Celana Cekak Musang Celana cekak musang memang dapat digunakan oleh pria maupun wanita. Penggunaannya pun tidak beda jauh dengan cara penggunaan celana cekak musang pada laki-laki. Celana cekak musang dilengkapi dengan sarung dengan panjang selutut. Biasanya, celana cekak musang sering digunakan saat penampilan tari saman yang merupakan tarian khas Aceh. Sumber : https://adatindonesia.com/pakaian-adat-aceh/
Daro Baro merupakan sebutan untuk pakaian pengantin wanita di Aceh. Jika pakaian pengantin laki-laki cenderung berwarna gelap, maka berbeda dengan pakaian adat untuk penganti wanita yang cenderung memiliki warna yang lebih cerah. Tetap menampilkan kesan Islami, pilihan warna yang biasanya digunakan untuk pakaian pengantin perempuan adalah merah, kuning, ungu ataupun hijau. Baju adat Aceh untuk pengantin perempuan terdiri dari baju kurung, celana cekak musang, penutup kepala dan juga perhiasan lainnya. Sumber : https://adatindonesia.com/pakaian-adat-aceh/
Baju Meukeusah Baju adat Aceh Meukeusah adalah baju halus nan mahal yang terbuat dari hasil tenunan. Baju Aceh ini umumnya memiliki warna dasar hitam, warna ini memiliki simbol kebesaran dalam adat Aceh. Pada baju adat Aceh Meukeusah Anda bisa melihat sulaman benang emas seperti pada kerah baju China. Bagian kerah dengan bentuk ini diperkirakan ada karena penyatuan budaya aceh dan budaya China dalam hal busana oleh sejumlah pelaut dan juga pedagang dari China di masa lalu. https://www.silontong.com/2018/07/27/pakaian-adat-aceh/
Celana Sileuweu Sama seperti baju adat Aceh, celana panjang yang dikenakan pada pakaian adat Aceh untuk laki-laki juga berwarna hitam. Akan tetapi, celana atau dalam Bahasa Aceh disebut Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun. Beberapa sumber menyebut nama celana ini adalah Celana Cekak Musang. Celana khas dari adat Melayu. Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak musang dilengkapi dengan penggunaan sarung dari kain songket berbahan sutra. Kain sarung seperti Ija Lamgugap, Ija sangket atau Ija krong ini akan diikatkan kebagian pinggang dengan batas panjang lutut atau sekitar 10 cm di atas lutut. https://www.silontong.com/2018/07/27/pakaian-adat-aceh/
Tutup Kepala untuk Baju Adat Aceh Pengaruh budaya Islam dalam adat Aceh juga terasa dengan adanya kopiah sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah ini bernama Meukeutop. Meukotop merupakan kopiah berbentuk lonjong ke atas, kopiah ini dilengkapi oleh lilitan Tangkulok. Lilitan ini terbuat dari tenunan sutra berbahan emas yang berbentuk bintang segi 8. Anda bisa melihat bagaimana bentuk Meukotop pada gambar di bawah ini. https://www.silontong.com/2018/07/27/pakaian-adat-aceh/
Baju Kurung Baju atasan untuk wanita adalah baju kurung lengan panjang. Baju ini memiliki kerah dan motif sulaman benang emas yang khas seperti baju China. Adapun dari bentuknya, baju ini terbilang gombor panjang hingga pinggul untuk menutup seluruh lekuk dan aurat tubuh dari si pemakainya. Dari bentuk dan motifnya tersebut, menunjukan bahwa baju ini adalah hasil perpaduan budaya Melayu, Arab, dan Tionghoa. https://www.silontong.com/2018/07/27/pakaian-adat-aceh/
Celana Cekak Musang Secara umum, celana yang dikenakan pada pakaian adat Aceh untuk pria dan wanita sama saja. Celana Cekak musang dilengkapi dengan lilitan sarung sepanjang lutut sebagai penghiasnya. Kita akan dengan mudah melihat wanita Aceh menggunakan celana ini terutama saat ada pertunjukan tari saman. https://www.silontong.com/2018/07/27/pakaian-adat-aceh/
Penutup Kepala dan Perhiasan Sesuai dengan julukan Serambi Mekkah yang di sandangnya, pakaian adat dari Provinsi Aceh untuk wanita sebisa mungkin dibuat menutup seluruh auratnya, termasuk pada bagian kepalanya. Bagian kepala wanita Aceh ditutup dengan kerudung bertahtakan bunga-bunga segar yang disebut Patham Dhoi. Kepala dan bagian tubuh lainnya juga akan dilengkapi dengan beragam pernik perhiasan seperti Tusuk Sanggul Anting, Gelang, Kalung, dan lain sebagainya. https://www.silontong.com/2018/07/27/pakaian-adat-aceh/
Benteng Anoi Itam merupakan sebuah komplek tempat pertahanan Jepang yang terletak di daerah Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang. Lokasinya berjarak sekitar 12 KM dari pusat kota Sabang ke arah timur.[1] Karena dekat dengan pantai Anoi Itam maka benteng ini dinamakan sesuai dengan lokasinya yaitu Benteng Anoi Itam. Karena menyajikan wisata sejarah dan alam yang sangat indah maka saat ini Benteng Anoi Itam menjadi salah satu tempat tujuan wisata sejarah yang ada di Kota Sabang Sejarah Pada awalnya benteng ini adalah pusat persenjataan pasukan Jepang yang dibangun pada tahun 1942-1945. Ketika pasukan Jepang mendarat di Sabang pada 12 Maret 1942, mereka langsung menggali terowongan bawah tanah di sepanjang bibir pantai sebagai benteng pertahanan mereka. Tapi saat ini terowongan tersebut telah ditutup oleh pemerintah setempat dengan alasan keamanan. Bangunan benteng dibangun berbentuk tapal kuda berukuran 1,5 meter bujur sangkar dengan menghadap ke laut. Banguna...