Ucing-ucingan “ada sebuah” pada prinsipnya seperti permainan ucing-ucingan biasa namun disini setiap pemain di tuntut untuk kenal nama lakonnya. Setiap anak melingkar saling berpegangan tangan dan menyanyikan yel-yel “Ada sebuah film seri campuran, coba sebutkan siapa pelakunya?” jika berhenti di salah satu anak maka anak itu wajib menentukan nama lakonnya, misal “K Mula-mula menjadi Ksatria Baja Hitam RX” maka pada bagian berhenti alunan yel-yel tersebut di tangan siapapun, maka anak itu mempunyai nama lakon yang telah di tentukan tadi. Lalu proses berlanjut sampai tersisa satu orang sebagai ucing-nya. Setiap anak yang menjadi ucing harus mengejar temannya dengan cara menyentuh dan mengucapkan nama lakonnya, jika lupa nama lakonnya maka belum jadi giliran untuk berpindah status tapi jika menyentuh dan menyebut lakonnya dengan cekatan, maka giliran akan berpindah sendirinya, Anak yang menjadi ucing akan mempunyai nama lakon ya...
Permainan Loncat karet sangat sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali karet tersebut, maka akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya. Jika tidak bisa melewati tali karet lebih dari batas telinga dengan lompatan normal, biasanya pemain dapat melakukan metode lain yaitu dengan jungkir balik.
Kekeratonan sebenarnya dasar permainannya adalah seperti jaga kandang, namun di buat semenarik mungkin dengan penjabaran dan aturan yang di buat oleh masyarakat permainan anak. Setiap anak di bagi rata dua kelompok. Jika ada 22 anak yang ikut serta, maka tiap kelompok terdiri dari 11 orang. Ada yang jaga ada juga yang jadi penyerang. Setiap pemimpin tim melakukan undian menggunakan uang koin, Mekanisme permainan ini melibatkan 5 orang regu penyerang sebagai tahanan yang di jaga oleh algojo penjaga, lalu sisanya adalah penyerang (6 orang) akan menyelamatkan 5 tahanan tadi. Para penyerang masing-masing akan mencoba masuk teritori penjaga yang dijaga ketat oleh gerbang, saling bergiliran. jika salah satu kelompok menjadi penjaga maka susunan permainan adalah 2 orang menjadi gerbang, 1 orang menjadi algojo penjaga dan sisanya menjadi dolanan. Dalam permainan ini regu penyerang tidak boleh keliatan gigi, baik itu yang menjadi tahanan atau yang menjadi pendobrak, Kalau keliatan gigi...
Adu bantring adalah permainan yang mirip dengan bermain layangan. Namun bukan layangan yang di ikat lalu di terbangkan, tetapi di ganti dengan batu atau kayu sebagai bandul, Sehingga bantringan mempunyai bandulan yang siap digunakan, permainan ini sangat sederhana, hanya memerlukan benang nilon sebagai penalinya. Untuk bermain permainan ini minimal harus ada dua orang atau lebih. Satu sama lain harus saling melempar bantringannya, agar mengikat dan saling di adu. Ngadu bantring adalah permainan yang lahir dari ketidak sengajaan, ditemukan saat bermain layangan, biasanya saat berburu layangan yang tersangkut di pohon, seseorang harus mencoba meraih benang penalinya. Lalu di gunakanlah bantringan untuk menggapai penalinya tersebut. Sehingga permainan ini di sebut Ngadu bantring.
Momobilan adalah bentuk kreativitas dari imajinasi permainan anak-anak sewaktu kecil. Momobilan merupakan istilah yang merujuk untuk menyebutkan "mobil mainan." Untuk membuat mainan ini yang diperlukan adalah usaha sedikit tekun untuk meraut bambu dan memasangkan ban yang terbuat dari karet bekas sendal jepit. Ban Momobilan dibentuk seperti ban seutuhnya agar mobil dapat berjalan, dengan membentuk pola lingkaran pada karet sandal. Meski pada awalnya membuatnya persis seperti ban tidak terlalu rapih. Tapi ini melatih anak dalam proses menuju kreativitas. Momobilan mempunyai kendali yang dapat di dorong dan di belokan, layaknya stir. Sebenarnya banyak sekali jenis Momobilan yang ada di dalam permainan khas sunda. Beberapa diantaranya seperti Momobilan dorong, Momobilan yang dapat di tarik benang, atau Momobilan yang dapat di tumpangi. Momobilan jenis ini dibuat lebih solid, karena fungsinya harus cukup untuk menahan beban. Layaknya sepeda, Momobilan tersebut dapat di n...
Encrak sebenernya adalah permainan batu-batu kecil yang dilempar ke atas untuk kemudian diikuti dengan tahapan mengambil batu lainnya. Batu-batu yang digunakan biasanya berbentuk tak lebih dari seukuran biji salak. Hal ini jelas menjadikan permainan encrak begitu mudah untuk dilakukan, karena selain harganya murah (bahkan bisa tidak emmerlukan biaya), bahkan bahan permainan encrak juga begitu mudah untuk didapati dimana saja kita berada. Pada dasarnya permainan ini tidak melihat gender. Siapapun itu baik anak perempuan ataupun laki-laki bisa melakukannya. Hanya saja memang lebih banyak ketika menggunakan permainan batu berbentuk kecil, anak perempuan yang lebih banyak menyukainya, sedangkan anak laki-laki biasanya lebih banyak melakukan permainan lain yang menggunakan ukuran batu lebih besar. Tapi yang jelas tidak hanya anak-anak, ternyata permainan encrak ini juga gemar dilakukan oleh orang-orang dewasa karena tidak memandang batasan usia.
Nama permainan ini adalah Godong-godongan, dari asal kata dedaunan. Permainan ini menggunakan daun dari aneka tumbuhan sebagai sarana permainannya. Sepertinya permainan ini dulu tercipta untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan perkebunan yang memang ditumbuhi dengan subur aneka jenis tumbuhan. Permainan ini dilakukan pada siang atau sore hari dan harus beramai-ramai lebih dari 10 orang. Kalau jumlah pemainnya kurang dari 10 orang akan terasa kurang seru. Misalnya 10 orang, dari 10 orang ini 1 orang harus menjadi “pesakitan” atau “terdakwa” yang harus mengejar 9 orang lainnya. Biasanya memainkan di halaman sekolah atau di rumah-rumah penduduk yang mempunyai halaman cukup luas, dengan menggunakan cagak atau tiang rumah atau tiang bendera di halaman sekolah untuk dijadikan basisnya (pegangan utama). Untuk mengawali permainan harus ditentukan dulu siapa yang dadi atau menjadi “terdakwa”-nya atau menjadi kucingnya terlebih dahulu. Biasanya kam...
Bukan rahasia lagi kalau orang Jawa pada dasarnya memiliki budaya senang berkumpul, meski dalam kegiatan tersebut sekedar duduk-duduk dan mengobrolkan hal yang ‘tak penting’. Dari kebiasaan suka berkumpul itu bisa ditebak kalau mungkin dulu permainan-permaian tradisional Jawa juga muncul dari kebiasaan berkumpul. Hal itu bisa dilihat dari berbagai permainan dalam masyarakat Jawa yang kebanyakan melibatkan banyak anak. Salah satunya ya cublak-cublak suweng yang sudah saya sebutkan di atas. Permainan anak tradisional dilakukan tak hanya untuk mencari kesenangan, melainkan juga memberi dampak positif dan media belajar bagi anak-anak. Dampak yang paling jelas dengan melakukan permainan tradisional yaitu mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan teman. Selain itu, permainan tradisional juga mampu: melatih gerak motorik dan kreatifitas, melatih kemandirian, mengajarkan arti kesetiakawanan, mengajarkan bagaimana cara mengendalikan diri dan emosi, belajar sali...
“Gedrik” atau “Ingklik”. Begitulah permainan ini disebut. Permainan ini harus dimainkan dengan sebelah kaki. Biasa dimainkan oleh 2 orang atau lebih. “Gacuk,” adalah sebutan senjata yang harus di edarkan dari A ke D. Setiap orang memiliki gilirannya masing-masing. Selama tidak melanggar peraturan orang tersebut akan terus bermain. Peraturannya : tidak menginjak garis, tetap bermain dengan satu kaki, dan ketika melempar “gacuk” ke masing-masing kotak, tidak keluar dari kotak atau menyentuh garis di kotak tersebut. Jadi harus tepat didalam kotak. Setelah sukses mengedarkan “gacuk” dari A ke D, maka orang tersebut mendapat jackpot atau dalam permainan ini disebutnya sawah. Orang tersebut melemparkan “gacuk” nya dan jatuh ke sebuah kotak, maka kotak tersebut menjadi “sawah” miliknya. Orang lain tidak boleh menginjak “sawah” tersebut dalam giliran selanjutnya. Ada beberapa metode melem...