Egrang atau jajangkungan adalah permainan yang memerlukan keahlian khusus. Pemainnya harus berdiri pada injakan bambu sepanjang 30cm pada bambu berukuran kurang lebih 210cm dan kedua tangan harus memegang tongkat bambu bagian atas, sehingga untuk bermain egrang ini membutuhkan latihan keseimbangan tubuh. Biasanya egrang dijadikan untuk lomba, seperti lomba lari, pemenangnya adalah yang mencapai garis finis terlebih dahulu tanpa jatuh/menginjakkan kaki ke tanah.
Permainan Tradisional BENTENGAN Deskripsi Singkat Permainan Bentengan sudah menyebar ke seluruh wilayah nusantara. Asal usul permainan ini tidak diketahui secara jelasnya, namun yang pasti permainan ini sudah sejak lama dikenal dan dimainkan masyarakat. Permainan ini biasa dilakukan di malam hari, terutama di malam terang bulan. Pemain Permainan ini pada umumnya dilakukan paling sedikit delapan orang anak dan makin banyak pemain maka semakin meriahlah permainan ini. Pemain umumnya adalah anak laki-laki karena permainan ini memerlukan banyak tenaga untuk berlari. Iringan Permainan Permainan ini tidak memerlukan iringan baik berupa nyanyian maupun suara musik tertentu. Persiapan Yang perlu dipersiapkan dalam permainan ini adalah lapangan atau tempat luas yang terdapat minimal dua batang pohon atau tiang yang nantinya digunakan sebagai benteng. Jarak antar benteng minimal sepuluh meter. Aturan Permainan Sebelum memulai permainan ini sebaiknya menentukan peraturan-peraturan y...
Sondah merupakan suatu permainan sunda. dimana permainan ini merupakan permainan yang mengutamakan keseimbangan. permainan ini sudah ada sejak lama, namun dewasa ini tidak banyak anak-anak yang memainkan permainan ini. sondah hanya bisa ditemukan di beberapa daerah kampung saja. sekarang ini,banyak anak-anak yang tidak tahu dengan permainan ini.
permainan ini dilakukan oleh beberapa orang anak. baik anak perempuan maupun laki-laki. sekitar3-4 orang. Setiap pemain berusaha saling mendahului mencubit (nyiwit) punggung tangan di urutan teratas sambil melantunkan kawih (nyanyian): Paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka tungtung, Paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka tungtung . kadang juga lagunya seperti ini: Paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka luhur, Paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka luhur . atau, ada juga yang memainkannya deng an lagu seperti ini: Paciwit-ciwit lutung, nu handap pindah ka luhur, Paciwit-ciwit lutung, nu handap pindah ka luhur .
Jumlah pemain 7 sampai 20 anak, atau lebih banyak lebih baik karena akan lebih indah kelihatannya bagaikan ular yang sebenarnya. Permainan oray-orayan ini tidak memerlukan alat bantu, hanya memakai syair-syair lagu, berisi tanya jawab yang dilakukan sendiri oleh mereka yang bermain. Permainan dengan cara membuat dua barisan yang berjejer ke belakang, paling depan menjadi kepala ular, sedangkan di tengah dan belakang menjadi bagian tubuh dan ekornya. Agar terlihat seperti ular, setiap pemain meletakkan tangannya di bahu temannya yang berada di muka, kecuali yang menjadi kepala ular. Kedua kepala ular itu saling berhadapan. Anak yang menjadi ekor atau paling akhir, dipilih anak yang paling keil tapi lincah karena ia harus dapat mengelakkan tangkapan si kepala ular lawannya. Setelah itu mulailah barisan atau ular itu berjalan meleok-leok mengikuti kepala ular seolah akan menerkam ekor ular lawannya. Oleh karena mereka mengatur posisi saling akan menerkam ekor ular, maka terdengar jerit d...
Benjang adalah ragam olahraga pencak silat asli Ujung berung, Bandung
Tadjimalela adalah salah satu cabang olahraga pencak silat asli jawa barat
Salah satu kakawihan barudak (nyanyian anak-anak) dilakukan di halaman atau di beranda rumah. Untuk menentukan anak berperan sebagai kucing pada permainan kucing-kucingan. Anak yang menjadi kucing adalah anak yang tepat mendapat suku kata terakhir dari bait lagu tersebut. Lirik lagunya sebagai berikut : Cang cang si pencok si kacang Si niti anggolati Dog clo Blo lo nyon Anak yang tepat pada akhir kata ( nyon ) ialah yang menjadi kucing.
Langkah awal jika anak-anak hendak bermain kucing-kucingan, untuk menentukan siapa yang menjadi kucing. Salah seorang diantara mereka membeberkan telapak tangan kiri sambil menumpangkan telunjuk kanannya, kemudian diikuti oleh telunjuk-telunjuk kanan anak-anak yang ikut main. Mereka bersama-sama menyanyikan lirik : Dingding kiripik tulang bajing kacapit Saha nu kacapit jadi ucing ? Tepat ketika mengucapkan ucing telapak tangan itu dikepalkan, barang siapa yang telunjuknya terjepit ialah yang menjadi ucing. Segala permainan ucing-ucingan bisa diawali oleh “dingding kiripik”, misalnya ucing udag, ucing peungpeun, ucing kalangkang, dan sebagainya.