"Tanah Papua tanah yang kaya. Surga kecil jatuh ke bumi. Seluas tanah sebanyak madu, adalah harta harapan. Bersama angin bersama daun. Aku dibesarkan." (Lagu Aku Papua) Di bagian timur Indonesia, terdapat suatu ras yang memiliki budaya serta kebiasaan yang sangat khas. Ras Papua merupakan salah satu warisan bangsa yang berpengaruh besar sebagai cerminan dari nusantara. Bagian unik dari ras ini adalah kebiasaan-kebiasaan lokal mereka, yang dapat dilihat dari orang-orang pribumi di daerah Papua. Saya sendiri pernah beberapa tahun tinggal di kota kecil yang di khusus kan untuk karyawan-kartawan dari salah satu perusahaan pertambangan disana. Kota kecil tersebut bernama Kota Tembagapura. Selama disana saya seringkali melihat kebiasaan-kebiasaan orang pribumi Papua, namun satu kebiasaan yang selalu menjadi perhatian saya adalah cara mereka membawa tas. Mereka membawa tas menggunakan kepala mereka. Tas yang dibawa berupa tas Noken yang juga merupakan salah satu kerjainan tangan khas papu...
A. Pengertian Arti kata 'Mas Kawin' adalah simbol pengikat dalam suatu pernikahan antara pasangan suami istri dimana calon mempelai pria membayar lunas calon mempelai wanita untuk diambil menjadi istrinya. Pembayaran Mas Kawin berbeda-beda gergantung pada adat dan budaya masing-masing suku. Salah satunya suku Serui di Provinsi Papua yang merupakan wilayah adat Saireri di Kabupaten Kepulauan Yapen. Dimana Mas Kawin dipercayai sebagai bagian dari ritual adat dari dilaksanakan turun-temurun sampai dengan saat ini. B. Jenis Mas Kawin Papua terdiri dari 319 suku yang tersebar di Provinsi Papua dan Papua Barat. Dengan prosesi pembayaran Mas Kawin yang berbeda-beda dari jenis barang yang akan diserahkan pada saat peminangan pun berbeda-beda. Khusus untuk pembayaran Mas Kawin suku Serui barang yang akan diserahkan kepada mempelai wanita diantaranya: Uang (Jumlahnya berbeda-beda disesuaikan dengan kemampuan Piring makan Piring...
Wor merupakan kebudayaan khas masyarakat adat Napa Swandiwe, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Wor memiliki dua arti, yaitu sebagai upacara adat dan nyanyian adat. Wor nyaris hilang di tahun 1940-an karena adanya gerakan pembaruan yang membuat orang Biak meninggalkan tradisi ini. Namun, kesenian sakral yang sangat terkait dengan kepercayaan setempat ini mengakar pada masyarakat Biak sebegitu kuatnya sehingga usaha yang dilakukan pemerintah kolonial untuk menghapus tradisi ini tak berhasil. Legenda Menurut legenda Biak, wor bermula ketika Mansar Mnuwon yang sedang berburu di hutan mendengar orang menyanyi dan memukul tifa di pohon yang tinggi. Ketika ia memeriksa dahan yang menjadi sumber suara, ia tak melihat apa-apa. Ia kemudian beristirahat di bawah pohon. Saat itu, musik terdengar semakin keras, menjangkau tumbuhan merambat di pohon itu. Musik kemudian terpecah menjadi paduan suara. Kumpulan bunga pada tumbuhan merambat pun...
DENGAN bangga, dua pria itu mengangkat kaki. Lalu memperlihatkan telapak kaki mereka. ”Lihat, tak ada bekas luka bakar, ’kan?” kata Frans Yakob Rumbrapuk, salah seorang di antara dua pria itu, kepada Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group). Dicermati sekali lagi, memang tidak ada. Begitu pula di telapak kaki Korinus Arwam, pria satunya. Padahal, sudah tak terhitung berapa kali dua pria paro baya dari Kampung Bosnabraidi, Distrik Yawosi, Kabupaten Biak Numfor, Papua, tersebut berjalan dengan kaki telanjang di atas batu yang dibakar. Bertahun-tahun, sejak mereka masih muda. Terakhir, keduanya tampil pada kegiatan Sidang Sinode GKI (Gereja Kristen Indonesia) di Tanah Papua yang digelar di Waisai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Maret lalu. Agenda terdekat, Frans dan Korinus bakal tampil pada Festival Biak Munara Wampasi pada 1 Juli. Ya, Frans dan Korinus adalah segelintir pelaku Apen Bayeren yang tersisa. Apen Bayeren...
Di daerah pedalaman Nabire, tepatnya daerah Makewapa, hiduplah satu kelurga yang miskin. Keluarga itu termiskin di daerah itu. Mereka tidak memunyai makanan dan harta benda. Keluarga itu bernama Kibiuwo. Keluarga Kibiuwo terdiri atas lima orang, yaitu Ibu Kibiuwo, nama pertama Neneidaba, anak kedua Noku, dan anak ketiga Yegaku. Anak yang pertama dan kedua laki-laki dan yang ketiga adalah anak perempuan. Nama ayahnya tidak pernah disebut-sebut sampai sekarag (masih dirahasiakan). Mereka tidak ada nota/nuta (ubi jalar), nomo (talas), digiyonapa/ugubo (sayur hitam), mege dan dedege (mata uang adat suku Mee), ekina (ternak babi), dan tidak ada harta benda lainnya. Pada saat itu, makanan yang ada hanyalah nota/nuta (ubi jalar) jenis kadaka dan digiyonapo/ugubo (sayur hitam). Pada saat itu, musim kelaparan dan krisis ekonomi berkepanjangan. Tanaman nota/nuta (ubi jalar), nomo (talas), dade/boho (sayur gedi), eto (tebu) dan lainnya terbatas. Kelurga Kibiuwo duduk dalam rumah dan be...
Selain terkenal dengan seni ukirnya yang adiluhung, Suku Asmat juga memiliki pakaian tradisional yang khas. Seluruh bahan untuk membuat pakaian tersebut berasal dari alam. Tidak salah jika menganggap pakaian Suku Asmat merupakan representasi kedekatan mereka dengan alam raya. Tidak hanya bahan, desain pakaian Suku Asmat pun terinspirasi dari alam. Pakaian laki-laki Suku Asmat, misalnya, yang dibuat menyerupai burung dan binatang lain yang dianggap melambangkan kejantanan. Sementara, rok dan penutup dada kaum perempuan menggunakan daun sagu sehingga menyerupai kecantikan burung kasuari. Penutup dada perempuan yang terbuat dari daun pohon bakau menunjukkan kemampuan merajut Suku Asmat Penutup bagian bawah yang digunakan oleh perempuan Suku Asmat. Pakaian ini terbuat dari daun sagu dan dihiasai ornamen dari kerang Secara umum, pakaian laki-laki dan perempuan Suku Asmat tidak terlalu berbeda. Pada bagian kepala, dikenakan penutup yang terbuat dari rajutan daun sa...
Selain kaya akan sumber daya dan keindahan alam, Papua juga mempunyai ragam cerita budaya unik. Salah satunya apa yang mereka lakukan pada orang yang telah meninggal. Jika sebagian orang mengubur atau melakukan pembakaran terhadap orang yang sudah meninggal, namun ada juga suku yang mengawetkan jenazah atau yang dikenal dengan sebutan mumi. Salah satu mumi yang terkenal ada di Kampung Jiwika, Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya. Di tempat ini juga, masyarakat menjual cenderamata seperti gelang, koteka, noken, dan kalung dari taring babi. Berbeda dengan mumi dari Mesir, mumi Papua diawetkan dalam posisi jongkok dengan lutut ditekuk. Di bagian kepala masih lengkap dengan ciri khas adat. Mumi di sini usianya 320 tahun yang merupakan kepala suku zaman nenek moyang masyrakat kampung Jiwika. Untuk bisa bertahan lama maka mumi diawetkan dengan cara tradisional, yaitu melalui pengasapan dan dilumuri minyak babi. Tidak semua jenazah warga dibuat menjadi mumi, melainkan h...
Kreativitas pembuatan senjata tradisional Ukaa dan Mapegaa digolongkan dalam seni rupah. Imanjinasi orang Mee dengan penuh inspirasi membuat macam-macam busur dan panah, sudah di kenal leluhur Mee, busur dan anak panah merupakan senjata tradisional bagi orang Mee dan beberapa suku ditanah Papua. Senjata tradisional Ukaa dan Mapegaa tetap dipakai terus oleh masyarakat Mee.Dan juga senjata tradisional pun tidak akan pernah hilang tetap eksis dalam internal maupun eksternal. Sebelum adanya pengaruh dari luar, perang antara marga bukanlah hal baru,karena sejantra tradisional diakui sebagi budaya orang Mee dan beberapa suku ditanah Papua. Senjata tradisional Ukaa dan Mapegaa di buat oleh orang Mee itu sendiri melalui talenta atau bakat yang di berikan oleh Mee Pooyame kepada orang Mee untuk membuat senjata tradisonal.Pengalaman penulis bahan untuk pembuatan senjata tradisional busur dan panah. Sepertinya, busur dapat dibuat dari beberapa kayu diantanya; Kepopa, Obeigi Tedega, Botee, pudii....
Tari Afaitaneng Asal Tari Afaitaneng dari daerah Ambai, di Pulau Yapen, Serui Bagian Selatan, Kabupaten Yapen Waropen. Tari adat Papua yang satu ini termasuk jenis tradisional yang berhubungan dengan kepahlawanan. Afaitaneng mempunyai arti panah milik kami. Kata Afaitaneng berasal dari kata afai (panah) dan taneng (milik). Tari Afaitaneng dipertunjukkan selama semalam suntuk dimulai sore atau malam hari sesudah berperang. Tari ini menggambarkan kehebatan, kekuatan, dan kemenangan rombongan perang melawan musuh dengan bersenjatakan panah. https://www.silontong.com/2018/08/03/tarian-adat-papua/