Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang ' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa , atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden . Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir , yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak ( blencong ), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk d...
Tari Praburoro adalah tarian yang dramatis lainnya dari Banyuwangi, Tariang ini merupakan hikayat dari Amir Hamzah, tentang cerita rakyat sejak masuknya Islam ke Indonesia. Kata Praburoro di ambil dari Roro Rengganis, karena sering membawakan lakon dengan tokoh Roro Rengganis atau Praburoro. Kesenian ini dimainkan oleh 40-50 orang dalam 3 group dan diiringi oleh gamelan Jawa bernada slendro dengan menggunakan busana wayang orang. Cerita berkisar tentang penaklukan negara-negara non muslim dan berakhir dengan adegan, raja ditaklukkan oleh Menak Agung Jayengrono dan Umarmoyo.
Petik laut Lampon dilaksanakan pertama kali sekitar tahun 1927. Namun pelaksanaannya terbatas dalam skala kecil. Karena pada tahun tersebut merupakan waktu dibukanya wilayah pesanggaran dengan adanya surat izin berstempel “Cap Singa”. Tradisi Petik Laut Lampon ini diteruskan hingga kini dan diadakan setiap tanggal 1 Syuro. Dalam upacara ini dilakukan tirakatan. Pada awalnya tirakatan disertai mesu broto (tidak makan, tidak minum, tidak merokok, tidak bicara). Seiring perkembangan zaman tirakatan diganti berupa doa bersama, meskipun cara lama juga dilakukan oleh orang-orang tertentu. Maksud dan tujuan dari acara ini adalah agar masyarakat (terutama nelayan) dijauhkan dari musibah, malapetaka, fitnah, serta diberi ketentraman dan kemudahan rejeki (dalam bahasa Jawa diungkapkan dengan istilah: supoyo adho bilaine, cepak rejekine, slamet tak sobo prane, guyup rukun bebrayane, gampang anggone, luruh sandang pangane, kalis sakabih samba kala ). Ung...
Candi Gatotkaca adalah salah satu candi Hindu yang berada di Dataran Tinggi Dieng, di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini terletak di sebelah barat Kompleks Percandian Arjuna, di tepi jalan ke arah Candi Bima, di seberang Museum Dieng Kaliasa. Nama Gatotkaca sendiri diberikan oleh penduduk dengan mengambil nama tokoh wayang dari cerita Mahabarata. Batur candi setinggi sekitar 1 m dibuat bersusun dua dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk relung seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik penampil. Anak tangga di batur terlindung dalam dalam bilik penampil. Candi Gatotkaca juga terlihat seperti bangunan bertingkat, karena bentuk atapnya dibuat sama dengan bentuk tubuh candi. Puncak atap sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung kecil...
Untuk menikmati seni tradisi jawa khususnya di Kota Solo, salah satunya adalah dengan menyaksikan Pagelaran Wayang Sriwedari . komplek Sriwedari sejak dulu memang dikenal sebagi salah satu situs budaya yang menjadi simbol kejayaan seni pertunjukan jawa. Gedung Wayang Orang Sriwedari di bangun sejak 1907 yang berada di Jalan Slamet Riyadi Solo, hingga saat ini masih menyajikan pertunjukan-pertunjukan wayang orang hampir setiap malam digelar, mulai pukul 20.00 WIB hingga selesai. Walaupun masa kejayaan seni pertunjukan wayang orang sriwedari sudah berlalu, namun para pemain tetap menyuguhkan pertunjukan dan para pengunjung yang setia selalu menyaksikan setiap malam, mesti jumlahnya sedikit.
Wayang kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah diproses menjadi kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda. Kota Solo merupakan kota budaya dan seniman, salah satunya seniman pengrajin wayang kulit adalah Bp. Sihhanto yang merupakan abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta, yang berlokasi di Balai Agung Alun-Alun Utara, Balai Agung menjadi produsen tatah sungging wayang kulit sejak tahun 80-an dan menjadi salah satu produsen wayang kulit di Keraton Kasunanan Surakarta. Dalam proses pembuatan wayang kulit waktu yang relatif lama dan butuh ketelitian, ditambah ornamen-ornamen pada wayang dibutuhkan kesabaran yang ekstrak. Wa...
Museum Wayang Banyumas merupakan salah satu museum seni yang menjadi kebanggan Kabupaten Banyumas yang menyajikan berbagai macam dan jenis wayang.
Naskah ini menceritakan tentang lakon wayang purwa tentang usahaDewi Srikandi untuk mempelajari ilmu dan cara memanah (senjata panah) kepada Arjuna. Dalam katalog Induk Naskah-naskah Nusantara jilid 1 Museum Sonobudoyo Yogyakarta, bercerita wayang purwa lakon Srikandhi Maguru Manah yang disadur dan dikembangkan dalam bentuk tembang macapat. Ceritera diawali dengan Prabu Jungkungmardeya yang berhasil menaklukan Prabu Jayasukendra dari Paranggubarja. Prabu Jungkungmardeya menjadi raja di Paranggubarja, Patih Jayasukendra tetap menjadi patih dengan nama Jayasudarga. Jungkungmardeya melamar Srikandhi lewat Patih Jayasudarga. Lamaran diterima oleh Prabu Drupada, tetapi Srikandhi tidak bersedia menjadi isteri Jungkungmardeya. Pada suatu malam Srikandhi meninggalkan istana, mengembara ke hutan. Dalam pengembaraan itu Srikandhi bertemu dengan Arjuna. Arjuna berhasil mengalahkan Jayasudarga dan Jungkungmardeya, kemudian kawin dengan Srikan...
Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam. Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dip...