Masyarakat Indonesia memiliki ritual yang beragam, ritual itu terdapat dalam berbagai kegiatan, seperti ritual pada pernikahan, ritual dalam perdagangan, ritual dalam mencari nafkah dan ritual lainnya. Ritual merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka simbolis dan memiliki tujuannya masing-masing, merupakan kepercayaan masyarakat setempat terhadap sesuatu yang menjadi ritual masing-masing daerah di Indonesia. Ritual dilaksanakan juga dalam rangka memenuhi kewajiban terhadap Agama, budaya dan adat-istiadat setempat. Di Riau ada suatu Ritual yang berhubungan dengan laut dan mata pencaharian mereka sebagai nelayan, namanya Ritual " Semah Laut, semah laut merupakan kegiatan ritual pemujaan terhadap laut yang bisa kita temui di kabupaten Rokan Hilir ( Riau ), tepatnya didaerah Panipahan. Didaerah Panipahan ini ritual semah laut dilakukan oleh sekelompok nelayan yang dipimpin oleh Bathin. Mereka menggunakan pakaian yang khas dengan pa...
Corak Motif Itik Sekawan (Itik Pulang Petang) untuk Ukir Tekat Tenun Songket menggambarkan tingkah laku hewan Itik yang selalu berjalan beriringan ketika petang hari akan pulang ke kandang. Tingkah laku berjalan beriringan serasi, bersahabat, kompak, bersama-sama, menjadi contoh bagi manusia akan arti kehidupan. Hal ini pun lalu digambarkan dan menjadi suatu corak motif untuk tenun, tekat, ukir dan songket dengan nama Motif Itik Pulang Petang atau Motif Itik Sekawan. Ukiran khas Melayu ini mempunyai filosofi dalam dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal sosial, kesetia-kawanan, saling menghargai merupakan inti dari motif ini, filosofi yang terkandung dalam ukiran ini menandakan bahwa orang Melayu bisa diajak berteman dan bermasyarakat. Kenapa dibilang Itik Pulang Petang, sesuai hukum alam setiap Itik akan pulang ke kandang pada petang hari, Itik selalu beriringan atau seirama, sama halnya budaya Melayu yang menjunjung kebersamaan. ...
Lampu colok merupakan sebuah tradisi masyarakat Bengkalis turun temurun. Lampu colok ini biasanya dipasang serentak tiap-tiap 27 Ramadan atau sering disebut malam 7 likur jelang hari raya Idul Fitri. Lampu colok memiliki arti tersendiri bagi warga Bengkalis. Dahulunya, lampu colok merupakan sarana penerang jalan bagi warga yang ingin membayar Fitrah tiap malam 27 Ramadan ke rumah masyarakat atau Pak Lebai. Kala itu, infrastruktur di Bengkalis tidak sepesat saat ini. Jalan-jalan masih berbentuk lorong diselimuti semak kiri kanan. Lampu coloklah penerang jalan, penghindar bahaya terhadap warga membayar zakat fitrah. Lampu Colok, ketika itu tidak berbentuk atau terbuat dari kaleng bekas. Colok terbuat dari bambu atau buluh, namanya waktu itu disebut dengan obor. Kemajuan Tradisi Colok saat ini sudah sangat luar biasa. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya menggelar Festival Colok agar pelestarian lampu tetap terjaga. Lampu col...
Candi Palangka terletak di kompleks Candi Muara Tikus, tepatnya 3,85 m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi yang terkecil, relung – relung penyusunan batu tidak sama dengan dinding Candi Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya terbenam sekitar satu meter. Candi Palangka mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989. Candi Palangka ini berdasarkan penelitian, dahulu diperkirakan dipakai sebagai altar. Bangunan yang tepat berada di bagian timur Candi Mahligai ini mempunyai ukuran 5,1 x 5,7 meter dengan ketinggian yang mencapai 2 meter. Bentuknya sedikit unik karena tidak begitu tinggi dan bagian atasnya sangat datar dan lebar. Melihat dari bentuknya memang cukup masuk akal jika dipercaya pada masa lalu bangunan ini digunakan sebagai altar pemujaan. Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 186...
Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,6 m. Tingginya sampai ke puncak 14,3 m berdiri diatas pondamen segi delapan (astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada alasnya terdapat teratai berganda dan di tengahnya menjulang sebuah menara yang bentuknya mirip phallus (yoni). Pada tahun 1860, seorang arkeolog Belanda bernama Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus. Candi Mahligai atau yang juga disebut dengan Stupa Mahligai adalah bagian candi yang sangat megah terlihat. Selain itu bangunan ini masih terlihat utuh tanpa kerusakan berarti. Candi Mahligai berbentuk stupa yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu kaki, badan dan atap. Candi ini berdiri di atas sebuah pondasi dengan ukuran 9,44 x 10,6 meter. Pintu masuk candi ini ada di sebelah selatan dan bagian dasar candi dikelilingi dengan 28 sisi. Pada waktu Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus di setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk...
Candi Bungsu terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi ini dimulai tahun 1988 dan selesai dikerjakan tahun 1990. Melalui pemugaran tersebut candi ini dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang dengan ukuran 7,5 m x 16,28 m. Candi Bungsu berbentuk mirip dengan Candi Sulung. Candi dengan atap berbentu segi empat ini memiliki ukuran 13,2 x 16,2 meter dengan stupa – stupa kecil dan sebuah tangga di bagian timur candi. Bagian pondasi bawahnya terdiri dari 20 sisi dengan sebuah bidang di atas. Uniknya bangunan ini dibangun dengan menggunakan 2 bahan yang berbeda. Di bagian utara dibuat dengan menggunakan bahan batu pasir, sedang di bagian selatan menggunakan batu bata. Candi ini masih berkomplek pada Candi Muara Tikus Riau. Penelitian yang pernah dilakukan oleh seorang peneliti bernama J.W. Yzerman pern...
Tepung tepuk tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu Riau peninggalan para Raja-raja terdahulu. https://twitter.com/SayeBudaye
Tarian momutuih robek merupakan salah satu varian tarian silat yang dilakukan dalam perayakan pernikahan. Kesenian ini berkembang di kalangan masyarakat Melayu di Rokan Hulu. Para penarinya terdiri atas seorang pendekar dari pihak pengantin perempuan dan seorang lagi pendekar dari pihak pengantin laki-laki. Pendekar pihak laki-laki berada di depan pintu gerbang dan pendekar pihak perempuan berdiri di halaman rumah pengantin perempuan. Di antara mereka direntangkan tali berhias yang disebut robek. Pisau atau gunting biasanya ditancapkan di tengah gerbang atau terselip di pinggang pendekar pihak pengantin laki-laki, dan ia berusaha memotong tali robek agar putus, sehingga pengantin laki-laki bisa segera masuk menemui pengantin perempuan. Akan tetapi pendekar pihak perempuan akan berusaha menghalang-halangi pendekar yang datang dengan menunjukkan kejantanannya, seolah-olah memberikan peringatan agar bertindak hati-hati di negeri orang dan bagaikan pagar pelindung sang pengantin perempuan...
Tersebutlah suatu kisah mengenai asal-usul adanya Beno di sungai Kampar. Adapun sungai kampar itu, menurut cerita orang-orang bernama sungai Embun. Karena sungai itu sangat lebar di muaranya dan ada pulau-pulau, tak jelas tepinya karena selalu di tutupi oleh embun, maka oleh sebab itu di namakan sungai Embun. Pada waktu itu sungai Kampar sangat ramainya, banyak pedagang-pedagang yang datang dari segala penjuru membawa segala macam barang, juga emas. Maka banyaklah terdapat Bandar atau kota di sepanjang sungai itu. Negeri yang ramai di kunjungi oleh pedagang-pedagang adalah Pekan Tua. Selain dari itu Rana Tanjung Bung, Tambak Segati. Dan di sungai Batang Nilo yaitu di kota Tua Bukit Tiga. Bandar Nasi-nasi dekat Pekan Tua tempat yang teramai. Banyak perempuan-perempuan yang cantik molek, pakaiannya terbuat dari sutera, memakai emas dan intan mutu manikin, dan rambutnya terurai panjang. Penduduk di situ bertabiat sopan santun, beradab pandai bernyanyi, berani dan bertubuh sehat-sehat dan...