Tari Lulo adalah tarian masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara. Pada awalnya, tari ini diadakan dalam rangka pesta perkawinan, syukuran panen, dan acara-acara khusus lainnya. Tujuannya adalah sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan tidak jarang juga dimanfaatkan sebagai ajang untuk mencari jodoh. Namun pada perkembangannya, tarian ini juga diadakan ketika ada pejabat atau tamu penting yang datang berkunjung ke Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam tarian ini, dihadirkan penari-penari cantik yang mendampingi sekaligus membimbing para pejabat atau tamu penting untuk ikut serta menari. Dahulu kala, ketika Tari Lulo menjadi sarana untuk mencari jodoh, terdapat tata atur yang sangat ketat. Ketika akan masuk ke dalam arena tarian misalnya, para penari harus masuk dari depan dan tidak diperbolehkan masuk dari belakang. Selain itu, ketika akan mengajak calon pasangan untuk menari, terutama pasangan pria yang mencari pasangan wanita, hendaknya mencari wanita yang sedang berpasanga...
Alat musik ini dibuat dari kayu, tanah liat, rotan dan pelepah sagu. Kanda wuta dimainkan selama tiga malam berturut-turut. Malam pertama terbit empas bulan di langit (Melamba); malam kedua terbit lima belas bulan di langit (Mata Omehe); malam ketiga terbit enam belas bulan di langit (Tombara Omehe). Alat musik ini untuk mengiringi khusus tarian lulo ngganda setelah panen. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Baasi adalah eperangkat alat musik bambu (10 buah). Terbuat dari bambu dan rotan. Alat ini dimainkan untuk mengiringi lagu daerah dan nusantara pada waktu pertunjukkan. Sepuluh buah bambu uang dimiliki Baasi mempunyai panjang yang berbeda-beda dengan setiap lubang pada bagian pangkalnya, agar bisa mengeluarkan bunyi nada yang berbeda-beda pula. Seringnya Baasi digunakan sebagai pengiring tarian atau nyanyian lagu-lagu daerah itu. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Alat musik ini terbuat dari kayu dan senar. Alat musik ini dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu daerah dalam bentuk pantun.
Alat musik ini terbuat dari kayu dan senar. Alat musik ini dimainkan untuk mengiringi tarian dan lagu-lagu daerah.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Alat musik ini dimainkan sebagai melodi dalam kolaborasi musik bambu.
Alat musik ini terbuat dari bambu dan rotan. Alat musik ini biasanya dimainkan oleh kaum wanita (gadis) mengungkapkan perasaan hatinya terhadap seorang pria. Jika dilihat bentuknya, ada sebuah kayu kecil di antara dawai dan badannya. Ore-Ore Nggae mempunyai bentuk layaknya gendang yang ukurannya mini . Untuk menggunakannya memakai 2 tangan dan posisi memainkannya dengan duduk dan posisi alat musik di miringkan. tangan kanan dipakai untuk menepak dan memetik, sedangkan untuk tangan kiri untuk membuka dan menutup lubang tempat suara keluar. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Alat musik ini terbuat dari bambu dan rotan. Alat musik ini dimainkan oleh kaum wanita sebagai sarana hiburan setelah selesai membuat tenunan atau saat mereka kerja dengan tujuan sebagai hiburan agar tidak jenuh. Alat musik tradisional daerah Sulawesi Tenggara ini dipercaya pada zaman Neolitikum, berukuran sekitar 40 – 45 cm. M ajunya zaman mengakibatkan alat musik suku Tolaki pada saat di gua ini tergantikan dengan alat musik modern. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Gambus adalah alat musik petik yang seperti mandolin. Biasanya paling banyak memiliki tiga senar. Alat musik ini sebenarnya berasal dari Timur Tengah. Permulaan masuknya alat musik gambus ini ke tanah air sebenarnya karena pengaruh dari penyebaran agama Islam di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara ini. Alat musik ini pada perkembangannya akhirnya juga digunakan untuk melantunkan lagu-lagu tidak hanya berbahasa arab seperti aslinya, namun juga berbahasa melayu.