Apem Panggang Labu Siam (s umber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Selatan Jl. Sriwijaya I No. 288 Km. 5,5, Sukaramai, Palembang 30139 Telp. : (0711) 411382, 412363 Fa ks . : (0711) 412636 Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang dulu dikenal dengan Museum Balaputra Dewa dibangun pada tahun 1978 dan diresmikan pada 5 November 1984. Museum ini dikelola oleh Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan. Musem Negeri Provinsi Sumsel ini dibangun dengan arsitektur tradisional Palembang pada areal seluas 23.565 meter persegi. Di museum ini terdapat sekitar 3.800 koleksi, terdiri berbagai macam jenis koleksi yang diklasifikasikan menjadi 10 jenis, di antaranya Geologika, Biologika, barang-barang tradisional Palembang, ofset binatang dari berbagai daerah di Sumatera Selatan dan beberapa miniatur rumah di pedalaman. Terdapat pula replika prasasti dari arca kuno yang pernah ditemukan di B...
Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Selatan Monumen Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya ini terletak di sebelah utara lapangan Merdeka, di hadapan Museum Subkoss Garuda Sriwijaya. Salah satu tujuan di bangunnya Monumen Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya ini adalah untuk melestarikan nilai-nilai juang dan kepahlawanan para pejuang kemerdekaan pada masa revolusi fisik tahun 1947-1949. Pada waktu itu Kota Lubuklinggau merupakan pusat Pemerintahan sipil dan Pusat Komando Tertinggi TNI untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan yaitu Sub Komando Sumetara Selatan (Subkoss). Monumen ini dibangun pada tahun 1986 oleh pemerintah Kabupaten Musi Rawas atas prakarsa Gubernur KDH TK.I Sumsel H. Sainan Sagiman, dan diresmikan dengan ditandai penandatanganan Prasasti Monumen oleh Gubernur KDH TK.I Sumatera Selatan H.Sainan Sagiman pada tanggal 13 Februari 1987. Sumber : https://situsbudaya.id/museum-subkoss-garuda-sriwijaya-sumatera-selatan/
Candi Bahal terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Selatan. Sekitar 3 jam perjalanan dari Padang Sidempuan, Candi ini merupakan kompleks Candi atau warga sekitar menyebutnya dengan istilah Biaro. Kompleks ini merupakan kompleks candi terluas di Sumatera Utara karena areanya meliputi Candi Bahal 1, Candi Bahal 2 dan Candi Bahal 3. Candi Bahal hanya merupakan bagian dari Candi Padanglawas atau Padang Luas yang meliputi beberapa candi antara lain:Candi Pulo, Candi barumun, Candi Singkilon, Candi Bara, Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Magaledang, Candi Nagasaribu, Candi Sitopayan Dari sekian banyak Candi, hanya Candi Bahal yang sudah mengalami renovasi dan untuk Candi-candi yang lainnya masih dalam proses renovasi. Yang menarik di candi Bahal adalah arah Candi induk yang menghadap ke sebelah tenggara yang biasanya candi-candi di Indonesai menghadap ke barat atau timur. Bagian terbaik dari candi Bahal adalah atapnya k...
Candi Portibi merupakan sekumpulan candi yang terdapat di Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. Candi-candi tersebut tersebar di sepanjang aliran Sungai Batang Pane, Sirumambe, dan Sungai Barumun, terdiri dari setidaknya enambelas kompleks percandian atau dalam bahasa setempat lebih dikenal sebagai biaro atau biara yang merupakan adopsi dari kata dalam bahasa Sansekerta, vihara yang berarti tempat belajar mengajar dan ibadah khususnya bagi penganut agama Buddha. Sebagian pihak menyebutkan Candi Portibi ini merupakan peninggalan kerajaan Pannai dan sebagian lagi menyebutnya sebagai peninggalan kerajaan Portibi. Kerajaan Portibi berarti kerajaan dunia atau bumi dalam bahasa Batak. Julkifli Marbun (2006:1-4) mengatakan bahwa Kerajaan Portibi ini merupakan aliansi dari Kerajaan Pane. Beberapa ahli yang sudah melakukan riset penting di Candi Bahal antara lain Franz Junghun (1846), Von Rosenberg (1854), Kerkhoff (1887), Stein Callenfels (1920 dan 1925), De Haan (1926), Krom (1923), dan F.M....
Kampung Kapitan adalah suatu wilayah yang dahulu warga keturuan Tionghoa pertama kalinya menetap di Palembang saat masih dalam jajahan. Kawasan ini berlokasi di tepi Sungai Musi. Posisinya berada di tepi Jl KH Azhari Kelurahan 7 Ulu SU I, bersebelahan dengan Pasar Tradisional 7 Ulu. Dari atas Jembatan Ampera, keberadaan Kampung Kapitan sudah bisa terlihat. Rumah di kawasan ini menyimpan dua pengaruh budaya, yakni budaya Tiongkok dan budaya Palembang. Budaya Tiongkok bisa dilihat dari bagian dalam rumah dan bagian teras rumah. Sedangkan budaya Palembang berupa bangunan rumah yang menyerupai limas dan terdapat tiang yang menopang berdirinya rumah. Di Kampung Kapitan kita bisa melihat bangunan batu pagoda.Batu pagoda ini berdiri tegak tepat di tengah lapangan beralasakan keramik di Kampung Kapitan dengan tinggi sekitar 2,5 meter. https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2017/10/peninggalan-sejarah-provinsi-sumatera-selatan.html
Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Palembang merupakan monumen yang dibangun untuk memperingati PERANG 5 HARI 5 MALAM yang pecah pada tanggal 1 Januari 1947 antara pejuang Palembang dengan tentara Belanda yang terjadi dan berpusat di areal sekitar monumen tersebut. Monumen ini berada di dekat Jembatan Ampera dan Masjid Agung Palembang. Pada bangunan yang berdiri kokoh di pinggir Jl Merdeka ini terdapat enam tiang yang kokoh bertautan tiga-tiga di bagian samping kiri dan kanannya. Juga terpampang relief yang menggambarkan suasana pertempuran lima hari lima malam di kota Palembang melawan penjajah Belanda. Selain itu, di dalam museum ini kita dapat melihat berbagai jenis senjata yang dipergunakan dalam pertempuran tersebut sebagai dokumen perang dan benda-benda bersejarah lainnya. Pembangunan museum ini dibiayai oleh APBD Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Selatan yang dilakukan secara bertahap, mulai tahun anggaran 1980/1981 sampai tahu...
Tari Petake Gerinjing Tarian Petake Gerinjing menceritakan tentang masyarakat yang mendapat azab dikarenakan tidak mematuhi norma-norrna dan adat-istiadat yang ada. Digambarkan azab tersebut dengan datangnya bencana banjir bandang yang menyapu peradaban. Tarian ini memadukan antara tradisional dan kontemporer. Datangnya bencana banjir bandang sebagai azab. kemudian disimbolkan dengan bentangan dari kain yang terus digoyang-goyang seperti menyerupai gelombang air. Masyarakat didalamnya panik dan berusaha melarikan diri. https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/
Tari Ngantat Dendan Ngantat Dendan menggambarkan iring-iringan dari pengantin pria didalam pernikahan adat Kota Lubuk linggau, Provinsi Sumatera Selatan. Ciri utama pada Tari Ngantat Dendan adalah penggunaan properti yang berupa jaras, yaitu rantang besar yang diikat memakai selendang dan diletakkan di bagian kepala. Pada budaya Lubuk Linggau, Jaras didalam pernikahan adat digunakan sebagai wadah untuk menampung barang – barang yang telah diminta oleh mempelai perempuan sebagai mahar dari pernikahan. Jaras didalam rombongan mempelai laki-laki biasanya akan dibawa oleh kaum hawa, baik itu ibu-ibu maupun para gadis. Hal tersebut terjadi dikarenakan ketika budaya tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk tarian. Perlu diketahui, tarian Ngantat Dendan hanya dipentaskan oleh kaum hawa (wanita). https://www.silontong.com/2018/08/30/tarian-daerah-sumatera-selatan/