Ebeg adalah tarian yang menggambarkan latihan perang prajurit Mataram ketika melawan Belanda. Latihan perang yang dilakukan prajurit Kasunanan setiap Sabtu itu kemudian dimodifikasi oleh seniman untuk mengobarkan semangat perlawan rakyat. Tarian yang demikian agresif dan gagah itu dipentaskan untuk membumbungkan optimisme rakyat supaya tetap semangat melawan penjajah. Stigma kuno yang dilekatkan pada tari ebeg dapat diidentifikasi karena tiga hal. Pertama, sejak dicipta pada masa kekuasaan Mataram dan diwariskan hingga saat ini tari ebeg tidak mengalami perubahan yang bermakna. Kedua, nuansa magis yang dibangun dengan menghadirkan roh saat wuru' mengesankan lekatnya animisme yang dianut masyarakat Jawa kuno. Ketiga, semangat memerangi penjajah sudah tidak relevan dengan semangat juang saat ini. Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah (Purbalingga,Banyumas,cilacap,kebumen). Pada daerah lain kesenian ini dikenal dengan nama kuda lumping atau jaran kepang, ada juga yan...
Makanan dan minuman tradisional Yogyakarta telah lama ada dan digemari oleh masyarakat dengan resep spesifik yang diwariskan turun-temurun. Hal tersebut yang membuat salah satu ciri khas budaya Yogyakarta dari segi kulinernya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Gudeg, merupakan makanan yang paling dikenal dari Yogyakarta. Cita rasa gudeg manis dan gurih. Gudeg berasal dari bahasa Belanda gut dag yang berarti cukup bagus atau enak. Begitu populernya masakan ini, sampai-sampai Yogyakarta dijuluki Kota Gudeg . Gudeg dibuat dari nangka muda yang dikupas, diiris-iris lalu direbus sampai masak. Santan, bawang merah, bawang putih, laos, kemiri, ketumbar, daun salam, dan garam dicampurkan ke dalam nangka tersebut. Dimasak lagi sampai kering dan berwarna kecokelatan. Warna cokelat dapat juga dibuat dengan memasukkan daun jati ke dalam masakan. Untuk menghasilkan rasa yang khas digunakanlah arang dari batok kelapa untuk pemanasannya, sehingga panas yang dihasilkan bisa...
Situs Biting adalah sebuah situs arkeologis yang terletak di desa Kutorenon, kecamatan Sukodono, Lumajang , provinsi Jawa Timur . Situs ini diperkirakan merupakan peninggalan dari kerajaan Lamajang dan tersebar di atas kawasan seluas sekitar 135 hektaree. Bangunan yang paling mengesankan adalah bekas tembok benteng dengan dengan panjang 10 kilometer, lebar 6 meter dan tinggi 10 meter. Kawasan Situs Biting adalah sebuah kawasan ibu kota kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin Prabu Arya Wiraraja yang dikelilingi oleh benteng pertahanan dengan tebal 6 meter, tinggi 10 meter dan panjang 10 km. Hasil penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1982-1991, Kawasan Situs Biting memiliki luas 135 hektare yang mencakup 6 blok/area merupakan blok keraton seluas 76,5 ha, blok Jeding 5 ha, blok Biting 10,5 ha, blok Randu 14,2 ha, blok Salak 16 ha, dan blok Duren 12,8 ha. Dalam Babad Negara Kertagama, kawasan ini disebut Arnon dan dalam perkembangan pada abad ke-...
Di Yogyakarta masih melestarikan berbagai upacara adat yang telah menjadi ciri budaya khas Yogyakarta yang diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Grebeg Maulud, Kata gerebeg berarti suara berisik yg berasal dari teriakan orang-orang. Upacara adat ini diperingati sebagai acara Maulud Nabi Muhammad SAW yang mana dikatakan bahwa Nyi Roro Kidul Mendekatkan diri kepada Tuhan dan kebersamaan diantara warga Yogyakarta. Festival upacara adat ini dimulai pada pukul 07.30 pagi, didahului oleh parade pengawal kerajaan yang terdiri dari 10 unit: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo,Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijeron, Surokarso, dan Bugis. setiap unit mempunyai seragam masing2. parade dimulai dari halaman utara Kemandungan kraton, kemudian melewati siti hinggil menuju Pagelaran, dan selanjutnya menuju alun2 utara. Pukul 10.00 pagi, Gunungan meninggalkan kraton didahului oleh pasukan bugis dan surokarto. Gunungan dibuat dari makanan seperti sayur2an, kacang, lada merah, telor,...
Ageman Putri Jawi keraton Surakarta Sejarah gaya pakaian atau busana di keraton Surakarta Perjanjian Gianti pada tanggal 13 Februari 1755 membuat keraton Surakarta dibagi menjadi dua, yaitu keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Dalam perjanjian tersebut bukan hanya sebatas pembagian wilayah kekuasaan saja, melainkan semua isi keraton pun juga ikut dibagi termasuk busana. khusus busana Surakarta diminta oleh Hamengkubuwono I dan digunakan oleh Hamengkubuwono I sebagai busana Karaton Yogyakarta sampai sekarang. Kemudian untuk busana Keraton Surakarta dirancang kembali oleh Pakubuwono III yang hingga sampai saat ini masih digunakan. Ageman Putri Jawi keraton Surakarta Busana tradisional Jawa yang dikenakan oleh para putri keraton Surakarta selalu mencerminkan kedudukan seorang putri keraton. Seorang putri keraton mengisyaratkan adanya makna keibuan, keanggunan, kelembutan, kesopanan, dan lain-lain. Maka rancangan dari busananya pun dibuat sedemikian rupa hingga dapat menc...
Batik larangan Keraton Yogyakarta, atau kadang disebut Awisan Dalem , adalah motif-motif batik yang penggunaannya terikat dengan aturan-aturan tertentu di Keraton Yogyakarta dan tidak semua orang boleh memakainya. Keyakinan akan adanya kekuatan spiritual maupun makna filsafat yang terkandung dalam motif kain batik menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi adanya batik larangan di Yogyakarta. Motif pada batik dipercaya mampu menciptakan suasana yang religius serta memancarkan aura magis sesuai dengan makna yang dikandungnya. Oleh karena itu beberapa motif, terutama yang memiliki nilai falsafah tinggi, dinyatakan sebagai batik larangan. Adapun yang termasuk batik larangan di Keraton Yogyakarta antara lain Parang Rusak Barong , Parang Rusak Gendreh , Parang Klithik , Semen Gedhe Sawat Gurdha , Semen Gedhe Sawat Lar , Udan Liris , Rujak Senthe , Parang-parangan , Cemukiran , Kawung , dan Huk ....
Sejak tahun 2009, batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Sebagai warga Indonesia kita patut berbangga hati. Lebih jauh, upaya pelestariaan batik pun perlu dimulai dari diri sendiri baik itu dengan cara mengenali, menggunakan, dan mencintai. Di Indonesia sendiri ada beragam motif yang bisa kita jumpai. Bahkan beberapa daerah tertentu memiliki motif ciri khas tersendiri , seperti Yogyakarta. Bukan hanya terkenal sebagai Kota Gudeg, Yogyakarta ternyata juga memiliki motif batik yang khas. Asal-usul pembatikan di daerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga keraton yang dikerjakan oleh para wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada tingkat pertama keluarga keraton lainnya. Kini beberapa daerah di Yogyakarta pun terkenal sebagai sentra pengrajin batik, salah satunya adalah Gi...
TRADISI PENCAK SILAT sudah berurat-berakar dikalangan masyarakat Indonesia sejak lama. Sebagaimana seni beladiri di negara-negara lain, pencak sitat yang merupakan seni beladiri khas Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan identitas. Demikian pula bahwa seni beladiri pencak silat di Indonesia juga beragam dan memiliki ciri khas masing-masing. Tapak Suci sebagai salah satu varian seni beladiri pencak silat juga memiliki ciri khas yang bias menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan metalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilatuinya. Berawal dari atiran pencak sitat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun 1872, atiran ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada, akibat gerakan perlawanan bersenjata yang...
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes Urang Kanekes, Orang Kanekes atau Orang Baduy / Badui merupakan kelompok etnis masyarakat adat suku Banten di wilayah Kabupaten Lebak , Banten . Populasi mereka sekitar 26.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Baduy Dalam. Daftar isi 1 Sensus Penduduk tahun 2010 2 Etimologi 3 Wilayah 4 Bahasa 5 Kelompok masyarakat 6 Asal usul 7 Kepercayaan 8 Pemerintahan 9 Mata pencaharian 10 Interaksi dengan masyarakat luar 11 Rujukan 12 Lihat pula 13 Pranala luar Sensus Penduduk tahun 2010 [ sunting | suntin...