Alkisah tersebutlah sebuah cerita,di daerah Kampar pada zaman dahulu hiduplah si Lancang dengan ibunya. Mereka hidup dengan sangat miskin. Mereka berdua bekerja sebagai buruh tani. Untuk memperbaiki hidupnya, maka Si Lancang berniat merantau. Pada suatu hari ia meminta ijin pada ibu dan guru ngajinya. Ibunya pun berpesan agar di rantau orang kelak Si Lancang selalu ingat pada ibu dan kampung halamannya. Ibunya berpesan agar Si Lancang jangan menjadi anak yang durhaka. Si Lancang pun berjanji pada ibunya tersebut. Ibunya menjadi terharu saat Si Lancang menyembah lututnya untuk minta berkah. Ibunya membekalinya sebungkus lumping dodak, kue kegemaran Si Lancang. Setelah bertahun-tahun merantau, ternyata Si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikhabarkan ia pun mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar yang kaya. Sedangkan ibunya, masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang san...
Indagiri Hilir dengan luas wilayah 18.812,97 km2 merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Riau, Indonesia. Wilayah kabupaten Indragiri Hilir sebagian terdiri dari pulau besar dan pulau-pulau kecil yang umumnya telah berpenghuni. Salah satu pulau kecil yang cukup terkenal dan melegenda di wilayah ini adalah Pulau Sangkar Ayam. Konon, keberadaan pulau ini disebabkan oleh sebuah peristiwa yang pernah terjadi daerah itu. Peristiwa apa sebenarnya yang terjadi yang menyebabkan pulau ini ada? Lalu kenapa pulau ini diberi nama Pulau Sangkar Ayam? Untuk mengetahui jawabannya, ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula Pulau Sangkar Ayam berikut ini! * * * Alkisah , di Pantai Solop, Indragiri Hilir, Riau, Indonesia, ada seorang guru mengaji dan silat yang bernama Tuk Solop. Umurnya sudah mulai udzur. Janggutnya yang lebat sudah berwarna putih. Jika berjalan, ia harus ditopang dengan tongkat sakti pemberian gurunya. Tuk Solop seorang guru yang sakti dan terkenal hingga ke pelosok nege...
Alkisah tersebutlah sebuah cerita, di daerah Kampar pada zaman dahulu hiduplah si Lancang dengan ibunya. Mereka hidup dengan sangat miskin. Mereka berdua bekerja sebagai buruh tani. Untuk memperbaiki hidupnya, maka Si Lancang berniat merantau. Pada suatu hari ia meminta ijin pada ibu dan guru ngajinya. Ibunya pun berpesan agar di rantau orang kelak Si Lancang selalu ingat pada ibu dan kampung halamannya. Ibunya berpesan agar Si Lancang jangan menjadi anak yang durhaka. Si Lancang pun berjanji pada ibunya tersebut. Ibunya menjadi terharu saat Si Lancang menyembah lututnya untuk minta berkah. Ibunya membekalinya sebungkus lumping dodak, kue kegemaran Si Lancang. Setelah bertahun-tahun merantau, ternyata Si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikhabarkan ia pun mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar yang kaya. Sedangkan ibunya, masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang...
Si Kelingking adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Jambi, Indonesia. Ia dipanggil Kelingking karena ukuran tubuhnya hanya sebesar jari kelingking. Walaupun demikian, ia mempunyai istri seorang putri raja yang cantik jelita. Bagaimana si Kelingking dapat mempersunting seorang putri raja? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Si Kelingking berikut ini. * * * Si Kelingking Alkisah, di sebuah dusun di Negeri Jambi, ada sepasang suami-istri yang miskin. Mereka sudah puluhan tahun membina rumah tangga, namun belum dikaruniai anak. Segala usaha telah mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan mereka, namun belum juga membuahkan hasil. Sepasang suami-istri itu benar-benar dilanda keputusasaan. Suatu ketika, dalam keadaan putus asa mereka berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa. "Ya Tuhan Yang Maha Tahu segala yang ada di dalam hati manusia. Telah lama kami menikah, tetapi belum juga mendapatkan seorang anak. Karuniankanlah kepada kami seorang anak!...
Ada beberapa versi mengenai cerita asal-mula Burung Punai. Setiap versi memiliki alur cerita yang berbeda-beda. Versi cerita rakyat tentang asal-mula Burung Punai di Kalimantan Selatan berbeda dengan cerita rakyat di Pelalawan, Riau. Cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat di Kalimantan Selatan -" seperti tergambar pada cerita yang lalu dalam portal ini - mengisahkan tentang seorang pemuda yang bernama Datu Pulut, menikah dengan seorang bidadari dari Kahyangan. Namun, karena si Pemuda melanggar larangan yang pernah mereka sepakati bersama sebelum menikah, sang Bidadari pun berubah menjadi Burung Punai. Sementara cerita rakyat tentang asal-mula Burung Punai yang berkembang di kalangan masyarakat Pelalawan, Riau, Indonesia, memiliki alur cerita yang berbeda. Dalam cerita tersebut dikisahkan seorang anak laki-laki yang bernama si Bujang, yang durhaka terhadap kedua orang tuanya. Oleh karena kedurhakannya tersebut, Bujang dikutuk menjadi seekor Burung Punai. Apa yang meny...
Daik Lingga merupakan Ibu Kota Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Kabupetan termuda di Indonesia yang dijuluki "Si Bungsu" ini juga disebut sebagai "Bunda Tanah Melayu." Selain itu, Daik Lingga juga merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia. Dahulu, Daik pernah menjadi pusat kerajaan Riau-Lingga hampir seratus tahun lamanya. Selama periode itu, tercatat sejumlah raja yang pernah memerintah di kerajaan itu. Menurut catatan sejarah, raja-raja yang pernah memerintah di antaranya, Sultan Ambdurrahman Syah (1812-1832), Sultan Muhammad Syah (1832-1841), Sultan Muhammad Muzafar Syah (1841-1867), Sultan Badrul Alam Syah II (1857-1883), dan Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1883-1911). Menurut cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Daik Lingga bahwa kerajaan Daik Lingga masyhur pada saat tampuk kekuasaan dipegang oleh Sultan Abdurraham Muazzam Syah. Pada masa itu, daerah taklukannya amat luas. Rakyatnya hidup aman, tenteram, rajin bekerja, patu dan taat...
Ketobong atau yang sering juga disebut dengan kendang (gendang) adalah salah satu alat musik tradisional yang terdapat di Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau, Indonesia. Saat ini, alat musik tersebut sudah jarang ditemukan, karena bahan baku pembuatannya semakin langka. Bahan dari alat musik tradisional ini adalah kulit kayu khusus, yang hanya bisa diperoleh di daerah Sorek, Kabupaten Pelalawan. Kulit kayu tersebut semakin sulit diperoleh akibat penebangan hutan secara besar-besaran di daerah itu. Alat musik ini merupakan warisan budaya Melayu Riau yang sangat berharga dan perlu dipelihara dan dikembangkan, karena ia memiliki fungsi dan nilai yang sangat penting bagi masyarakat setempat. Konon pada zaman dahulu, ketobong tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, melainkan juga berfungsi untuk menyembuhkan orang sakit. Para bomo sering menggunakan ketobong sebagai alat untuk mengobati orang sakit. Pada saat itu, ketobong yang mereka gunakan bukanlah ketobong sembarangan, melainka...
Pulau Senua terletak di ujung Tanjung Senubing Bunguran Timur, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Kata senua dalam bahasa setempat berarti satu tubuh berbadan dua . Menurut cerita, pulau yang terkenal sebagai sarang burung layang-layang putih ini merupakan penjelmaan dari seorang perempuan yang sedang berbadan dua (hamil) bernama Mai Lamah. Mengapa Mai Lamah menjelma menjadi pulau? Ikuti kisahnya dalam cerita Legenda Pulau Senua berikut ini! * * * Alkisah, di sebuah daerah di Natuna, Kepulauan Riau, hiduplah sepasang suami-istri miskin. Sang suami bernama Baitusen, sedangkan istrinya bernama Mai Lamah. Suatu ketika, mereka memutuskan merantau ke Pulau Bunguran untuk mengadu nasib. Mereka memilih Pulau Bunguran karena daerah tersebut terkenal memiliki banyak kekayaan laut, terutama kerang dan siput. Ketika pertama kali tinggal di Pulau Bunguran, Baitusen bekerja sebagai nelayan sebagaimana umumnya warga yang tinggal di pulau tersebut. Setiap hari, ia p...
Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit binatang dan rotan. Gendang Nobat merupakan salah satu perangkat dari alat musik Melayu. Kata nobat berasal dari bahasa Persia yaitu "nau" yang berarti sembilan dah "bat" yang berarti alat musik. Alat ini terdiri dari gendang negara, nafiri, serunai, dua gendang nobat, dua kopok-kopok, dan gong maha guru. Alat musik tersebut dianggap sakral dan algu-lagunya tidak boleh dimainkan sembarangan, bahkan alat musik ini tidak boleh dilangkahi. Para pemain gendang nobat berasal dari keluarga kerajaan atau keluarga yang telah ditunjuk. Gendang nobat merupakan reflika dari gendang nobat Kesultanan Indragiri yang aslinya disimpan oleh keluarga Sultan Mahmud ke-25. Gendang ini disakralkan dan menjadi regalia Kesultanan Indragiri. Gendang nobat dimainkan pada saat penobatan Sultan Indragiri Narasinga II pada tahun 1473 M dan juga penobatan sultan-sultan selanjutnya.