Senggayung adalah alat musik perkusi berupa pasangan bambu yang dimainkan dengan cara saling dipukulkan. Teknik memainkannya adalah: pasangan alat bernada lebih rendah dipegang pada tangan kiri, dan yang bernada lebih tinggi pada tangan kanan yang juga berfungsi sebagai pemukul. Alat musik senggayung dimainkan dalam masa musim buah dan panen di ladang. Persebaran alat musik senggayung adalah di wilayah kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Pendalaman mengenai alat musik senggayung dan musik besenggayung (memainkan senggayung) dapat dibaca dalam: "Musik Tradisional Besenggayung di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat: Studi Banding antara Kelompok Pesaguan dan Randau" (Laporan Penelitian untuk Yayasan Masyarakat Musikologi Indonesia, Surakarta, 1991), "Musik Senggayung dalam Masyarakat Dayak Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat" (Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta: MSPI dan Gramedia Widiasarana, 1993), "Besenggayung dan Kelestarian Alam bagi Masyarakat Pesaguan" (Temu Ilmiah dan F...
 
                     
            Alkisah, di sebuah desa terpencil di daerah Kalimantan Barat, Indonesia, hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa. Sejak ayah Darmi meninggal, kehidupan mereka menjadi susah. Ayah Darmi tidak meninggalkan harta warisan sedikit pun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, ibu Darmi bekerja di sawah atau ladang orang lain sebagai buruh upahan. Sementara putrinya, Darmi, seorang gadis yang manja. Apapun yang dimintanya harus dikabulkan. Selain manja, ia juga seorang gadis yang malas. Kerjanya hanya bersolek dan mengagumi kecantikannya di depan cermin. Setiap sore ia selalu hilir mudik di kampungnya tanpa tujuan yang jelas, kecuali hanya untuk mempertontonkan kecantikannya. Ia sama sekali tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya pergi ke sawah, ia selalu menolak. (Nak! Ayo bantu Ibu bekerja di sawah, ) ajak sang Ibu. (Tidak, Bu! Aku tidak mau...
 
                     
            "Rambut sama hitam, hati lain-lain," ( Sungguhpun manusia mempunyai persamaan pada zahirnya, namun sifat, kelakuan, perasaan dan hati masing-masing adalah berbeda). Makna peribahasa ini tergambar dalam sebuah cerita rakyat di daerah Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Cerita ini mengisahkan tentang dua orang bersaudara yaitu Muzakir dan Dermawan. Keduanya adalah putra dari seorang saudagar kaya di daerah itu. Setelah orang tuanya meninggal, keduanya mendapat harta warisan yang sama banyaknya. Namun, kedua orang bersaudara ini memiliki sifat, kelakuan, perasaan dan hati yang berbeda. Muzakir memiliki sifat yang sangat kikir. Ia enggan untuk mengeluarkan uang atau hartanya untuk kepentingan apapun. Sebaliknya, Dermawan, sesuai dengan namanya, memiliki sifat yang sangat dermawan. Ia suka mengeluarkan uang atau hartanya untuk kepentingan yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain. Suatu ketika, si Dermawan jatuh miskin, karena sebagian besar h...
 
                     
            Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit binatang dan kawat. Gambus adalah alat musik jenis lut yang memiliki badan suara berbentuk cembung dilengkapi dengan lima dawai. Keberadaan alat musik gambus di Kalimantan Barat merupakan pengaruh dari budaya Timur Tengah. Instrumen ini dimainkan untuk mengiringi sya'ir Melayu, sya'ir pujian kepada Tuhan dan Nabi, serta tarian tradisional jepin (sejenis tarian zapin yang berkembang dan tersebar pada masyarakat Melayu di Nusantara).
 
                    Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit binatang dan kawat. Gambus adalah alat musik jenis lut yang memiliki badan suara berbentuk cembung dilengkapi dengan lima dawai. Keberadaan alat musik gambus di Kalimantan Barat merupakan pengaruh dari budaya Timur Tengah. Instrumen ini dimainkan untuk mengiringi sya'ir Melayu, sya'ir pujian kepada Tuhan dan Nabi, serta tarian tradisional jepin (sejenis tarian zapin yang berkembang dan tersebar pada masyarakat Melayu di Nusantara).
 
                     
            Nama Pontianak berasal dari kata kuntilanak, yang konon sering mengganggu orang-orang yang melintasi kampung Batu Layang. Lokasi Istana dipilih melalui penembakan kanon oleh Pangeran Syarif Abdurrahman Algadrie, yang telah memutuskan untuk mendirikan kerajaan di tempat mana bola api menyentuh tanah. Ternyata jatuh di dataran tempat Sungai Kapuas dan Sungai Kapuas Kecil bertemu dengan Sungai Landak. Disitulah didirikan Istana Kadriyah. Meskipun Sultan tidak belajar kebudayaan barat, pintu gerbang Istana Kadriyah dibuat Portugis guna mengantisipasi serangan musuh. Tidak jauh dari Istana, Masjid Jami Pontianak didirikan seluas 40 x 35 meter persegi, tinggi 20 meter dengan atap seperti Pura Meru di Bali. Masjid ini menghadap barat sesuai kiblat. Masjid Jami memegang peranan penting untuk menjadikan Pontianak sebagai pusat pengembangan budaya Islam.
 
                     
            Bentuknya seperti kerucut kecil dan dibungkus daun pisang. Pengkang ini berisi udang dan kelapa onseng. makanan tersebut dipanggang pada panggangan sate. Bahan: – Ketan 200 gr (rendam sekitar 1 jam, tiriskan) – Santan kental 130 ml – Garam 1/2 sdt – Daun pandan 1 lbr – Daun pisang secukupnya Bahan Isi : – Ebi 300 gr (rendam, haluskan) – Bawang putih 2 siun, potong tipis, goreng – Cabe merah 2 bh, potong tipis panjang, goreng – Daun jeruk 3 lembar, potong halus – Air asam 1 sdt – Minyak goreng 2 sdm Bumbu halus: – Bawang merah 3 butir (dihaluskan) – Cabe merah 2 bh – Cabe rawit 2 bh – Gula merah di sisir 1 sdt – Garam secukupnya Cara Membuat : 1. Campur santan, garam, dan daun pandan sambil diaduk sampai mendidih. Angkat. 2. Kukus ketan sampai setengah matang.vAngkat dan pindahkan ke...
 
                     
            Adat Mantu Kucing, Tradisi Kuno Dari Desa Kemendung Kemajuan teknologi ternyata belum sepenuhnya mampu menggusur adat tradisi. Terbukti, ketika teknologi sudah mampu mendatangkan hujan melalui awan buatan, toh masih ada sekelompok masyarakat di Desa Kemendung, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, yang masih percaya bahwa untuk mendatangkan hujan cukup dengan menggelar adat tradisi Mantu Kucing . Dibandingkan dengan beberapa waktu silam, saat ini memang tidak terlalu banyak masyarakat, termasuk di Desa Kemendung sendiri, yang percaya bahwa hujan akan segera tercurah dari langit begitu digelar adat mantu kucing. Sebagian dari mereka (yang tidak percaya) itu, menganggap bahwa adat tradisi semacam itu hanyalah sebuah tradisi yang bersumber dari kepercayaan kuno. Pendapat mereka itu bisa jadi memang benar. Sebab, bagaimanapun pola berpikir mereka telah berubah total karena adanya pengaruh-pengaruh budaya global...
 
                     
            Alkisah, di Negeri Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia , hiduplah dua orang pemimpin dari keturunan dewa yang memiliki kesaktian tinggi, namun keduanya memiliki sifat yang berbeda. Yang pertama bernama Sebeji atau dikenal dengan Bujang Beji. Ia memiliki sifat suka merusak, pendengki dan serakah. Tidak seorang pun yang boleh memiliki ilmu, apalagi melebihi kesaktiannya. Oleh karena itu, ia kurang disukai oleh masyarakat sekitar, sehingga sedikit pengikutnya. Sementara seorang lainnya bernama Temenggung Marubai . Sifatnya justru kebalikan dari sifat Bujang Beji. Ia memiliki sifat suka menolong, berhati mulia, dan rendah hati. Kedua pemimpin tersebut bermata pencaharian utama menangkap ikan, di samping juga berladang dan berkebun. Bujang Beji beserta pengikutnya menguasai sungai di Simpang Kapuas, sedangkan Temenggung Marubai menguasai sungai di Simpang Melawi. Ikan di sungai Simpang Mel...
