Sstra roman mengenai Seh Melaya, seorang “santri lelena” yang bertahun tahun mengembara dari tempat ketempat lain mencari ilmu dari para pandhita dan ulama sampai akhirnya bertemu dengan Nabi Kilir dari dasar laut dan disanalah diberi ajarannya Dewa Ruci kepada Werkudara. Kemudian ia bertemu juga dengan sunan Bonang. Menerima wejangan, pergi ke Mekah secaara ajaib, dan kembali duntuk membangun Masjid Demak, yaitu dengan berganti nama menjadi Sunan Kalijaga. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1670
Naskah ini berisi piwulang untuk para putri dalam menempuh hidup berumahtangga. Diberikan contoh waktu Kanjeng Nabi Muhammad memberikan nasehat kepada putrinya bernama Siti Fatimah. Teks ini merupakan hasil alihaksara dari koleksi Museum Sonobudoyo, nomor MSB/P70. Alih aksara dibuat oleh Yacobus Mulyadi, BA, tahun 1983, dibawah naungan proyek pembangunan Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1664
Berisi bermacam macam catatan tentang keris, meliputi : 1. Daftar nama keris menurut abjad jawa, dengan penjelasan jumlah luknya, dan beberapa disertai ricikannya (h.1-9) 2. Dftar nama keris menurut jumlah luknya, sampai luk 13 (h.9-18) 3. Nama pamor yang terdapat pada keris dan watak serta asalnya (h. 18-23) Diambil dari Serat Primbon Tarekat, Karangan Kyai Kasan Abutara dari Sembuyan pada tahun 1799 AJ (=1870 AD). 4. Nama pamor dengan wataknya yang terdapat pada keris (h. 24-25), Karangan Mangunprawira dari Surakarta pada tahun 1796 AJ (=1768 AD). 5. Makna dan arti racikan keris, menurut tafsiran Empu Supa Mandrengi (h. 25-28), dilanjutkan dengan penjelasan tentang makna dan arti dari perabot keris seperti warangka, pendhok, dll. Begitu juga makna keselu...
Seh Mardan (Serat Endraraja) (1-157). Menurut sinopsis Tanojo, teks ini “anyariosaken lelampahipun raja putro ing negri Darulkastana, anama Sekh Mardam inggih Sekh Endrajaja, wiwit maguru ngelmi kikmat,tuwin ngangenipun lelena ajajah purung, ngantos saged dhaup kaliyan para putrinipun Nata ing pundi-piundi nagari. Dalah piwulang lan pamejengenipun Sekh Endrajaya dhateng para garwa inggih kawrat ing dalem cariyos puniko.” Teks naskah ini seredaksi dengan edisi cetak (semarang ; van Dorp 1868, 1873), genap 23 pupuh, bahkan persis sama, sehingga kemungkinan naskah ini turunan dari edisi cetak. Uraian ceritanya serta daftar pupuh dapat dibaca pada Pretelan I:161-164. Menurut kolofon (h.1),teks ini digubah oleh R. Panji Astranegara, di Kudus, bulan Mei 1866. Bandingkan dengan naskah MSB/L320. Naskah lain dengan judul Serat Endrajaya juga ada, ialah Lor 2296, tetapi teks itu merupakan versi yang berbeda dengan MSB/L319. Redaksi Lor 2296 itu lebih panjang dengan jumla...
Serat Lokapala (157-285). Silsilah dari Nabi Adam sampai Brawijaya IV. Diteruskan sejarah Lokapala, Ngalengka dengan Dasamuka. Akhirnya dewa wisnu menjelma pada Dasarata raja Ayodya. Melihat kalimat pertama tiap pupuh, maka teks naskah ini sama dengan edisi yang diuraikan pada Pretelan I:475-478, Pupuh 1-21, yaitu karangan R.Ng. Sindusastra, Surakarta atas prakarsa K.P.A. Purubaya. Tentang Serat Lokapala ini lihat keterangan korpusnya MSB/L32. Tahun penyalinan kedua teks ini tidak disebut sebut. Namun dengan melihat jenis kertasnya dapat diperkirakan naskah disalin sekitar permulaan abad ke-20. Tempat penyalinan tidak diketahui. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1656
Sastra roman siklus Panji menceritakan Raden Panji di Jenggala yang telah menganti nama menjadi Suryawisesa, mempunyai kegemaran mencari ikan dengan tuba ( sejenis tumbuhan yang dapat memabukkan ikan ). Suryawisesa berhasil mendapatkan ikan bermahkita yang ternyata adalah besannya. Cerita selanjutnya tentang ikan bermahkota yang kemudian mati setelah dibawa ke istana. Ringkasan lebih lengkap dapat dibaca pada keterangan bibliografis MSB/L330. Teks naskah ini sama dengan teks naskah tersebut, pupiuh 1-10, kemudian putus. Naskah dilengkapi dengan ringkasan yang dibuat pada jaman Panti Boedja oleh M. Sinoe Moendisoera, sebanyak 6 halaman tulisan tangan. Pupuh 1, pada tiap bait baru memuat sandiasma :” Rahadyan Panji Ranawarsita pun sutanira Rahadyan Hangabei Ranggawarsita, pujangga ing Surakarta”. Informasi yang sama diulangi dalam kolofon depan (h.1), yang menyatakan teks asli ditulis oleh R. Panji Ranawarsita atas perintah ayahnya R.Ng. Ranggawarsita pada tahun 1791,...
Teks membagahs tatacara pakaulan yang berlaku di kampung kampungdalam keraton Surakarta. Dilengkapi contoh dengan suatu cerita yang jelas. Naskah dilengkapi dengan ringkasan yang dibuat pada jaman Panti Boedja oleh R. Tanojo sebanyak 1 halam ketikan. Teks ini ditulis/digubah oleh Ki Hajar Panitra, Panumping, Surakarat, tahun 1853 (1922). Pemrakarasa penyalinan tidak disebutkan didalam teks, tetapi melihat kertas yang digunakan rupanya masih semasa dengan penulisnya. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1655
Menceritakan kehidupan sepasang burung kemladeyan, dari mencari makan, membuat sarang,sengsara, bertelur, mengerami telurnya, menetas, mencari bahan makanan untuk persediaan hidup kluwarganya pada masa yang akan datang, persahabatan yang akrab dengan burung yang lain, dsb. Cerita ini semula berbentuk lisan dan diceritakan oleh seorang “ juru gotek ing jaman kina “ yang bernama Kaki Asmarandanm. Cerita kemudian dibangun oleh Ki Hajar Panitra, diklaten tahun 1930. Naskah ini dibeli oleh Panti Boedja dari Raden Mas Mangunprawira, juga di Klaten Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1650
Kisah sejarah tertumpasnya pemberontakan Ki Ageng Mangir Wanabaya terhadap panembahan senopati di Mataram. Naskah ini telah dibuat transliterasi oleh Yacobus Mulyadi, BA, Pada september 1982 (MSB/S55a). Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1572#prettyPhoto