Yayasan kesenian anging mammiri atau yang terkenal dengan sebutan YAMA adalah yayasan kesenian yang berdiri sejak tahun 1964 dan tetap eksis menjaga dan melestarikan budaya kesenian Sulawesi-Selatan dibawah pimpinan ibu Iin Joesoef Madjid. Yama telah banyak meraih prestasi dan penghargaan dalam bidang seni mulai dari tingkat daerah,nasional dan internasional. Yama juga selalu ikut serta dalam membantu program-program pemerintah untuk memperkenalkan serta menjaga kelestarian budaya kesenian Sulawesi-Selatan.
Bahan-bahan: 1 ekor Ikan Asap ukuran sedang 65 ml santan instan 600 ml air 4 sdm mangga muda yang sudah diiris kecil-kecil (kalo tidak ada mangga muda/mengkal bisa diganti dengan air asam) Bumbu-bumbu: 5 siung bawang merah 3 siung bawang putih 3 iris jahe 3 iris lengkuas 2 batang sereh (memarkan) 1/2 sdt lada bubuk 1 sdt kunyit bubuk 1/2 sdt garam 1/2 sdt kaldu bubuk (bisa diganti gula pasir) 2 sdm minyak untuk menumis Cara membuat: Haluskan semua bumbu kecuali sereh,tumis dengan minyak hingga harum.Tambahkan air,masukkan ikan yang sudah dipotong dua. tambahkan sisa bumbu dan irisan mangga,biarkan hingga mendidih. Masukkan santan instan,aduk rata dan koreksi rasanya. Biarkan sampai kembali mendidih dan Hidangkan Referensi: https://kulinersul-sel.b...
La Mellong atau yang di gelar Kajao Laliddong adalah penasehat Raja Bone ke 6 dan ke 7 yang terkenal kecerdasan dan kebijaksanaannya . Sebagian kisah tentang kecerdikannya menjadi cerita rakyat di Bone secara turun temurun. saya sebagai orang Bone melewati masa kecil dengan cerita rakyat ini mencoba melakukan reproduksi ulang semampu ingatan saya. Alkisah, Karena terkenal akan kepandaian menjawab teka-teki, La Mellong dipanggil menghadap oleh sang raja Bone, untuk diberikan suatu pekerjaan yang amat mustahil untuk dilakukan. Sesampainya di kerajaan dan bertemu sang raja, diberikanlah tugas itu kepada La mellong. Raja bone: Oh.... Lamellong, muisseng mua ga aganwollirekki lao ko mai, ? (wahai lamellong tahu kah engkau apa gerangan saya memanggilmu menghadap saya di istana? ) Lamellong : Iyee taddapnegang ata'na petta, degaga padissengekku puang aga diollirangga ? ( Maaf Baginda, tidak ada pengetahuan saya, tentang apa tujuan saya dipanggil ) Raja bon...
Legenda Gua Mampu tidak bisa lepas dari sejarah Kerajaan Mampu. Namun, detail sejarah Kerajaan Mampu tidak seeksis catatan sejarah Kerajaan Bone. Hal ini disebabkan kurangnya bukti-bukti sejarah yang ditemukan. Kerajaan Mampu lalu berasimilasi dengan Kerajaan Bone melalui perkawinan hingga kerajaan tua ini meredup. Namun, saat ini banyak masyarakat, yang masih bermukim di wilayah itu maupun telah merantau, mengklaim sebagai keturunan Kerajaan Mampu. Menurut Andi Darma, sejarah Kerajaan Mampu dan legenda Gua Mampu bagai sisi mata uang. Walau dari hasil penelitian tidak ada bukti yang menghubungkannya, legenda Gua Mampu dilestarikan secara turun-temurun melalui cerita rakyat. Dari literatur 'Kerajaan Bone di Lintasan Sejarah' yang diterbitkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bone tahun 2015, peristiwa ini bermula pada zaman kacau balau, termasuk di Mampu. Suatu hari, setelah didahului oleh peristiwa alam yang menakutkan dan menimbulkan kekacauan,...
Lamellong dikenal sebagai orang yang paling berperan dalam menciptakan pola dasar pemerintahan Kerajaan Bone di masa lampau. Tepatnya pada abad ke-16 masa pemerintahan Raja Bone ke-6 La Uliyo Bote’E (1543-1568) dan raja Bone ke-7 Tenri Rawe BongkangngE (1568-1584). Lamellong muncul ibarat bintang gemilang di kerajaan. Dengan pokok-pokok pikiran tentang hukum dan ketatanegaraan. Pokok-pokok pikiran beliau menjadi acuan bagi Raja dalam melaksanakan aktivitas pemerintahan. Tentang Lamellong di tanah Bugis, dilacak melalui sumber-sumber lisan berupa cerita rakyat dan catatan sejarah, baik dari lontara maupun tulisan-tulisan lainnya. Serpihan tulisan yang ada lebih banyak mencatat tentang buah pikirannya yang menyangkut “Konsep Hukum dan Ketatanegaraan” dalam bahasa Bugis Bone disebut “Pangngadereng”. Dalam lintasan perjalanan Kerajaan Bone dilukiskan, betapa besar jasa Lamellong dalam mempersatukan tiga Kerajaaan Bugis, yakni Bone, Soppeng, dan Wajo, da...
Masih tentang wisata. Salah satu tempat wisata pantai lain selain pantai Batu Hiu adalah Tanjung Palette. Tanjung Palette merupakan salah satu kawasan wisata di kabupaten Bone, sekitar 12 km sebelah timur dari kota Watampone. Watampone ditempuh sekitar 3 jam dari kota Makassar. Tempat wisata ini sekarang sangat populer bagi wisatawan domestik, tak pernah sepi dari pengunjung terutama di hari raya. Itu karena keindahan alamnya, suara deburan ombak yang keras dan harga tiket yang murah. Tanjung Palette terletak di pesisir Teluk Bone, bukan berupa hamparan pasir namun pantai dengan karang yang lumayan terjal. Salah satu sensasi berkunjung ke tempat ini adalah pemandangan bukit karang yang cantik disertai dengan deburan ombak yang keras. sejak dulu, keindahan kawasan Palette telah menarik perhatian wisatawan lokal, namun karena kurangnya fasilitas maka sepi pengunjung. Sekarang , tempat wisata ini di lengkapi berbagai fasilitas tambahan setelah mendapat perhatian dari pemerintah...
Inilah Mangkau’ di Bone yang diserang oleh Datu Luwu yang bernama Dewa Raja yang digelar Batara Lattu. Mula-mula orang Luwu mendarat di Cellu dan disitulah membuat pertahanan. Sementara orang Bone berkedudukan di Biru-biru. Adapun taktik yang dilakukan oleh orang Bone adalah memancing orang Luwu dengan beberapa perempuan. Pancingan ini berhasil mengelabui orang Luwu sehingga pada saat perang berlangsung orang Luwu yang pada mulanya menyangka tidak ada laki-laki, bersemangat menghadapi perempuan-perempuan tersebut. Namun dari belakang muncul laki-laki dengan jumlah yang amat banyak, sehingga orang Luwu berlarian ke pantai untuk naik ke perahunya. Dalam perang itu orang Bone berhasil merampas bendera orang Luwu. Setelah perang selesai, Arumpone dan Datu Luwu mengadakan pertemuan. Arumpone mengembalikan payung warna merah itu kepada Datu Luwu, tetapi Datu Luwu mengatakan, ”Ambillah itu payung sebab memang engkaulah yang dikehendaki oleh DewataE (Tuhan...
Upacara Attahuru Bente , adalah upacara khusus untuk meminta do’a, dengan harapan rezeki dan usaha warga melalui laut (perikanan) dapat bertambah. Untuk melaksanakan rencana upacara tersebut, terlebih dahulu Ammatoa selaku penghulu adat, memanggil para pembantunya. Diantaranya ialah Galla Anjuru , Galla Maleleng dan seorang Sanro /dukun Kampung, yang disebut Gurutta di Lolisang . Kepada Ketiga pemangku adat ini, diminta pendapatnya tentang rencana itu. Setelah terjadi mufakat, ditetapkan pula hari pelaksanaan aknganro - Konjo (meminta do’a). Selanjutnya Ammatoa memerintahkan kepada Galla Puto , sebagai sekretaris adat, untuk mengundang seluruh pemangku adat Kajang untuk bermusyawarah. Kegiatan bermusyawarah untuk membicarakan sesuatu, disebut oleh mereka dengan a’borong’ (berkumpul). Da...
Karya : DR B.F.Matthes, Boeginische Chrestomathic, I.P.L-27 dalam Rahim (1985:207-227). Disadur Oleh : Ir.H.Abdu Samad H.A.Umar, M.Si. Ceritera ini merupakan ceritera rakyat (Legenda) yang mempunyai banyak peristiwa yang luar biasa. Substansinya ada pada Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis, dan sangat berguna pada saat ini dimana budaya sipakatau atau sipakalebbi sudah mengalami pergeseran dalam alam demokrasi lokal. Baik itu masyarakat lokal maupun bagi pasompe (Pengembaraan Orang Bugis) yang senantiasa rindu kampung halamannya, maupun pernah mendengar ceritera masa lampau oleh orang tua kita dahulu hingga dibawa ke perantauan. Hal ini merupakan ceritera tersendiri di kalangan pasompe, membuat rindu kampung halaman, sanak saudara dan Wari’ (asal usul), memperpanjang usia (lamperi sunge) karena mengembang biakkan manusia (Pabbija Tau) dan Merindangkan Pepohonan (Palorong Welareng) di tanah seberang di mulai dari C...