Terbuat dari emas berhiaskan berlian, dari abad ke-18 dan secara istimewa dilapisi sepuhan khas Bima berwarna kemerah-merahan oleh Bumi Ndede Masa Kerajaan.
Sebuah mahkota milik Kesultanan Kutai, Kalimantan Timur dibuat dari emas dan dihiasi berlian berukir motif daun bunga, sulur dan ceploki-bungan yang bersusun-susun seperti sisik ikan. Pada bagian bawah dikelilingi deretan butiran berlian. Mahkota dibuat pada abad 17, pada masa pemerintahan Sultan Selamat. Mahkota ini terakhir digunakan pada tahun 2001, yakni pada upacara pengobatan Sultan Aji Mihammad Salahuddin sebagai Sultan Kerajaan Kutai Kartanegara sekarang.
Mangkuk berbentuk oral terbuat dari emas dengan 8 lakukan atau disebut panik ini dihias relief cerita Ramayana (cerita epik India). Isinya menceritakan satu episode ketika Sita, istri Rama (raja Ayodhya) dibawa paksa oleh Tahanan ke istananya di Alengka.
Hari bara merupakan pengambilan dewa Siwa dan Wisnu dalam satu Arca. Cuti desa Siwa dapat dilihat dari salah satu tangan kirinya (tangan kiri depan) yang memegang gada, sedangkan ciri dewa Wisnu terlihat dari salah satu tangan kanan (tangan kanan belakang) yang jari telunjuknya menopang sangkha (siput) bersayap. Letaknya di ibukota Majapahit, yaitu di daerah Trowulan Mojokerto, Jawa Timur.
Harinara merupakan penggambarann dewa Siwa dan Wisnu dalam satu Arca. Ciri Dewa Siwa dapat dilihat dari salah satu tangan kirinya (tangan kiri depan) yang memegang gada, sedangkan ciri dewa Wisnu terlihat dari salah satu tangan kanan (tangan kanan belakang) yang jari telunjuknya menopang sangkha (siput) bersayap. Letaknya di ibukota Majapahit, yaitu di daerah Trowulan Mojokerto, Jawa Timur.
Mahkota ini terbuat dari emas berbentuk setengah bulatan. Pada permukaannya terdapat hiasan ikal-ikal seperti rambut dewa Buddha. Bagian atasnya dihias dengan batu Kristal.
Mahkota ini terbuat dari emas berbentuk setengah bulatan. Pada permukaannya terdapat hiasan ikal-ikal seperti rambut dewa Buddha. Bagian atasnya dihias dengan batu Kristal.
Patung ini merupakan Nyai Roro Kidul yang sedang mengendarai kuda bersayap dari Pantai Selatan ke Gunung Merapi. Kuda tersebut berdiri di atas sebuah kotak kayu yang pada sisi kanan menggambarkan seorang raksasa dengan dua kepala yang bermahkota ular naga, sedangkan sisi kiri bentuk lain seorang raksasa. sumber: Museum Nasional, 2013
Situs Tawangalun atau Keraton Macan Putih diyakini sebagai petilasan terakhir prabu tawang alun. Situs Keraton Macan Putih lebih mirip sebuah pendopo tempat berkumpulnya para petinggi kerajaan dengan mahkota di tengahnya dengan lantai keramik modern yang bersih. Keraton macan putih ini ditandai dengan situs batu mahkota prabu tawang alun ditengah bangunan utama keraton macan putih. Terletak di desa macan putih Kecamatan Kabat, 12 km dari kota Banyuwangi yang dahulunya tempat ini merupakan ibu kota Kerajaan Blambangan saat dipimpin Prabu Tawang Alun pada kurun waktu 1655-1691 Masehi. “Saat periode inilah Kerajaan Blambangan mencapai masa kejayaan. Kerajaan Blambangan berdiri pada abad ke-13 dan runtuh pada abad ke-18. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa dan daerah pertama yang menganut Islam. Berbagai temuan bersejarah dapat ditemukan oleh berbagai arkeolog mulai dari batu bata bekas keraton macan putih hi...