Bahan Untuk Memasak Sup Ikan Batam: 500 g daging ikan tengiri, potong 1 sdm jeruk nipis 1 siung bawang putih, parut Kuah: 1 ltr air 2 siung bawang putih, memarkan, cincang kasar 1 cm jahe, memarkan 2 sdm kecap asin 1/2 sdt merica bubuk 1 sdm cuka beras, jika suka 2 sdt garam 75 g daun sawi asin, potong kasar Pelengkap: 1 lobak, iris melintang 2 bh tomat hijau, iris melintang Cara Membuat Sup Ikan Batam: Aduk daging ikan dengan air jeruk nipis dan bawang putih. Diamkan selama 30 menit. Membuat kuah: Didihkan air, masukkan bumbu. Tambahkan ikan, didihkan kembali. Masukkan sawi, didihkan hingga layu. Angkat. Sajikan hangat dengan irisan lobak dan tomat.
Balimau adalah tradisi yang biasa di lakukan oleh masyarakat minang dan melayu untuk mensucikan diri dengan mandi menelang memasuki bulan suci ramadhan. Balimau juga terdapat di Batam, di pantai Tanjung pinggir ketika akan memasuki bulan ramdhan banyak masyarakt melayu kampar, dan minang melakukan mandi bersama di pantai ini. Sebenarnya tradisi ini harus memisahkan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki, karena jika bercampur maka tidak sesuai dengan syariat islam, maka untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan hendak nya perempuan tetap memakai pakaian lengkap di saat berbalimau, saat ini pun bukan hanya masyarakat melayu dan minang saja yang sering mengunjungi pantai tanjung pinggir untuk berbalimau, masyarakat dari berbagai susku pun juga ikut mandi untuk berekreasi dan mungkin juga ikut mandi untuk memeriahkan tradisi balimau.
Pada suatu masa, hiduplah sepuluh orang putri raja yang sangat cantik-cantik. Ibu mereka sudah lama meninggal dan ayah mereka, sang raja, begitu sibuk dengan urusan kerajaannya sehingga mereka hampir tidak punya waktu untuk berkumpul bersama. Akibatnya putri-putri ini menjadi nakal dan manja, kecuali sang putri bungsu, putri Kuning. Ya, mereka memang diberi nama dengan nama warna. Ada putri Jambon, putri Hijau, putri merah merona, putri nila dan lain-lain. Barangkali dulu sang ibu berharap anak-anaknya akan memberi banyak warna di kehidupan ini. Sayang, sang ibu keburu meninggal sehingga tidak sempat mendidik mereka sengan baik. Kesepuluh putri ini selalu memakai pakaian dan perhiasan yang sewarna dengan nama mereka. Putri Merah selalu memakai warna merah, demikian juga putri-putri lainnya. Sementara kakak-kakaknyabermalas-malasan dan membuat keonaran, putri Kuning menghabiskan waktu dengan membantu inang-inangnya, atau membaca buku, dan atua merawat kebun bunga kesayanganny...
Perkembangan Tenun Siak bermula ketika Siak diperintah Sultan Said Syarif Ali, sekitar tahun 1800, ketika usaha kerajinan tenun ini mulai dikenal luas. Pada masa lalu ada seorang bernama Encik Siti binti E. Wan Karim yang berasal dari Trengganu, yang tenunannya menggunakan benang sutera, katun dan emas. Tenunan itu sangat disenangi oleh kalangan istana. Ia mengembangkan motif tradisional dan ciptaan baru sehingga dikenal dan disukai kembali setelah agak terlupakan. Hingga kini, penenun Siak dianggap lebih teguh mengembangkan corak asli Melayu, yaitu pucuk rebung, awan larat, bunga cengkih, tampuk manggis, semut beriring, siku keluang, dan itik pulang petang.
Ada dua versi yang berkenaan dengan seni pertunjukan Mendu. Henri Chambert-Loir yang dikutip oleh Raja Hamzah Yunus (1997) mengatakan bahwa, Mendu kemungkinan besar berasal dari Asia Tenggara, karena kesamaannya dengan seni pertunjukan yang disebut sebagai Mendura yang berkembang di Siam, Yunan, Vietnam, dan Kamboja. Kesamaan ini terutama terletak pada pementasannya yang dilakukan di areal tanah terbuka (tanah lapang). Sedangkan versi lainnya (B.M. Syamsudin, 1987), mengatakan bahwa Mendu yang berkembang di daerah Bunguran berasal dari Wayang Parsi yang berkembang di Pulau Penang sekitar tahun 1780-1880. Menurutnya pula, dahulu Mendu hanya dimainkan oleh kaum laki-laki. Namun, memasuki tahun 70-an, ia tidak hanya milik laki-laki semata, tetapi perempuan juga ikut ambil bagian dalam pementasan Mendu. Dari kedua versi itu, tampaknya yang sangat beralasan adalah versi yang pertama, sedangkan versi yang kedua lebih mendekati asal usul Mak Yong ketimbang Mendu. Lepas dari asal-usul t...
Besimbang atau bermain simbang adalah suatu permainan yang terdapat di Sedanau, Kepulauan Riau. Besimbang mirip dengan bekel, hanya saja, bola “induk” yang digunakan bukanlah bola bekel yang dapat memantul, melainkan terbuat dari kulit-kulit kerang ataupun kulit siput yang bagus dan licin. Permainan ini telah ada sejak zaman kekuasaan Sultan Riau pada abad XVII. Pemain Jumlah pemain besimbang 2--6 orang, dengan usia 6--7 tahun. Permainan ini milik kaum perempuan. Artinya, hanya kaum perempuan sajalah yang memainkannya. Tempat dan Peralatan Permainan Besimbang tidak memerlukan tempat yang luas. Oleh karena itu, dapat dikatakan dapat dimainkan di mana saja, seperti: beranda rumah sembari menunggu magrib atau sehabis mengaji, dan di perladangan sambil menunggu tanaman ladang. Peralatan yang digunakan adalah sebuah pelambung yang terbuat dari kulit kerang atau siput, dan buah simbang yang berjumlah 5 atau 6 buah yang juga terbuat dari kulit kerang kera...
Lempeng Sagu adalah produk pangan sehat yang terbuat dari sagu. Lempeng sagu merupakan makanan khas masyarakat Lingga, Kepulauan Riau. Lempeng sagu ini bukan hanya makanan atau kue khas Riau, tetapi lempeng sagu juga kue khas dari Papua, Maluku, dan Kalimantan Barat. Bahan-bahan: 1 Kg Tepung Sagu Kacang yang sudah di tumbuk 300 gram (1 butir kelapa) Kelapa, diparut secukupnya Garam halus Secukupnya air Cara membuat: Sagu disangrai di atas api kecil, lalu masukkan kacang yang sudah di tumbuk, kelapa, dan garam halus sambil terus dipercikkan air dan diaduk hingga rata dan sagu matang. Angkat dan dipindahkan sagu ke teflon ukuran sedang, lalu diletakkan di atas api kecil lagi, kemudian sagu tersebut ditekan pakai sendok sampai pipih. Biarkan selama 10 menit, kemudian dibalik dan biarkan lagi selama 10 menit, lalu diangkat. Sajikan lempeng sagu dalam keadaan panas dengan taburan kelapa parut....
Kepulauan Riau memiliki banyak sekali pulau. Luas wilayah lautnya lebih besar dari daratan. Hal ini membuat Kepulauan Riau memiliki potensi sumber daya kelautan yang berlimpah. Dari laut tersebut, salah satunya kemudian menjadi makanan khas yang diolah dari ikan. Sop ikan, demikian nama salah satu makanan khas tersebut. Sedari dulu, masyarakat Kepulauan Riau, khususnya masyarakat Kota Tanjungpinang, juga masyarakat di pulau-pulau kecil di sekitar Kepulauan Riau, sudah mengenal makanan lezat ini. Untuk membuat sop ikan yang khas, digunakan bahan baku dan bumbu tertentu. Bahan baku tersebut adalah Ikan Merah yang sudah dipotong-potong. Ikan ini sudah dipisahkan dari tulangnya. Sedangkan racikan bumbu dan kuah sudah disiapkan dalam tiga panci stainless besar untuk merebus kuah. Irisan ikan merah ini kemudian dicampur ke dalam mangkok bersama sawi asin, tomat, dan kuah. Dan sebelum dihidangkan kepada pembeli, sop ikan terlebih dahulu ditaburi bawang goreng, sambal cabai hijau, ser...
Kopi hawaii akan dijadikan sebagai minuman khas pulau bintan. Sebagai warisan budaya, ada yang lain dalam kopi ini yaitu cara meramu dan aroma tradisional yang khas membuat para penggemar kopi selalu berharap kembali menikmati kopi ini. Kopi hawaii ini sama dengan kopi-kopi lainnya yang membedakan adalah kopi lokal ini tanpa ampas, yang rasa dan aromanya sangat mengundang selera, bahkan kata salah satu pelanggan kopi ini mengatakan bahwa kalau kepala pening minum kopi ini langsung hilang, bukan satu atau dua orang yang mengatakan namun banyak yang menyampaikan seperti itu, yang terpenting kopi ini tidak mengandung bahan pengawet jadi aman untuk di konsumsi. kopi hawaii juga sekarang dibuat dalam berbagai pilihan yaitu kopi hitam , kopi susu dan ada lagi es kopi hawaii. biasa kopi itu disajikan dalam keadaan panas namun disini ada yang meramu menjadi es kopi. penasaran bukan silahkan jika menyempatkan diri berkunjung ke tanah melayu untuk singgah dikedai kopi hawaii....