradisional rakyat Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang yang menggunakan media gerak dan lagu (vocal) dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Allah dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Nama Dzikir Saman berkaitan dengan kata Saman yang berarti delapan dan dicetuskan pertama kali oleh Syech Saman dari Aceh. Tari Saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa oleh para ulama pada abad ke 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Maulud. Namun dalam perkembangannya dapat juga dilakukan pada upacara selamatan rumah, selamatan khitanan, dan pernikahan. Pemain Dzikir Saman berjumlah antara 26 hingga 46 orang, terdiri dari 2 hingga 4 orang vokalis yang membacakan syair-syair dari kitab. Sementara 20-40 orang yang semuanya laki-laki mengimbangi lengkingan suara vokalis dengan saling bersahutan bersamaan (koor).
Sareweh yang terletak di kabupaten Lebak Provinsi Banten memiliki makanan khas yang unik, yaitu Kue Cuhcur. Orang Sareweh biasa menyebutnya Cuhcur. Namun di Serang, Banten disebut Kue Cucur. Menurut saya kuenya sama saja, hanya berbeda penyebutannya. Adapun rasa kue ini manis dan enak. Kue yang terbuat dari bahan dasar gula merah dan tepung beras ini biasa disajikan untuk acara-acara pernikahan, acara keluarga, bahkan menjadi camilan sehari-hari. RM/Toko yang Menyediakan: Rumah Kue Ibu Wida Cake Shop Address: Jalan Kol TB Suwandi (Lingkar Selatan) Kav. Puri Raya Blok B No 4 RT 01 RW 14, Ciracas, Serang, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten 42116 Phone: 0877-7357-6465
Baduy adalah salah satu suku dari sekian banyak suku Indonesia yang berada di Banten. Suku Baduy terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Apabila kita berkunjung ke Baduy, maka di jalan-jalan menuju baduy akan ada penjual Koja. Koja adalah tas yang biasa digunakan orang Baduy atau kanekes (sebutan bagi orang Baduy). Koja tersebut terbuat dari teureup. teureup adalah nama sebuah pohon. terdapat ukuran-ukuran koja, ada yang kecil, sedang, hingga besar. fungsinya sama dengan tas kebanyakan yaitu menyimpan barang untuk dibawa kemana-mana.
Batu Ranjang merupakan sebuah dolmen, yakni meja batu yang di potong batu-batu kecilsebagai kakinya, jenisnya ada yang sederhana da nada pula yang berukir. Dolmen Batu Ranjang tergolong telah maju karena meja batunya telah dikerjakan secara halus. Dalam tradisi megalitik, dolmen memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai tempat penguburan dan tempat pemujaan. Penamaan batu ranjang ini diberikan oleh masyarakat setempat karena bentuknya yang menyerupai tempat tidur/ranjang. Batu Ranjang ini terletak di lereng selatan Gunung Pulosari berjarak sekitar 57 km dari Ibu Kota Provinsi Banten,atau 22 km dari Ibu Kota Kabupaten Pandeglang. Tepatnya di daerah Kampung batu Ranjang, Desa Batu Ranjang, Kecamatan Cimanuk. Dolmen Batu Ranjang ini amat menarik karena terbuat dari batu andesit yang telah di kerjakan secara halus dan permukaannya rata. Dolmen ini berukuran sekitar 110 cm x 250 cm, disangga oleh empat buah batu setinggi 35 cm dengan pahatan pelipit melingkar. Dibawa...
LEUIT (Lumbung Padi) Leuit merupakan tempat menyimpan padi atau semacam lumbung padi Setiap keluarga di kampung baduy pasti memiliki leuit. 1 keluarga bisa memiliki lebih dari 1 leuit, antara 2-3 leuit. Leuit-leuit ini dikumpulkan dalam satu tempat di luar dari pemukiman warga baduy. Leuit ini merupakan salah satu simpanan bagi para masyarakat baduy. Rata-rata masyarakat baduy menyimpan padinya dileuit dan tidak dikonsumsi untuk sehari-hari. Konsumsi beras sehari-hari membeli di pasar. Sedangkan padi di leuit untuk upacara adat atau untuk hajata dan untuk diwariskan ke anak cucu. Leuit ditempatkan terpisah dengan pemukiman untuk menghindari kemungkinan leuit terbakar apabila ada rumah di pemukiman yang terbakar. Karena rumah-rumah dan leuit terbuat dari bambu sehingga mudah sekali terbakar. 1 leuit dapat memuat sekitar 400 pocong (ikatan padi). Leuit dapat menyimpan padi hingga berusia 100 tahun. Menurut warga baduy dalam, padi yang berumur semakin tua bahkan leb...
LEUIT TETEPAKAN Leuit tetepakan memiliki 8 tiang yang menyangga ke atas. Leuit ini berada di baduy luar. Pintu untuk keluar masuk padi berada di atas. Atap terbuat dari daun kirai dan injuk.
LEUIT LENGGANG Leuit lenggang memiliki 4 tiang yang menyangga ke atas. Leuit ini berada di baduy dalam. Namun ada juga yang berada di baduy luar (dengan jumlah yang sedikit). Jeda antara kaki tiang dengan bangunan penyimpan padi terdapat kayu bulat di setiap tiangnya yang berfungsi untuk menghalangi tikus naik ke tempat penyimpanan padi. Kaki-kai leuit lenggang lebih tinggi dibandingkan dengan leuit tetepakan. Pintu untuk keluar masuk padi berada di atas. Atap terbuat dari daun kirai dan injuk.