Pucuak Rabuang: (sumber: E-book Ragam Hias Minangkabau. Marah, Drs. Risman. 2013. Sumatera Barat.)
Ramo-ramo Si Kumbang Janti: (sumber: E-book Ragam Hias Minangkabau. Marah, Drs. Risman. 2013. Sumatera Barat.)
Saluak Laka: (sumber: E-book Ragam Hias Minangkabau. Marah, Drs. Risman. 2013. Sumatera Barat.)
Si Ganjua Lalai : (sumber: E-book Ragam Hias Minangkabau. Marah, Drs. Risman. 2013. Sumatera Barat.)
Penutup wadah mas kawin Penutup wadah mas kawin. Terbuat dari manik-manik. Pada saat pesta perkawinan putri bangsawan, maka mas kawin dan perhiasan emas yang diletakkan di atas piring “keramik/porselin”ditutup dengan “balubalu”. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/08/perhiasan-tradisional-nias-sumatera-utara/
Kiri: Ni’okindrö. Tengah: Nifatali Bulumio. Kanan: Presiden Jokowi di Pulau Nias pada tahun 2016 dengan Nifatali Bulumio dari Museum Pusaka Nias Pada pesta-pesta dan upacara, tempat untuk acara ini sering dihiasi dengan anyaman daun-daun janur. Dengan menyambungkan anyaman daun janur ini, Orang Nias membuat bentuk dan pola yang indah . Ini disebut Ni’okindrö (anyaman daun janur). Gaya Ni’okindrö bervariasi antara daerah ke daerah. Bentuk yang dibuat oleh daun janur memiliki banyak arti yang berbeda. Hari ini ketika kunjungan tamu penting ke Nias, mereka sering disajikan dengan kalung yang dibuat menggunakan teknik ini. Kalung ini dikenal sebagai Nifatali Bulumio. Hanya beberapa orang yang mampu membuat kalung seperti ini. Di tahun 2016 pada waktu kunjungan Presiden Jokowi ke Nias, beliau dipersembahkan dengan Nifatali Bulumio yang dibuat oleh karyawan museum. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/08/perhiasan-tra...
Piatta adalah salah satu alat atau bagian yang terbuat dari kayu. Panjangny.a ± 1,5 m dengan bentuk persegien'lpat, kayu setebal 5 em ini pada kedua ujungnya dlbentukmaslng masing pada ujung yang satu hampir menyerupai mata · panah dan merupakan simbol jantan, dan pada ujung lainnya diberi lubang sebagai simbol betina. Untuk melengkapi alat ini, diikatkan seutas tali sepanjang 2 m. Pada ujung yang berlubang digunakan simpul mati, sedangkan pac;ja ujung lainnya digunakan simpul biasa. Maksudnya pada simpul biasa ini supaya tali dengan mudah dapat dipasangkan maupun dilepaskan. Alat ini berfungsi sebagai tempat di mana benang (sera manila hannep) yang akan ditenun dilingkarkan I dikaitkan, dan sebagai pasangan alat ini adalah alat yang disebut tarupanna. Pada alat ini terdapat benang yang melingkarnya dan kemudian ujung benang tersebut dipertemukan dengan ujung yang satu yang melingkaripiatta. Jika akan menenun, piatta diletakkan di depan, tepat di atas pangkuan...
Alat ini terbuat dari kayu, dan memiliki bentuk pipih dan sedikit melengkung. Adakalanya bentuk persegi empat, atau juga sedikit lonjong. PanjangnYa ± 30 cm, Iebar 20 cm, dan tebal ± 5 cm. Pada bagian luar lengkungan aiberi aliur memanjang, tempat tali piatta, selain itu ada juga yang menghiasi dengan sedikit ukuran. Sedangkan pada lengkungan bagian dalam, sisi yang melekat pada punggung penenun dibiarkan rata. Sumber: Buku Kain Tenun Tradisional "KOFO" Di Sangihe – Steven Sumolang #SBJ
Alat ini terbuat dari serpihan bambu yang diatur dan diikatkan pada kayu. Bentuknya menyerupai sisir rambut, sedikit perbedaan dengannya hanyalah jika pada sisir mempunyai ujungguna menyisir, maka pada alat ini kedua ujung serpihan bambu yang telah diaturtadidiikatkan pada kayu. Panjan 'ralat in I± 1 m. Lebarnya 5 em, fungsinya untuk mengatur jarak kain tenunan. Dengan demikian, dalam satu unitalattenun kadang kadang terdapat dua maeam alat ini. Yang satu digunakan untuk tenunan yang jarang, sedangkan lainnya dipakai untuk tenunan yang lebih dekat jarak benang atau seratnya, atau untuk tenunan yang halus. Apabiia hendak menenun, alat ini ditempatkan di antara piatta dan tarupanna, pada kedua alat di mana benang yang akan dltenun dilingkarkan. sumber: Buku Kain Tenun Tradisional "KOFO" Di Sangihe – Steven Sumolang #SBJ