Rumah Panggung Kayu adalah salah satu rumah tradisional Bugis yang berbentuk persegi empat memanjang ke belakang. Konstruksi bangunan rumah ini dibuat secara lepas-pasang (knock down) sehingga dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Orang Bugis juga mengenal sistem tingkatan sosial yang dapat mempengaruhi bentuk rumah mereka, yang ditandai dengan simbol-simbol khusus. Berdasarkan pelapisan sosial tersebut, maka bentuk rumah tradisional orang Bugis dikenal dengan istilah Sao-raja (Sallasa/Balla Lompo) dan Bola. Sao-rja berarti rumah besar, yakni rumah yang ditempati oleh keturunan raja atau kaum bangsawan, sedangkan Bola berarti rumah biasa, yakni rumah tempat tinggal bagi rakyat biasa. Dari segi konstruksi bangunan, kedua jenis rumah tersebut tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran rumah dan status sosial penghuninya. Pada umumnya, Sao-roja lebih besar dan luas daripada Bola yang biasanya ditandai oleh jumlah tiangnya. Saor...
Rumah adat Toraja atau tongkongan mempunyai ciri unik yaitu terbuat dari 100% material kayu yang berbentuk panggung serta atap dilapisi ijuk berwarna hitam dengan desain melengkung menyerupai bentuk perahu telungkup. Pada kolong rumah umumnya digunakan untuk kandang kerbau sehingga atap rumah yang didesain melengkung sering disebut seperti tanduk kerbau. Sekilas rumah adat ini lebih mirip rumah gadang di Sumatera. Rumah Tongkonan biasanya berdiri berjajar mengarah ke utara. Rumah yang mengarah ke utara terutama bentuk atap yang meruncing keatas sekaligus melambangkan para leluhur masyarakat Toraja yang dipercaya berasal dari arah utara. Jadi jika adal penduduk yang meninggal mereka percaya arwahnya akan berkumpul dengan leluhur mereka di utara. Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja. Terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari bahasa Toraja yang berarti tongkon ”duduk&r...
Ritual pesta adat warga Kecamatan Gantarangkeke, Kecamatan Bantaeng, atau yang disebut Pa'jujukang ini merupakan agenda tahunan setiap pertengahan Bulan Sya'ban, menyambut bulan Suci Ramadan. Setiap tahun pesta ritual ini dihelat, ribuan warga berdatangan dari berbagai penjuru Bantaeng bahkan dari seluruh nusantara. Pesta adat yang dipusatkan di Desa Dampang, Kecamatan Gantarangkeke tersebut adalah warisan dari budaya Makassar kuno. Gantarankeke dikenal sebagai tanah Toa (tanah tua/leluhur) bagi suku makassar. Di wilayah ini dulunya dijadikan sebagai tempat bertemunya para pemimpin dan tokoh adat dari empat penjuru angin untuk saling menjaga hubungan dengan mengadakan pesta. Itulah mengapa di Gantarangkeke ini masih tersimpan pusaka-pusaka tertua yang masih tersimpan dengan baik. Ritual ini lestari dan terus dilaksanakan hingga muncul gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) pimpinan Kahar Muzakkar yang kebetulan masuk ke pedalaman Bantaeng, termasuk ke...
Balla Tujua berarti tuju buah rumah ini terletak di Perkampungan Tua Onto di Lereng Gunung Lompobattang di Desa Onto Kecamatan Bantaeng sekitar 12 km sebelah utara Ibukota Bantaeng. Balla Tujua merupakan salah satu situs perkampungan yang menempati areal tanah milik masyarakat yang luasnya sekitar 5 hektar, disekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon yang tinggi hingga mencapai 60 meter serta rotan dan beberapa pohon lainnya. Balla tujua ini adalah rumah yang dijadikan sebagai tempat pertemuan dari 7 orang pemimpin Kawasan yang masing diantaranya dipimpin oleh Kare, yaitu Kare Onto, Kare Bissampole, Kare Sinoa, Kare Gantarang Keke, Kare Mamampang, Kare Katampang dan Kare Lawi-Lawi, yang semua Kare tersebut dikenal dengan nama "Tau Tujua" Didalam kawasan ini terdapat 7 buah rumah tinggal, ada 6 buah rumah diantaranya berukuran besar dan menghadap ke Utara, sedangkan yang satunya berukuran kecil menghadap ke Selatan. Selain itu, dikawasan ini terdapat bangunan tempat upacara untuk kegiatan...
ompleks makam para Raja-Raja ini merupakan salah satu bukti Kejayaan Bantaeng dimasa lalu dengan latar belakang sejarah bahwa Bantaeng merupakan Daerah kawasan para Raja-Raja atau lebih dikenal sebagai Karaengna Bantaeng. Kawasan ini terletak di tengah kota Kabupaten Bantaeng tepatnya di Lingkungan Lembang Cina Keurahan Pallantikang Kecamatan Bantaeng, sekitar 50 meter, untuk menuju kawasan ini kita bisa jalan kaki atau naik kendaraan. Sebelah timur kompleks makam ini terdapat Sungai Calendu yang bersambungan langsung ke laut, dalam kawasan makam in terdapat taman, jalan setapak, kolam, kursi taman, ruang informasi, kamar mandi dan WC, serta ruang tempat beristirahat. Makam Raja-Raja Bantaeng ini lebih dikenal dengan Makam Raja-Raja La Tenri Ruwa, nama in diambil dari seorang tokoh sejarah yaitu La Tenri Ruwa yang makamnya ada dalam kompleks tersebut. LaTenri Ruwa adalam nama Raja Bone ke - 11, ia pertama menerima ajakan dari Raja Gowa ke - 14 Mangerangi Daeng Manrabbia Sultan Alauddi...
Gowa, GoSulsel.com - Dilaksanakan hanya sekali selama sembilan tahun di dusun Borong Rappo, Desa Sokkolia, kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Pattakkang merupakan sebuah tradisi adat turun temurun dilakukan oleh masyarakat setempat. Sebagaimana dipaparkan Hj. Sehani Dg. Ngawing kepala dusun Borong Rappo kepada Gosulsel.com, Rabu (21/9) di lokasi pesta adat. "Namanya Pattakkang, acara tradisi adat ini diadakan satu kali dalam sembilan tahun. Acaranya juga dilaksanakan selama sembilan hari sembilan malam," paparnya. Selama sembilan hari sembilan malam lamanya pesta adat ini digelar. Berbagai macam rangkaian acara pun dilaksanakan secara tradisional. Seperti attoeng (berayunan), ma'raga, (bermain bola raga), a'nganni (memintal benang), a'teaja, dan a'bunene. Suasana acara serba tradisional, mulai dari pakaian adat yang dikenakan warga, baik pakaian perempuan, laki-laki, anak kecil dan orang tua pun memakai pakaian adat. Di sebuah lapangan kecil dibangun satu rumah tradis...
Upacara Andingingi adalah ritual yang sangat sakral bagi masyarakat Konjo. Tujuan upacara tersebut adalah untuk memohon keselamatan agar dapat terhindar dari segala bencana alam yang diawali dengan menjaga kelestarian alam terutama keutuhan hutan yang ada di sekitar lingkungan masing-masing. Sikap dan perilaku masyarakat Konjo-Kajang yang menjaga dan melestarikan hutan berdasarkan aturan adat setempat menciptakan kondisi hutan di daerah masyarakat Konjo lebih baik. Selain itu, ada satu upacara pada masyarakat Konjo yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan, alam dan keseimbangan manusia dengan alam. Upacara tersebut dalam masyarakat Konjo adalah Upacara Andingingi. Andingingi adalah ritual upacara yang dilaksanakan pada bulan purnama sekitar bulan Januari dan Februari, setahun sekali. Letak upacara Andingingi berada di Pa’rasangang Iraja, tepat berada di Pammotokang Bombonga ri Pattirotiroang. Pada tempat tersebut ada panggung memanjang dengan dihiasi Janur Areng....
Gowa, Sulsel (ANTARA Sulsel) - Jelang musim tanam padi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan para pemangku kepentingan bersama masyarakat melalukan tradisi "Appalili" yang sudah dilakukan sejak zaman kerajaan dan berkontribusi terhadap surplusnya beras di daerah maupun di provinsi. "Ini adalah tradisi kita dan sudah dilakukan sejak lama. Tradisi Appalili ini sudah turun temurun ketika musim tanam akan masuk," ujar Bupati Gowa, Sulsel, Adnan Purichta Ichsan YL di Gowa, Kamis. Tradisi Appalili bagi suku Makassar dan Mappalili bagi suku Bugis adalah tradisi turun temurun dari warga di Sulawesi Selatan di mana acara adat dilakukan di beberapa kecamatan sebagai ritual sebelum para petani turun ke sawah untuk menanam padi. Adnan Purichta mengatakan, masuknya musim tanam di Kabupaten Gowa ditandai dengan digelarnya musyawarah Appalili. Pelaksanaannya digelar dari tingkat kecamatan hingga kabupaten. Appalilli tingkat Kabupaten Gowa tahun ini juga dipusatkan di Desa Gantu...
Tari paddekko adalah manifestasi kegembiraan setelah panen padi yang diperagakan oleh para perempuan dalam gerakan menumbuk padi di lesung dengan alu. Referensi: https://www.mediasulsel.com/topik/tari-padekko/ http://muri.org/pagelaran-tari-paddekko-oleh-penari-terbanyak/