Siapa pula yang tidak kenal dengan perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, hari raya ini digelar sekali dalam setahun sebagai penyambutan tahun baru Isaka yang jatuhnya pada bulan mati (Tilem) sasih Kesanga. Sebuah penyambutan tahun baru yang berbeda, yaitu dengan kesunyian, ketenangan, lengang dan sepi, itulah sebabnya semua warga pada saat hari raya Nyepi tersebut tidak boleh bepergian, menghidupkan api, membuat kegaduhan ataupun bersenang-senang. Termasuk fasilitas umum juga tutup kecuali rumah sakit. Tujuan dari perayaan ini untuk bisa introspeksi diri atau mulat sarira dan merenung dalam suasana hening bisa berkonsentrasi lebih maksimal, seharian tinggal di rumah dan bersembahyang melakukan brata dan meditasi, agar nantinya bisa memulai kehidupan yang lebih baik pada bulan berikutnya pada sasih Kedasa, semua kedas, bersih dan suci untuk memulai lagi kehidupan baru. Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/
Tradisi unik di kawasan Bali Utara ini memperlombakan sepasang sapi yang pada lehernya dipasangi sebuah genta besar yang dinamakan “Gerumbungan” kemudian sapi dihiasi berbagai aksesoris agar terlihat gagah dan indah, pada kedua leher kedua sapi itu saling dikaitkan dengan sebatang kayu melintang bernama “uga” kemudian di tengahnya sebuah kayu melintang sepanjang 3 meter untuk seorang sais atau joki mengendalikan sapi tersebut. Yang dipilih adalah sapi jantan saja itupun yang berbadan kekar. Kriteria pemilihan pemenang dan penilaian bukan berdasarkan ada kecepatan, penilaian berdasarkan keserasian gerak seperti gerak kaki yang seragam, ekor sapi yang melengkung ke atas dan kepala sapi yang mendongak ke atas. Sebagai budaya warisan leluhur agar tetap lestari, maka sapi Gerumbungan digelar setiap HUT kab. Buleleng di Bulan Agustus. Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/
Kata Ngerebong berasal dari kata “ngereh” dan “baung” sehingga menjadi ngerebong, penggabungan dua kata tersebut berarti juga akasa pertiwi atau atas bawah, ada juga yang mengartikan Ngerebong tersebut berkumpul, diyakini saat tersebutlah Dewa sedang berkumpul dan melakukan ritual yang tepat. Pada saat prosesi Ngerebong warga desa Kesiman, Denpasar berkumpul di Pura Pengrebongan, Desa Kesiman Denpasar, mengarak Barong dan Rangda sebagai simbol atau petapakan Ida Bhatara mengelilingi wantilan sebanyak tiga kali diiringi juga oleh gamelan baleganjur. Saat berkeliling tersebut banyak warga yang kerauhan atau trans, warga tersebutada yang mengeram, berteriak, menari dan ada juga menangis, mereka juga melakukan adegan berbahaya meminta keris untuk ditancapkan di tubuh, leher ataupun kepala, tetapi anehnya tidak satupun yang terluka, mereka yang kerauhan tersebut semuanya kebal tidak terlukai. Tradisi unik di Bali ini digelar 6 bulan sekali yaitu pada hari Minggu,...
Sebuah tradisi unik di Bali yang hanya digelar di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kab. Buleleng yaitu bertepatan pada hari Purnama sasih Kedasa, sekitar 2 minggu setelah hari Raya Nyepi di bulan April. Karena pertimbangan biaya tradisi ngusaba Bukakak digelar dua tahun sekali. Prosesi ini digelar untuk mengucapkan rasa terima kasih umat kepada dewi Kesuburan atas segala hasil pertanian yang melimpah dan kesuburan tanah. Desa Sangsit memang memiliki wilayah pertanian yang cukup luas dan juga tanahnya yang gembur dan subur. Bukakak berasal dari kata “Bu” atau Lembu yang melambangkan dewa Siwa dan “Kakak” atau gagak perlambang dewa Wisnu. Bukakak juga berkaitan dengan babi guling yang hanya dimatangkan bagian dadanya saja. Ngusaba ini diawali dengan upacara Melasti, kemudian membuat 3 buah dangsil pada acara puncak mengusung bukakak mengelilingi areal persawahan. Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/
Di Bali tradisi Perang Ketupat hanya bisa anda temukan di desa Kapal, Kec. Mengwi, Kab. Badung. Tradisi unik di Bali ini digelar dalam rangkaian upacara Aci Rah Pengangon setiap satu tahun sekali yaitu pada hari Purnama (bulan penuh) sasih Kapat atau sekitar bulan September – Oktober. Namanya juga perang ketupat, warga menggunakan ketupat untuk berperang, mereka terbagi menjadi dua kelompok kemudian saling lempar dan saling serang antar kelompok. Perang Ketupat ini hanya melibatkan kaum laki-laki saja mereka menggunakan pakaian adat Bali, tapi tanpa baju, begitu ada aba-aba untuk mulai perang, mereka juga mulai saling serang dan lempar di areal pura, kemudian merembet ke luar pura sampai di jalan raya agar lebih leluasa, tidak ada aturan tertentu, mereka bebas menyerang kubu lawan. Namun akhirnya damai tanpa permusuhan. Demikian macam-macam warisan budaya leluhur berupa tradisi unik yang masih terjaga dan berkembang lestari di Bali saat ini, selain itu masih ada sejum...
Tradisi Aci Rah Pengangon adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan untuk mensyukuri atas ketentraman dan kemakmuran yang telah dilimpahkan. Sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat Kapal setiap setahun sekali yaitu pada sasih kapat (atau sekitar bulan september / oktober)yang berlokasi di depan pura desa setempat. Biasanya tradisi ini dimeriahkan dengan aksi perang tipat bantal bermakna bahwa pangan yang kita miliki sejatinya disebutkan merupakan senjata utama untuk mempertahankan diri dalam hidup dan berkehidupan. Tradisi ini juga mempunyai kemiripan dengan tradisi-tradisi agraris yang unik dibelahan dunia yang lain seperti perang tomat di Spanyol. Seperti yang dikutip dari keterangan photo Desa Adat Kapal Bali tempoe duloe di fb, tradisi ini bermula dari sebuah kisah yang tercatat dari lontar kuno yaitu dalam Lontar Tabuh Rah Pengangon yang diceritakan bahwa : Pada suatu sa...
Desa Kapal adalah salah satu desa tradisonal di Bali yang kaya akan keunikan adat dan budaya, desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Mengwi Badung-Bali ini memiliki berbagai tradisi unik dan menarik yang masih berlangsung sampai sekarang, salah satunya adalah pelaksanaan Tradisi Aci Rah Pengangon atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Tradisi Perang Tipat-Bantal. Tradisi ini berkaitan erat dengan kehidupan pertanian masyarakatnya, di mana tradisi ini dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas kehidupan yang diciptakan-Nya serta berlimpahnya hasil panen di desa ini. Tradisi ini dilaksanakan setiap Bulan Keempat dalam penanggalan Bali (sasih kapat) sekitar bulan September – Oktober. Pelaksanaanya diwujudkan dalam bentuk Perang Tipat-Bantal. Tipat/ ketupat adalah olahan makanan dari beras yang dibungkus dalam anyaman janur / daun kelapa yang masih muda berbentuk segi empat sedangkan Bantal adalah penganan yang...
Tradisi sakral Bali Aga ini menggunakan pandan berduri dan sangat tajam ini adalah unik dan menurut ramagita, Tradisi Mageret pandan atau Perang Pandan (Mekare-kare) dilakukan selama tiga hari dan juga tradisi ini merupakan sarana latihan ketangkasan seorang prajurit dalam masyarakat Tenganan sebagai penganut Agama Hindu aliran Dewa Indra sebagai Dewa Perang.Yang terpenting dalam perang pandan tersebut tidak ada menang kalah. Kalau ada yang sampai terluka akibat goresan pandan akan diobati dengan obat yang telah disediakan yang berasal dari cuka kunir dan isen. Tak heran jika Perang pandan ini menjadi tontonan menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Kepercayaan warga Tenganan agak berbeda dengan warga Bali pada umumnya dimana Umat Hindu Bali yang menjadikan Tri Murti sebagai dewa tertinggi. Namun bagi warga Tenganan, Dewa Indra sebagai dewa perang adalah dewa dari segala dewa. Su...
Tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sekali di Pura Samuan Tiga ini juga menarik perhatiann wisatawan asing, demikian dikutip dari artikel perang sampian di Pura Samuan Tiga . Juga dalam kutipan artikel tersebut dijelaskan pula bahwa, sebelum tradisi ini dimulai, dilakukan upacara Nampiog, Ngober dan Meguak-guakan. Dalam upacara ini, ratusan warga mengelilingi areal pura sambil menggerak-gerakkan tangan mereka seperti burung gagak (goak). Prosesi ini diikuti oleh para permas atau ibu-ibu yang sudah disucikan. Selain ibu-ibu, para pemangku pura setempat juga ikut mengelingi areal Pura. Setelah prosesi ini selesai dilanjutkan dengan upacara Ngombak. Pada upacara ini para wanita yang berjumlah 46 orang, serta laki-laki atau sameton parekan yang juga sudah disucikan berjumlah 309 orang melakukan upacara Ngombak (melakukann gerakan seperti ombak). Upacara ini dilakukan dengan cara berpegangan tangan satu sama lainnya, kemudian bergerak laksana ombak. Sete...