Dalam Suku Awe'e (masyarakat asli kampung Sumano, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat), Tradisi memanah merupakan kewajiban bagi seluruh warga lokal. Bahkan sejak kecil jenis permainan yang digemari anak-anak lokal adalah panah-memanah (tidak akan memanah orang, melainkan benda). Instng berburulah yang membuat tradisi panah memanah ini hingga saat ini masih digemari oleh seluruh kalangan, terutama bagi anak-anak. Orang tua tidak melihat permainan tersebut sebagai sebuah ancaman bagi anak-anak mereka, melainkan sebuah permainan yang justru dipertontonkan dan diperlombakan secara tidak formal. Ada beberpa orang tua yang justru turut mengambil bagian didalamnya (ikut bermain sembari mengajarkan cara memanah yang baik). Dan lebih uniknya lagi, permainan memanah ini tidak hanya digemari oleh anak laki-laki atau kaum laki-laki saja, melainkan juga digemari oleh anak atau kaum perempuan lokal suku Awe'e.
Salah satu permainan tradisional yang sangat diminati , terutama oleh anak-anak, di Papua dan masih terus dilestarikan hingga kini adalah Patah Kaleng. Patah kaleng ini sendiri menyerupai permainan sepakbola. Bedanya permainan ini tidak memiliki aturan yang baku. Siapapun bisa memainkannya dan lapangannya pun bisa dimana saja. Jumlah pemain dalam Patah Kaleng ini bisa berjumlah 5 orang per tim atau lebih. Tidak ada kiper atau gawang dalam permainan Patah Kaleng ini. Sebagai gantinya setiap tim memiliki kaleng sebagai targetnya. Skor akan dihitung jika salah satu tim berhasil menendang bola, ukurannya bermacam-macam, dan mengenai kaleng tim lawan. Tidak ada waktu yang pasti kapan permainan ini akan berakhir. Terkadang bisa mencapai tiga jam sampai anak-anak tersebut kelelahan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, permainan Patah Kaleng ini menyerupai sepakbola. Tak ayal seringkali anak-anak yang memainkannya menunjukkan skillnya dalam mengolah bola kecil dan mengenai target. Meskipun...
Aisoki adalah sejenis permainan tradisional yang berasal dari kampung Woii, Distrik Yapen Barat. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun yang memainkan. Permainan ini dimainkan oleh dua regu yang jumlah pemainan terdiri dari 5 orang, 6 orang atau bahkan 12 orang, setelah regu sudah dibentuk maka dimulailah permainan. Biasanya permainan ini dimainkan pada waktu kosong. Aturan Permainan: Setelah penentuan pemain, maka dimulailah lemparan. Misalnya yang terlebih dahulu melempar adalah kelompok pertama, maka urutan lemparan adalah sebagai berikut : Orang pertama dari kelompok pertama disusul orang pertama dari kelompok kedua, orang dari kelompok pertama disusul orang kedua dari kelompok kedua, orang ketiga dari kelompok pertama disusul orang ketiga dari kelompok dua danseterusnya hingga orang terakhir. Tiap kelompok diharuskan melempar Hwang Bayabuinya masing-masing. Regu yang seluruh Aisokinya telah tertancaplah yang dinyatakan menang dan den...
Masyarakat Papua memiliki permainan tradisional yang bernama "Ampakeari". Untuk memainkannya pun perlu menggunakan alat yang terbuat dari buah mange-mange, tiang dari belahan kayu, dan sempe dari kayu (menyerupai piring besar biasa disebut oinai). Permainan ini biasanya dimainkan untuk menidurkan anak. Setelah persiapan selesai, setiap pemain membawa anak yang belum bisa tidur dan buah mange-mange. Jika pemain lebih dari seorang maka secara serentak mereka memutarkan oinai. Jika buaah mange-mange yang jatuh dan tidak berputar berarti kalah dan anak tidak bisa tidur. sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=10