Perang Meriam Karbit merupakan tradisi rutin yang dilakukan oleh masyarakat muslim di Pontianak, Kalimantan Barat menjelang lebaran setiap tahunnya. Masyarakat selalu mengadakan perang meriam ini di pinggir Sungai Kapuas. Meriam yang digunakan untuk perang ini tidak berbahaya. Masyarakat membuat meriam dari bambu dan batang kelapa yang diisi dengan bubuk karbit. Sehingga meriam hanya akan menimbulkan suara yang sangat keras namun tidak berbahaya. Tradisi ini sudah ada sejak awal Kota Pontianak berdiri. Konon, raja pertama Pontianak, Syarif Abdurrahman Alkadrie, sempat diganggu oleh hantu-hantu ketika ia akan membuka lahan untuk tempat tinggalnya di kota ini. Lalu, Sultan memerintahkan pasukannya untuk mengusir hantu-hantu yang menganggunya dengan menggunakan meriam karbit. Perang Meriam Karbit sempat dilarang ketika masa orde baru. Setelah masa orde baru berakhir barulah tradisi ini kembali dilanjutkan.
Balikan juga termasuk alat musik tradisional Kalimantan Barat yang hampir mirip sekali dengan sapek. Memainkannya juga dengan cara dipetik yang dibuat oleh Suku Dayak di daerah Kapuas Hulu.
Tari Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi
Tari Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi
Tarri Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi
Nama Pontianak berasal dari kata kuntilanak, yang konon sering mengganggu orang-orang yang melintasi kampung Batu Layang. Lokasi Istana dipilih melalui penembakan kanon oleh Pangeran Syarif Abdurrahman Algadrie, yang telah memutuskan untuk mendirikan kerajaan di tempat mana bola api menyentuh tanah. Ternyata jatuh di dataran tempat Sungai Kapuas dan Sungai Kapuas Kecil bertemu dengan Sungai Landak. Disitulah didirikan Istana Kadriyah. Meskipun Sultan tidak belajar kebudayaan barat, pintu gerbang Istana Kadriyah dibuat Portugis guna mengantisipasi serangan musuh. Tidak jauh dari Istana, Masjid Jami Pontianak didirikan seluas 40 x 35 meter persegi, tinggi 20 meter dengan atap seperti Pura Meru di Bali. Masjid ini menghadap barat sesuai kiblat. Masjid Jami memegang peranan penting untuk menjadikan Pontianak sebagai pusat pengembangan budaya Islam.
Amplang adalah camilan yang terbuat dari campura ikan laut,tepung tapioka,telur dan bumbu bumbu lainnya,sangat cocok dimakan untuk menemani kita disaat kita santai dan dapat juga dimakan dengan nasi akan lebih enak. Lokasi Penjual: Amplang Sibayak Alamat: Jl. Jenderal Sudirman, Gn. Bahagia, Balikpapan Sel., Kota Balikpapan, Kalimantan Timur 76114 Telepon: (0542) 764764 Amplang Kuku Macan Alamat: Jl. Jenderal Sudirman Stal Kuda RT.26 No.415, Damai, Balikpapan Kota, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur 76114 Telepon: 0852-4786-9025 Toko belida/belidakoe Alamat: JL. Marsma Iswahyudi, rt. 010, no.28B, Sungai Nangka, Balikpapan Selatan, Gn. Bahagia, Balikpapan Sel., Kota Balikpapan, Kalimantan Timur 76115 Telepon: (0542) 763806 Amplang Salsabila Alamat: JL. Jenderal Ahmad Yani, No. 01 RT. 9, Mekarsari, Balikpapan, East Kalimantan, Karang Jati, Central Balikpapan, Bal...
Alkisah, di Negeri Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia , hiduplah dua orang pemimpin dari keturunan dewa yang memiliki kesaktian tinggi, namun keduanya memiliki sifat yang berbeda. Yang pertama bernama Sebeji atau dikenal dengan Bujang Beji. Ia memiliki sifat suka merusak, pendengki dan serakah. Tidak seorang pun yang boleh memiliki ilmu, apalagi melebihi kesaktiannya. Oleh karena itu, ia kurang disukai oleh masyarakat sekitar, sehingga sedikit pengikutnya. Sementara seorang lainnya bernama Temenggung Marubai . Sifatnya justru kebalikan dari sifat Bujang Beji. Ia memiliki sifat suka menolong, berhati mulia, dan rendah hati. Kedua pemimpin tersebut bermata pencaharian utama menangkap ikan, di samping juga berladang dan berkebun. Bujang Beji beserta pengikutnya menguasai sungai di Simpang Kapuas, sedangkan Temenggung Marubai menguasai sungai di Simpang Melawi. Ikan di sungai Simpang Mel...
Suku dayak merupakan salah satu suku asli yang berada di Kalimantan. Kata Dayak dalam bahasa lokal Kalimantan berarti orang yang tinggal di hulu sungai. Hal ini mengacu kepada tempat tinggal mereka yang berada di hulu sungai-sungai besar. Suku dayak memiliki tradisi yang cukup mengerikan yang dikenal dengan nama Ngayau. Ngayau sendiri mempunyai makna yaitu ikut berperang dalam rangka mempertahankan atau memperluas daerah kekuasaan yang dibuktikan dengan banyaknya kepala musuh yang didapatkan. Semakin banyak kepala musuh yang didapat maka semakin kuat orang yang bersangkutan. Ngayau juga merupakan lambang kekuasaan dan status kedudukan orang dayak. Oleh karena itu, tradisi Ngayau dijalankan untuk mendapat penghormatan masyarakat. Dalam arti lain Ngayau berperanan dalam menaikan taraf sosial seseorang. Orang yang pernah memperoleh kepala dalam Ngayau akan diberi gelar “Bujang Berani”, serta dikaitkan dengan hal-hal sakti lainnya. Menurut suku Dayak Iban Tradisio...