“.... makam dan monumen-monumen orang meninggal adalah satu-satunya tanda investasi oleh orang-orang batak rantau di kampung halaman nenek moyang mereka.” -Anthony Reid Pembangunan tugu di Bona Pasongit pada eranya salah satunya didorong oleh didirikannya patung Sisingamangaraja XX di Soposurung pada 1953, hingga akhirnya tokoh Batak itu diberi gelar Pahlawan Nasional pada Nobember 1961. Karena marga-marga lain merasa bahwa Sisingamangaraja XII hanya sebagai pahlawan Sinambela, maka mereka mulai membangun patung-patung untuk pahlawan (pendiri marga) mereka masing-masing. Pembangunan tugu (monumen makam leluhur) bagi orang batak bukanlah sesuatu yang asing. Oleh karenanya tak heran apabila saudara mengunjungi tanah batak di Sumatera Utara akan banyak sekali menemukan tugu-tugu marga yang ada pada suatu pemakaman disana. Hal tersebut kini seolah menjadi budaya yang telah dilakukan turun-menurun yang dilestarikan oleh anak cucu dan generasi penerus dari marga mereka...
Akhir tarian perang Fatele, di mana pahlawan desa mengalahkan musuh dalam perang tanding. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/