Hiasan Kepala Perang Nias ini terbuat dari tembaga. Sumber : http://andalas-comunity.blogspot.com/
Wanita karo memakai sepasang padung-padung yg menempel pada kain yg ada di kepalanya. Cara memakai benda ini yaitu untuk yang di sebelah kiri mengarah ke depan dan yang satunya di sebelah kanan mengarah ke belakang. Fungsi dari padung-padung ialah untuk mengurangi beban kain di kepala mereka(headdresses) pada telinganya, selain itu juga sebagai salah satu perhiasan. Sumber : http://kairo.nainggolan.net/?p=68
Seragam prajurit perang Nias dan asesorisnya yang terbuat terbuat dari kulit kayu. Milik Musium Pusaka Nias. Sumber : http://andalas-comunity.blogspot.com/
Tunggal Punaluan merupakan ukiran yang dibuat oleh masyarakat Batak Sumatera Utara Sumber : http://tano-batak.blogspot.com/
Papan rumah tua yang terbuat dari kayu berukir polikromatik, papan ini terdapat pada rumah tradisional Danau Toba Batak. Papan ini berasal dari sebuah rumah tua yang telah diambil di tahun 1990. Sumber : http://tano-batak.blogspot.com/
Kerajinan Tangan yang dibuat oleh suku Karo di Sumatera Utara untuk souvenir pada acara pernikahan.
Tunggal Panaluan adalah tongkat orang batak yang hanya dimiliki oleh raja-raja batak. Tunggal Panaluan Raja Batak yang konon sudah dibawa oleh orang Belanda ke negaranya sekarang sudah kembali ke Tanah Batak, tepatnya di museum Gereja Katolik Kabupaten Samosir. Tongkat Tunggal Panaluan oleh semua sub suku Batak diyakini memiliki kekuatan gaib untukĀ : meminta hujan, menahan hujan (manarang udan), menolak bala, Wabah, mengobati penyakit, mencari dan menangkap pencuri, membantu dalam peperangan dll. Ada beberapa versi mengenai kisah terjadinya tongkat Tongkat Tunggal Panaluan yang memiliki persamaan dan perbedaan, sehingga motif yang terdapat pada tongkat Tongkat Tunggal Panaluan juga bervariasi.
Tempat Senapan Bola Kuno merupakan ukiran yang dibuat dari tanduk kerbau. Senapan Bola kuno ini dibuat pada abad ke-19. Sumber : http://tano-batak.blogspot.com/
Di antara orang Batak Toba Sumatra utara, dgn rumah-rumah komunalnya , dan di beberapa areal yh masih ada, yang kaya dengan ukiran arsitektur yang berwarna merah, putih, dan hitam. Ukiran yang bertunas bentuk geometris yang ditaburkan merupakan lambang yg dipakai kepala atau bilangan makhluk sejati atau luar biasa, yang diukir di putaran. Walaupun akhirnya rumah dihiasi dengan tampilan singa (makhluk kombinasiyang menggambarkan wali gaib), pihak rumah sering diberi tanda jasa dengan kepala kuda, yang juga menjabat sebagai pelindung gaib. Dalam keyakinan orang Batak Toba, nenek moyang yakin bahwa kuda dikira mempunyai kemampuan untuk memajukan individu. Di atas tanah, mereka menjabat sebagai tanda kebesaran, sehingga hanya anggota kaya elite bisamemiliki mereka.