Sumedang, yang terletak di jalan yang menghubungkan Bandung dan Cirebon, kira-kira 40 km dari Bandung, adalah salah satu kota paling tua di Jawa Barat. Selain itu, dalam sejarah Pasundan, Sumedang Larang dianggap sebagai penerus kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan, sekarang daerah Bogor. Bukti-bukti kejayaan masa lalu Sumedang Larang sebagai penerus Kerajaan Pajajaran dapat dilihat dari Museum Prabu Geusan Ulun. Di situ terdapat mahkota kerajaan, bernama Makuta Binokasih. Mahkota tersebut dibawa oleh para pelarian dari kerajaan Pajajaran, saat keraton diserang dan dimusnahkan oleh Kesultanan Banten pada 1529. Makuta Binokasih diberikan kepada Prabu Geusan Ulun raja Sumedang Larang, sehingga sejak itu kerajaan tersebut dianggap sebagai penerus kerajaan Pajajaran.
Ukiran dinding di Keraton Kasepuhan memperlihatkan bunga manggis dan burung kakatua yang menghadap ke bawah. Bunga Manggis melambangkan kejujuran (seorang raja harus jujur). Burung Kakatua mengingatkan raja bahwa dari posisinya di atas harus selalu memperhatikan rakyatnya.
Patung ini merupakan Nyai Roro Kidul yang sedang mengendarai kuda bersayap dari Pantai Selatan ke Gunung Merapi. Kuda tersebut berdiri di atas sebuah kotak kayu yang pada sisi kanan menggambarkan seorang raksasa dengan dua kepala yang bermahkota ular naga, sedangkan sisi kiri bentuk lain seorang raksasa. sumber: Museum Nasional, 2013
topeng dalam pertunjukan kesenia Burok termasuk kategori topeng besar. Topeng ini berupa tiruan wajah, tokoh yaitu makhluk berparas cantik yang juga menyerupai manusia. Umumnya wajah topeng berwarna putih yang memang membangun citra seorang wanita, misalnya bibir berwarna merah. Selain itu, biasanya topeng pun dihiasi dengan bentuk mahkota dengan manik-manik atau juga tali sebagai rumbai. Dalam Mitologi sendiri, Burok memiliki kemampuan terbang ke langit ketujuh. Pada mulanya, terdapat ritual memandikan topeng selain juga ritual penari burok, sesajen, dan penentuan hari dalam upacara kesuburan ataupun penolak bala. Kini Pertunjukan bisa dijumpai terutama di hajat khitan.
Asepan adalah alat atau perkakas yg digunakan sehari-hari, digunakan untuk membuat tumpeng, mematangkan nasi, membuat awug dan lain sebagainya. Benda ini terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk menjadi kerucut. Aseupan berasal dari bahasa sunda yakni kata haseupan atau ngahaseupan yang artinya mengasapi ato memberi asap.
Alat ini terbuat dari anyaman kulit bambu yang sudah dibelah beberapa bagian kecil lalu dianyam dengan menyiaakan celah-celah kecil (tidak saling berdempetan). Alat ini diberi nama seauai dengan kegunaan nya yakni untuk mengayak (menyaring), kadang perkakaa ini juga sering dipakai untuk menangkap ikan di kolam.
Dongdang ini merupakan perlengkapan yang dibuat, dirakit dan dihias secara gotong royong oleh warga sebagai salah satu elemen utama dalam tradisi ruwat bumi maupun ruwat laut di pedesaan Subang, Jawa Barat. Dongdang ini berupa keranjang (tepatnya mirip kereta jenazah) dalam ritual ruwat bumi dan berupa perahu kecil dalam ritual ruwat laut. Dongdang ini digunakan untuk menaruh hasil bumi, sesajen, darah dan kepala kerbau/domba (yang sudah dikafani) untuk kemudian dikuburkan (ruwat bumi) atau dilarung ke tengah laut (ruwat laut). Dalam ruwat bumi biasanya dongdang digotong oleh warga untuk dibawa ke lokasi selamatan dan dalam ruwat laut dongdang yang berupa replika kapal ini dibawa oleh kapal utama menuju titik pelepasan di tengah laut (pantai utara).
Rajapolah adalah nama daerah di Kota Tasikmalaya. Disini terkenal dengan sentral oleh oleh anyaman khas Tasikmalaya. Disepanjang jalan di Rajapolah akan banyak sekali ditemui toko oleh-oleh yang menjual kerajinan dari Tasikmalaya. Harganya bervariasi tetapi tetap terjangkau. Anyaman yang dibuat disini menggunakan bahan bahan dari alam, yaitu bambu, mendong, dan eceng gondok. Hasil anyamannya yaitu seperti hiasan, tikar, tempat menyimpan barang, topi, tudung saji, bakul nasi, dan cinderamata lainnya yang menarik. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat anyaman banyak berada di daerah ini sendiri. Para pengerajin yaitu warga sekitar sana sendiri, dan mereka memasarkan produknya sendiri pula.
Ombyok berfungsi sebagai hiasan dada terbuat dari kain bludru dengan motif teratai yang digunakan pada tokoh Klana. Ini merupakan adalah sebuah perkembangan dalam kostum Tari Topeng Cirebon. Penggunaan ombyok ini berbeda dalam Tari Panca Topeng Wanda dalam tradisi Tari Topeng Cirebon. Ombyok tidak digunakan ditari topeng Panji, Samba/Pamindo, Rumyang, dan Tumenggung/Patih, yang menggunakan dasi.