Motif batik Sido Luhur merupakan jenis batik keraton yang berasal dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Di Keraton Surakarta, biasanya motif Sido Luhur dikenakan oleh temanten putri pada malam pengantin. Batik motif Sido Luhur memiliki filosofi keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Sementara keluhuran budi , ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. Motif Sido Luhur juga bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat. Filosofi Filosofi makna di balik motif batik Sido Luhur juga berarti berhasil mengembangkan, menyempurnakan diri menjadi manusia yang berb...
Motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari kehidupan yang semi (kehidupan yang berkembang atau makmur). Kata “Semen” berasal dari kata semi yang memiliki arti tumbuhnya bagian dari tanaman. Dengan demikian pada motif Semen Romo selalu terdapat ornamen yang menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Ornamen yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan megamendung. Ornamen yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornamen tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia yaitu dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar atau dipenuhi angkara murka. &...
Batik motif Gurdo berasal dari Yogyakarta. Nama Gurdo diambil dari Burung garuda, dalam kitab Mahabharata burung garuda adalah wahana (kendaraan) Dewa Wisnu yang merupakan pemelihara dan pelindung alam semesta. Bentuk ornamen gurda dalam motif semen ini, terdiri dari dua buah sayap ( lar ) dan di tengah-tengahnya terdapat badan dan ekor. Filosofi Sebagai pengingat bahwa kekuasaan adalah amanat dari rakyat, dan pemimpin harus eling (ingat) bahwa tanpa dukungan dan cinta dari rakyatnya, kekuasaannya tidak akan berarti apa-apa. Sumber: https://www.tokoseragambatik.com/2017/11/09/batik-yogyakarta-motif-semen-dan-filosofi-luhurnya/
Babon Angrem berarti ayam betina yang sedang mengerami telur. Batik babon angrem tergolong ke dalam motif batik non geometris, yaitu batik yang berbentuk flora atau fauna. Isen yang terdapat pada batik Babon Angrem adalah ukel yang diselingi dengan gambar dua unggas yang sedang berhadap-hadapan. Batik ini termasuk motif semen-latar hitam yang dipakai untuk orang dewasa dari semua golongan dan status. Motif batik ini tergolong besar-besar sehingga tidak baik dipakai oleh anak-anak. Filosofi Kasih sayang dan kesabaran ibu dalam mendidik anak-anaknya agar sifat tersebut dapat menurun ke anaknya. Batik motif ini digunakan pada saat upacara tujuh bulanan (mitoni) pada ibu hamil. Makna lain dari batik babon angrem ini adalah permohonan keturunan sebagai penyambung sejarah. Sumber: https://www.tokoseragambatik.com/2017/11/09/batik-yogyakarta-motif-semen-dan-filosofi-luhurnya/
Batik motif Semen Mentul sehari-hari dipakai oleh masyarakt Yogyakarta. Motifnya berupa dedaunan yang saling terhubung satu sama lain. Filosofi Orang yang memakai umumnya tidak mempunyai keinginan yang pasti. Sumber: http://www.batikbumi.net/2016/09/motif-batik-khas-yogyakarta.html
Batif motif Semen Kuncoro (baca: Muncar(Jawa) merupakan motif batik yang dipakai untuk keserahian Kraton Yogyakarta. Filosofi Orang yang memakai batik motif Semen Kuncoro dianggap akan memancarkan kebahagiaan pada wajahnya. Sumber: http://www.batikbumi.net/2016/09/motif-batik-khas-yogyakarta.html
Batik Nitik , berasal dari kata “nitik” yang berarti membuat titik, berasal dari teknik membatiknya. Ornamen yang biasanya tersusun dari garis, pada batik ini dirangkai dari titik-titik. Canting yang digunakan pun khusus, mulut canting dibelah untuk mempermudah proses nitik. Secara umum motif batik nitik adalah flora dan fauna. Setelah proses pambatikan selesai, kain pun diberi warna. Pewarnaan dilakukan beberapa kali untuk menghasilkan warna yang diinginkan. Pada umumya warna yang digunakan dalam batik nitik adalah warna sogan (cokelat kehitaman) yang menjadi ciri khas batik gaya Yogyakarta. Selanjutnya adalah proses melorot dan mengerok (menghilangkan malam atau lilin pada kain). Sumber: http://wargajogja.net/seni-dan-budaya/batik-nitik-tradisi-lama-dengan-potensi-besar.html
Batik Motif Ceker Ayam termasuk motif ceplok yang tersusun atas garis putus-putus, titik, dan variasinya yang sepintas lalu seperti motif pada anyaman. Motif batik cakar ayam tersusun menurut bidang geometris. Arti kata cakar ayam berasal dari kata cakar dan ayam. Kesan pertama yang tampak dan menonjol adalah motif yang membentuk jari-jari ayam. Filosofi Kegiatan ayam dalam upaya mencari makan dengan cara menggunakan cakarnya melambangkan semangat hidup manusia di masa mendatang. Sesuai dengan fungsinya motif cakar ayam mengandung harapan dapat mencari nafkah sendiri, banyak rejeki, banyak anak, tenteram dan sejahtera sepanjang masa. Sumber: https://infobatik.id/batik-untuk-acara-adat-cakar-ayam/
Motif Sate berasal dari Blora, Jawa Tengah. Batik motif sate ini merupakan batik tulis. Motif Sate merupakan motif khas yang terdapat dalam Batik Blora. Dimana sate merupakan salah satu menu makanan yang bisa dijumpai dengan sangat mudah, mulai dari daerah pedesaan hingga kota-kota besar. Kalau pada umumnya dijumpai para pedagang sate ayam khas Madura, tapi di daerah Blora memiliki sate ayam khas kota ini. Sate Ayam Blora memiliki keunikan tersendiri karena pada saat selesai makan tidak dihitung per porsi tetapi dihitung berapa banyak jumlah lidinya. Sumber: https://infobatik.id/batik-blora-motif-sate/