Tari Ngantat Dendan Ngantat Dendan menggambarkan iring-iringan dari pengantin pria didalam pernikahan adat Kota Lubuk linggau, Provinsi Sumatera Selatan. Ciri utama pada Tari Ngantat Dendan adalah penggunaan properti yang berupa jaras, yaitu rantang besar yang diikat memakai selendang dan diletakkan di bagian kepala. Pada budaya Lubuk Linggau, Jaras didalam pernikahan adat digunakan sebagai wadah untuk menampung barang – barang yang telah diminta oleh mempelai perempuan sebagai mahar dari pernikahan. Jaras didalam rombongan mempelai laki-laki biasanya akan dibawa oleh kaum hawa, baik itu ibu-ibu maupun para gadis. Hal tersebut terjadi dikarenakan ketika budaya tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk tarian. Perlu diketahui, tarian Ngantat Dendan hanya dipentaskan oleh kaum hawa (wanita). https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Tari Mejeng Besuko Tari Mejeng Besuko berasal dari provinsi Sumatera Selatan ini merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita pada zaman yang dahulu. Pada zaman dahulu kita ketahui tidak ada iringan musik seperti saat ini. Dampak dari hal tersebut membuat tari ini mendapat penilaian kuno. https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Tari Rodat Cempako Tari Rodat Cempako adalah tarian tradisional yang asal daerahnya provinsi Sumatera Selatan. Kabarnya tarian ini mendapat pengaruh dari gerakan dari Timur Tengah. Tarian ini adalah salah satu tarian masyarakat Provinsi Sumatera Selatan yang bernafaskan agama Islam. Hal ini mengingat bahwa budaya Melayu sangat identik dengan ajaran Islam. https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Tari Madik (Nindai) Tari Madik (Nindai) adalah tarian daerah yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini kerap dipakai oleh masyarakat disana dalam acara menilai calon menantunya. Di Provinsi Sumatera Selatan sendiri terdapat kebudayaan dimana orang tua dari mempelai pria akan berkunjung ke rumah besan guna menilai calon mantunya. Proses menilai dan juga melihat inilah yang disebut dengan Nindai atau Madik. Proses menilai menantu bagi seorang calon mertua ternyata juga di ekspresikan dalam tari ya. Luar biasa budaya Indonesia! https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Tari Sebimbing Sekundang Tari Sebimbing Sekundang adalah tari yang berasal dari kebudayaan masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Tarian ini umumnya akan ditampilkan dalam penyambutan para tamu kehormatan yang sedang berkunjung di daerah ini. Dalam pertunjukannya Tari Sebimbing Sekundang dapat dipentaskan baik itu di dalam gedung maupun di tempat terbuka dan dilakukan sebanyak 9 penari. Dimana 1 orang puteri akan membawa tepak. 2 orang penari akan membawa rempah-rempah. 1 orang akan membawa payung agung dan 2 orang akan menjadi pengawal. Tepak atau Pengasan sendiri adalah sarana utama pada tarian tradisional ini dan berisikan daun sirih yang sudah diracik dengan menggunakan getah gambir sehingga sudah siap untuk disuguhkan kepada tamu kehormatan sebagai bentuk penerimaan dan juga pengakuan dari masyarakat Kabupaten Ogan Kometing Ulu. https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Tari Tanggai Tarian Tanggai berasal dari daerah Sumatera Selatan. Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau tari penyambutan tamu. Jenis tamu yang datang pun bermacam – macam, bisa dari daerah setempat atau dari luar negeri. Pengaruh kebudayaan Tionghoa di dalam tarian ini juga sangat kental terasa. https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Tari Gending Sriwijaya Tarian Gending Sriwijaya berasal dari peninggalan kerajaan Snwijaya. Tarian yang dahulu hanya dipentaskan oleh kalangan internal kerajaan kini menjadi hiburan semua rakyat dalam berbagai acara pentas budaya. Sembilan orang penari yang semuanya adalah seorang perempuan memerankan tarian ini. Lalu para penari Gending Shwijaya ini dikawal oleh dua crang laki-laki lengkap dengan payung dan juga tombak di tangannya. Seorang penari gending membawa tepak yang berisikan sekapur sirih yang nantinya akan diberikan kepada para tamu yang dianggap spesial sebagai bentuk dari penghormatan. https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Prosesi pernikahan adat merupakan salah satu tradisi dan budaya yang hingga kini masih dilaksanakan di masing-masing daerah. Salah satunya adalah prosesi pernikahan adat Palembang yang dilaksanakan berdasarkan budaya dan aturan yang berlaku di daerah Palembang. Berasan Adalah musyawarah kedua belah pihak keluarga besar calon mempelai. Pada pertemuan ini akan diputuskan persyaratan pernikahan baik secara adat maupun secara agama, serta tahap prosesi adat selanjutnya. Syarat pernikahan secara agama adalah penentuan mahar atau mas kawin. Sementara persyaratan pernikahan secara adat dilaksanakan sesuai kesepakatan. Apakah Adat Berangkat Tigo Turun, Adat Berangkat Duo Penyeneng, Adat Berangkat Adat Mudo, Adat Tebas, atau Adat Buntel Kadut. Masing-masing memiliki persyaratan yang berbeda. - Adat Berangkat Tigo Turun , misalnya, pada seturun pertama berisi selendang songket lepus, baju kurung songket tabor, kain songket pulir, lalu pada seturun kedua harus ada kain songke...
Prosesi pernikahan adat merupakan salah satu tradisi dan budaya yang hingga kini masih dilaksanakan di masing-masing daerah. Salah satunya adalah prosesi pernikahan adat Palembang yang dilaksanakan berdasarkan budaya dan aturan yang berlaku di daerah Palembang. Mutuske Kato Sesuai dengan namanya, pada acara ini kedua keluarga membuat keputusan mengenai: Hari Nganterke Belanjo , Hari Pernikahan, Hari Munggah , Hari Nyemputi dan Nganter Pengantin, Ngalie Turon , Pengantin Becacap atau Mandi Simburan , serta Beratib . Pada acara ini pihak keluarga pria membawa tujuh tenong berisi gula pasir, tepung terigu, telur itik, emping, pisang, dan buah-buahan. Perlengkapan lain yang perlu dibawa adalah sebagian dari beberapa perlengkapan yang harus dipenuhi secara adat. Dan menjelang pulang, tenong akan dikembalikan dan diisi dengan aneka jajanan khas Palembang. sumber :https://www.weddingku.com/blog/pernikahan-adat-bumi-sriwijaya-palembang