Pura Bias Tugel dan Pura Dharma di Nusa Dua. Pura Bias Tugel yang berdiri di Pinggir Pantai, di atas onggokan tebing batu karang, keberadaannya sudah diketahui sejak Dang Hyang Nirartha menyelesaikan karangan yang berjudul Anyang Nirartha (kakawin) di tempat ini. Sekarang pura ini dipelihara oleh pihak penglola Hotel Nusa Dua, disembahyangi warga desa setempat dan oleh umat Hindu lainnya, terutama pada hari-hari besar keagaman. Sedangkan Pura Dharma keberadaannya dikaitkan dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha di tempat itu untuk memuliakan ajaran beliau yang berpersepsi tinggi dan berpemahaman mendalam, dalam memuliakan Tuhan Yang Tunggal itu. Tuhan/Widhi/Siwa yang tiadalah dapat dibagi-bagi, hanya umat manusia dengan berbagai keyakinan dan pengalaman rohaninya menyebut dengan beragam sebutan dan dengan beraneka cara untuk mencarinya. Tidaklah ganjil manakala penekun spiritual di Pura Dharma memuja setiap bangunan suci yang ada dengan simbol-simbol suci berb...
Pura Bias Tugel dan Pura Dharma di Nusa Dua. Pura Bias Tugel yang berdiri di Pinggir Pantai, di atas onggokan tebing batu karang, keberadaannya sudah diketahui sejak Dang Hyang Nirartha menyelesaikan karangan yang berjudul Anyang Nirartha (kakawin) di tempat ini. Sekarang pura ini dipelihara oleh pihak penglola Hotel Nusa Dua, disembahyangi warga desa setempat dan oleh umat Hindu lainnya, terutama pada hari-hari besar keagaman. Sedangkan Pura Dharma keberadaannya dikaitkan dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha di tempat itu untuk memuliakan ajaran beliau yang berpersepsi tinggi dan berpemahaman mendalam, dalam memuliakan Tuhan Yang Tunggal itu. Tuhan/Widhi/Siwa yang tiadalah dapat dibagi-bagi, hanya umat manusia dengan berbagai keyakinan dan pengalaman rohaninya menyebut dengan beragam sebutan dan dengan beraneka cara untuk mencarinya. Tidaklah ganjil manakala penekun spiritual di Pura Dharma memuja setiap bangunan suci yang ada dengan simbol-simbol suci...
Sebagaimana diketahui banyak orang bahwa Bali ialah pusatnya bangunan Pura atau tempat peribadatan Umat Hindu di Bali karena mayoritas penduduknya beragama Hindu. Oleh sebab itu, hampir di seantero Bali bangunan relijius ini bisa dengan mudah ditemukan. Tak terhitung secara pasti berapa banyak pura yang ada di Bali ini. Masing-masing pura tentunya memiliki kelebihan dan daya tariknya tersendiri, terutama bagi para wisatawan baik domestik maupun asing. Pura Dalem Jagaraga ialah salah satu pura yang penuh dengan daya tarik bagi wisatawan yang mengunjunginya. Pura ini merupakan salah satu dari lingkungan Pura Kahyangan Tiga Jagaraga yang secara umumnya memiliki ciri-ciri yang sama dengan Pura Dalem lainnya di Bali seperti lokasinya yang dekat dengan kuburan, memiliki hiasan-hiasan patung yang berwajah seram dan menakutkan yang diantaranya patungnya Betara Durga yang terkenal itu. Beberapa keunikan bisa terlihat di lingkungan Pura Jagaraga ini diantaranya m...
Sebagai daerah wisata populer sudah sepantasnya kalau bali digempur dari sana-sini soal budaya karena sejatinya yang datang ke Bali bukan hanya turis nasional saja, melainkan turis asing dari berbagai macam suku dan bangsa yang memiliki karakter, adat-istiadat, dan kebudayaan yang berbeda. Meski demikian, yang patut diacungi jempol dari Bali karena meski gempuran modernitas begitu masif menerjang namun mayoritas masyarakatnya tak sedikitpun melupakan akar sejarah dan tradisi nenek moyangnya yang sudah sewajibnya dipertahankan sampai kapanpun. Salah satunya ialah Tari Gebug Ende. Apa itu Gebug Ende? Secara gerakan, tarian ini memiliki gerakan yang hampir sama dengan gerakan silat namun yang membedakannya ialah pada sarana yang digunakannya. Tarian Gebug Ende menggunakan Tamiang (Perisai) yang terbuat dari kulit sapi dan rotan sebagai alat pemukulnya. Atraksi tarian ini tak ubahnya seperti perang tanding yang saling berbalas pukulan diantara pesertanya. I...
Satu lagi tradisi unik yang kerap dilakukan sebagian masyarakat Bali khususnya yang tinggal di daerah Desa Tenganan Daud Tukad, yakni tradisi Perang Pisang. Sebagaimana diketahui bahwa Desa Tenganan merupakan desa tua di Bali yang disebut juga dengan Bali Aga. Apa yang menarik dari upacara Perang Pisang ini? Perang Pisang ini dilakukan dalam rangka melakukan pemilihan ketua dan wakil ketua kelompok pemuda di desa ini. Tujuannya ialah untuk melakukan tes dan uji mental kepada para calon yang akan menjadi pemimpin desa setempat. Mereka harus lulus ujian dalam tradisi ini jika ingin “karier”-nya sebagai tokoh pemuda di Tenganan berjalan dengan mulus. Prosesnya yakni ada sedikitnya 16 pemuda yang dipilih oleh Kelian adat sebagai lawan dalam perang melawan calon ketua dan wakil ketua oleh kelompok pemuda desa tersebut. Keseluruhan pemuda yang berjumlah 16 orang itu kemudian berkumpul disudut desa, ujung desa yang merupakan tempat mereka untuk men...
Satu lagi yang secara rutin dilakukan oleh masyarakat Hindu ialah Hari Raya Tumpek Landep. Upacara ini dilaksanakan setiap 6 bulan sekali dalam sistem pengkalenderan Hindu atau 210 hari sekali. Tujuannya ialah untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang termanifestasi dalam wujud Dewa Senjata (Pasupati). Upacara ini telah dilakukan secara turun-temurun hingga kini, dimana dengan semakin majunya zaman berbagai benda yang mengandung unsur besi sebagaimana yang terkandung dalam makna kata “Landep” sendiri diberikan hiasan khusus dari janur yang disebut dengan Tamian. Ketika dalam perhelatan upacara tersebut, benda-benda yang mengandung unsur logam dijadikan sebagai sajen supaya bisa mempermudah dan memperlancar berbagai kegiatan manusia dalam menjalani segala aktifitas kesehariannya. Bali ialah suatu daerah yang kental sekali perpaduan unsur budaya, adat istiadat, maupun kepercayaan, sehingga ketika Anda datang ke Bali bukan hanya...
Ketika ke Bali, pernahkah Anda ikut merasakan atau bakan merayakan Hari Raya Siwaratri yang kerap diadakan umat Hindu? Secara hakikat, hari raya ini tak beda jauh dengan hari-hari besar keagamaan lainnya dimana bertujuan untuk mengagungkan Tuhan Yang Maha Kuasa dan menyucikan diri. Hari Raya Siwaratri ialah hari suci yang digunakan dalam rangka melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi dalam wujud Dewa Siwa. Peringatan hari raya ini biasanya dilakukan setahun sekali. Dalam pengertian yang lain, Siwaratri juga mengandung makna sebagai malam renungan suci atau malam pengampunan dosa. Kata Siwaratri sendiri berasal dari kata “Siwa” dan “Ratri”. Dimana Siwa artinya Tuhan, atau dalam bahasa sansekerta berarti baik hati, harapan dan memaafkan. Sedangkan Ratri ialah malam atau kegelapan. Jadi kalau digabungkan akan membentuk kata “Siwaratri” dengan makna puncak malam. Ketika malam puncak inilah umat Hindu tak boleh tidur dan d...
Keberadaan dan eksistensi pura-pura di Bali memang menjadi salah satu daya tarik para wisatawan yang berkunjung ke Pulaunya Para Dewa tersebut. Sehingga pura-pura di Bali memiliki peran yang berganda; yakni selain sebagai tempat pemujaan para Dewa dan menyucikan diri, juga sekaligus sebagai area wisata yang diminati banyak wisatawan yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam soal cerita tentang sejarah, maupun berbagai keunikan pura-pura tersebut. Sebagaimana halnya Pura Gunung Lebah yang unik dan berbeda dari pura-pura lainnya karena keberadaannya di bawah jembatan Sungai Campuhan, Ubud. Pura Gunung Lebah merupakan salah satu pura yang tegolong dalam Pura Kahyangan Jagat. Arti kata Gunung Lebah sendiri yakni sebuah bukit kecil yang ada di lembah, dan bukit ini menjadi pertemuan dua luar sungai yakni Sungai Oos dan Sungai Cerik. Suasana pura ini begitu tenang dan sejuk karena keadaannya yang basah dan dikelilingi oleh hutan. Demikian juga, pura ini diri...
Selain Hari Raya Nyepi, masyarakat Bali juga melaksanakan Hari Raya Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan dalam kalender Hindu. Hari Raya Pagerwesi memiliki makna sebagai hari raya bagi semua masyarakat, baik pendeta maupun rohaniawan. Tujuannya yakni untuk memagari jiwa dalam rangka penyucian diri supaya bisa menerima kemuliaan dan keberkahan dari Tuhan Yang Menciptakan. Makan Pagerwesi Kata Pagerwesi memiliki arti pagar yang terbuat dari besi. Secara harfiah, kata tersebut melambangkan segala hal yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat. Atau dalam makna lainnya, sesuatu yang dipagari merupakan yang bernilai tinggi sehingga tak boleh sedikitpun mendapatkan gangguan apalagi yang merusak. Sanghyang Pramesti Guru yang menjadi tujuan utama dilakonkannya upacara Pagerwesi ini ialah manifestasi Tuhan yang dipercaya merupakan gurunya manusia dan alam semesta. Pelaksanaan u...