Tari Mempang Bekawat adalah sebuah tari garapan dengan tidak meningglakan keaslian gerak dasar tari ini, yaitu Tari Berlian, Tari Ngelawai dan Tari Gantar yang berasal dari Suku Dayak Benuaq Tunjung yang hidup dan berkembang di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tarian ini diangkat dan diilhami oleh proses pelaksanaan upacara pengobatan untuk kesembuhan berbagai penyakit secara tradisional. Tarian ini diawali dengan "Memang" yang diiringi Suling Dewa sebagai symbol yang menggambarkan proses pemanggilan roh-roh halus oleh Pawang Belian. Setelah proses pemanggilan selesai, selanjutnya dilaksanakan proses pemujaan dengan maksud meminta pertolongan dengan roh-roh halus tersebut. Tari Mampang Bekawat ini diiringi oleh berbagai alat musik, antara lain : Suling Dewa, Kelentang/Gamelan Benuaq Tunjung, Gendang dan Gong.
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apau Kayan (Kab. Malinau) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun
Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq
Tarian ini diilhami dari Upacara Adat Penhos, yaitu upacara adat dalam Suku Sayak Modang yang dilakukan dengan tujuan untuk membuang sial atau bala. Masyarakat Dayak Modang menganggap bahwa perbuatan yang dapat menimbulkan sial apabila tidak dibersihkan dari dosa akan bias mendatangkan malapetaka bagi masyarakat di dalam desa tersebut. Oleh karena itu, dilakukan upacara Penhos yang dimulai dengan membuang sial dan tolak bala serta pembersihan alat atau perkakas yang disebut "Ngeong Lemeah". Semua warga desa atau kampong diwajibkan manjalani tabu atau berpuasa dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam tarian Penhos dikisahkan sepasang muda mudi yang telah melanggar adat. Mereka merendam diri berkali-kali ke dalam air, sebagai pembersihan dosa dan pembersihan kampung.
Konon khabarnya dahulu kala disalah satu rantauan sungai Mahakam, terdapat sebuah dusun yang didiami oleh beberapa pasang keluarga tani. Kehidupan mereka, disamping berladang, juga membuat kebun dan ada pula yang berusaha sebagai nelayan. Setiap tahun sehabis musim panen, ramailah penduduk dusun itu mengadakan pesta upacara adat memelas tahun, yang diisi dengan berbagai pertunjukan keahlian dan kesenian yang mereka miliki. Pihak lelaki mengadu kepandaian dengan cara mereka sendiri, seperti main pencak silat, adu bintih, adu besut, adu gasing dan logo. Pihak perempuan pun tidak mau ketinggalan. Disamping turut menari secara adat, ada pula yang turut dalam pertandingan-pertandingan yang sifatnya ringan. Sudah barang tentu dalam hal ini yang merupakan acara pokok adalah memelas tahun, yang dilaksanakan oleh seorang dukun beserta orang-orang tua berpengalaman. Biasanya upacara iini berlangsung sampai berbulan-bulan lamanya. Disaat inilah kesempatan bagi para muda mudi untuk saling mengena...
Berbagai benda yang menurut kepercayaan orang-orang tua mengandung magis ditempatkan dalam Kelambu Kuning ini yakni : a. Kelengkang Besi Pada suatu hariketika hujan panas, petinggi yang tinggal disungai bengkalang (kecamatan Long Iram) yang bernama Sangkareak mendengar suara anak kecil yang sedang menangis. Dicarinya dan kemudian diketemukan seorang bayi yang berada didalam suatu tempat/wadah yang disebut kelengkang besi. Oleh Petinggi tadi anak tersebut dibawahnya pulang kerumah bersama dengan kelengkang besinya. b. Tajau (Guci/Molo) Tajau atau tempayan ini bernama majan yang dipakai untuk mengambil air waktu permulaan hendak memandikan Aji Batara dewa Sakti (Raja pertama dari Kerajaan Kutai Karatanegara : 1300-1325). c. Gong Raden Galuh atau Gong Maharaja Pati Tempat Aji Putri Karang Melenu bersama Keris Burit Kang diketemukan/didapat. Aji Putri Karang Melenu dalah permaisuri dari Aji Batara Agung Dewa Sakti. Gong besar ini dinamai juga Gong Maharaja Pati....
Suatu dekorasi yang dibentuk di lantai dengan bahan bakunya dari beras yang telah diberi warna-warni. Mirip hamparan permadani/ambal sebagai alas BALAI. Ada beberapa motif Tambak Karang, yaitu: 1. Lembu Suana 2. Karang Genta 3. Karang Dungkul 4. Karang Indra Geni 5. Karang Terate 6. Karang Daulan 7. Karang Paoh