Kontributor YouTube: balagu1 Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup. Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi Maluku. Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bum...
Pada zaman dulu ada seorang lelaki yang pekerjaanya mencari kayu bakar di hutan. Suatu ketika dengan menggunakan perahu ia tiba di pantai Latuhalat. Tepatnya di ujung tanjung Latuhalat, Dusun Waimahu kemudian ia berjalan mendaki bukit, menuruni lembah naik dan sampailah ia di puncak gunung lalu ia mencari kayu-kayu di situ. Ketika matahari mulai terbenam lalu ia beristirahat, ia hendak menuruni lembah menuju ke pantai. Tetapi hari sudah malam, maka ia menggambil keputusan untuk bermalam di situ. Kemudian ia melihat-lihat dan matanya tertuju disuatu tempat yang sangat bersih. Malam itu bulan purnama cahayanya terang-menerang menerangi tempat itu. Ia hendak tidur tetapi ia belum dapat memejamkan mata, ia diganggu binatang-binatang kecil antara lain, agas, nyamuk dan ular. Tiba-tiba seekor ular datang menelanya kemudian memuntahkanya kembali tiba-tiba bunyi gemuruh seakan-akan membelah bumi ini, ia menjadi takut dan merinding bulu romanya. Saat itu pula berdirilah seorang bapak tua, yan...
Alat musik tradisional Tifa termasuk jenis alat musik pukul. Tifa terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangkan isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. http://solution-u.blogspot.com/2012/03/alat-musik-tradisional-indonesia.html
Bambu Gila merupakan permainan rakyat warga maluku. Permainan ini melibatkan kekuatan supranatural untuk menjalankannya, walaupun tidak diperlukan ritual tertentu. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu oleh seorang dukun bambu ini diberi mantera. Lama kelamaan bambu ini terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah. Pelaksanaannya biasanya diiringi dengan musik perkusi. Permainan ini dimainkan oelh 7 orang pemuda yang memegangi bambu dan didampingi oleh seorang yang disebut pawang. Atraksi diawali dengan membaca do'a memohon keselamatan. Kemudaian pawang akan membakar kemenyan atau mengunyah irisan jahe sambil membaca mantera atau jampi-jampi. Setelah itu, pawang akan melumuri bambu dengan asar kemenyan atau menyemburkan jahe ke bambu sampai dengan ruas bambu yang terakhir. Kemudian pawang akan berteriak "gila, gila, gila". Maka atraksi bambu gila pun dimulai. Para pemain akan terombang-ambing kesana kemari mengikuti bambu tersebut.
Alat musik ini terbuat dari kuningan. Gong dihias dengan motif 2 ekor naga yang menjelaskan tentang kekuatan dan pengaruh motif dari negeri Cina. Dahulu, gong berfungsi sebagai alat barter cengkeh dan pala, cenderamata yang diberikan oleh pedagang Jawa kepada raja-raja di Maluku, alat komunikasi, mahar dan harta kekayaan. Gong juga dimainkan sebagai pengiring tari-tarian (seperti tari Cakalele). Setiap tabuhan bunyi gong memiliki makna tersendiri. Dengan demikian, para leluhur orang Maluku secara arif tidak menutup diri terhadap pengaruh budaya dari luar.
Alat musik ini terbuat dari kuningan. Totoboang berasal dari kata tetabuhan yang dalam terminologi bahasa Jawa berarti bermain gamelan. Genre musik ini terdiri dari gong atau dalam bahasa Melayu Ambon disebut "totobuang" yang ditata secara diatonik (diatonic scale), berjumlah 12 - 14 buah. Selain gong terdapat juga minimal 4 jenis tifa (gendang), yakni tifa fikir, tifa fasa, tifa potong dan tifa bas. Masing-masing tifa memiliki nada ritem sendiri. Empat pola ritme pokok itu dapat dikembangkan menjadi beberapa ritme lain, tergantung kualitas pemain. Dalam perangkat musik ini leluhur Maluku dapat menggabungkan tiga kebudayaan besar dunia seperti gong dari Birma, tifa Indo Cina Kuno dan tangga nada diatonik dari Eropa
Alat musik ini terbuat dari kerang. Jenis kerang triton (trifton shell) sangat baik untuk dipakai sebagai alat tiup. Pada bagian tengah dilubangi sebagai tempat hembusan udara dengan bunyi yang monofon. Cara meniupnya sama dengan cara meniup terompet. Tahuri termasuk alat musik yang cukup tua. Penyebutan terompet kerang (Tahuri) atan sanka (sansekerta) pertama kali dijumpai dalam kawinan Ramayana. Sanka juga disebutkan dalam sejumlah prasasti seperti prasasti Sembiran Al (845 Saka/923 M) dan prasasti Buwahan A (917 saka/ 996 M), serta naskah kuno lainnya seperti Wirataparwa (918 saka / 996 M), Arjunawiwaha (962 saka /1040 M) dan Bharatayuddha (1079 saka / 1157 M. Secara visual, sankha sebagai alat musik dipahatkan pada relief Candi Borbudur, Candi Brahma (kompleks percandian Prambanan), Candi Jawi, dan Candi Sukuh. Alat musik ini juga terdapat di Nias (Sigu), Enggano (Kemiu) dan Papua. Bagi masyarakat Maluku, terompet kerang berfungsi sebagai alat komunikasi untuk mengu...
Alat musik ini terbuat dari bambu. suling paruh terbuat dari seruas bambu dengan salah satu ujungnya disumbat kayu dengan irisan miring berbentuk paruh, yang sekaligus berfungsi sebagai celah udara untuk meniup. Terdapat 7 lubang nada pada sisi depan dan satu lubang di sisi belakang sebagai lubang jari. suling ini berfungsi untuk mengiring musik Sawat. Pola ritme suling sangat rumit, namun kerumitan itu tidak menghasilkan karakter bunyi dari musik lain. Melodi suling dalam musik Sawat yang mengandung berbagai ornamen mengindikasikan bahwa leluhur Maluku memiliki cara berfikir dan pola tingkah laku yang adaptif dan tebuka.
Alat musik ini terbuat dari bambu. suling paruh terbuat dari seruas bambu dengan salah satu ujungnya disumbat kayu dengan irisan miring berbentuk paruh, yang sekaligus berfungsi sebagai celah udara untuk meniup. Terdapat 7 lubang nada pada sisi depan dan satu lubang di sisi belakang sebagai lubang jari. suling ini berfungsi untuk mengiring musik Sawat. Pola ritme suling sangat rumit, namun kerumitan itu tidak menghasilkan karakter bunyi dari musik lain. Melodi suling dalam musik Sawat yang mengandung berbagai ornamen mengindikasikan bahwa leluhur Maluku memiliki cara berfikir dan pola tingkah laku yang adaptif dan tebuka.