Ornamentasi sepasang naga tradisional batak toba yang hanya ditemukan di kawasan Pulau Samosir, Sumatera Utara yang menggambarkan ular naga. Biasanya terlihat pada bagian atas balkon kecil dalam Rumah Bolon (rumah batak) sebagai bagian dari ukir-ukiran gorga dan/atau jenggar.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai penjaga rumah dari hal-hal yang tak diinginkan. BIasanya diberikan sebagai ukiran yang penuh pewarnaan khas batak yaitu kombinasi warna merah, putih, dan hitam dalam berbagai aspek arsitektural rumah tradisional batak. combinesia https://pafipemkomedan.com/ https://pafikotatobasamosir.org/ https://pafi-aceh.org/ https://pafikotapakpakbharat.org/ https://pafikotaserdangbedagai.org/ https://pafikotapadanglawasutara.org/ https://pafikotapadanglawas.org/ https://pafikotaniasutara.org/ https://pafikotaniasselatan.org/ https://pafikotaniasbarat.org/ https://pafikotakepulauanmentawai.org/ https://pafikotabli...
Salokoa adalah "Mahkota Kerajaan Gowa", terbuat dari bahan emas murni dan beberapa butiran permata, berlian, dan lain-lain. Diameternya sebesar 30 cm, jumlah permata 250 batang, berat 1.768 gram. Bentuknya menyerupai kerucut bunga teratai yang memiliki lima helai kelopak daun. Salokoa merupakan salah satu benda kebesaran Kerajaan Gowa yang digunakan sebagai mahkota bila ada penobatan Raja Gowa. Benda ini berasal dari Raja Gowa pertama, Tumanurunga (abad ke XIII) dan diipakai sampai Raja Gowa ke XXXVI. Mahkota ini disimpan di Museum Balla Lompoa, Sungguminasa, Gowa, Sulawesi Selatan, sedangkan replikanya dapat ditemui di Museum La Galigo, Makassar. sumber: papan informasi di Museum Balla Lompoa, Gowa
Topeng Jiweng (Cao Gletak) merupakan tokoh topeng berkarakter lucu yang biasanya ditampilakn dengan iringan gending-gending lelucon sebagai tari hiburan untuk penonton. Ada yang berpendapat bahwa tokoh Jiweng dan tokoh Jemblung Umar adi adalah tokoh yang sama. Ciri khas topeng ini menunjukkan wajah yang lucu dengan gigi atas atau bawah yang keluar dengan bentuk mata pethen. Dengan warna muka sesuai selera pemakai pada umumnya berwarna coklat.
Buta Babi Jalu adalah hantu yang ada di gua-gua batu pada perbukitan/
Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya. Petruk tidak disebutkan dalam kitab Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya dalam dunia pewayangan merupakan gubahan asli Jawa. Di ranah Pasundan, Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau Udel. Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menen...
CAKIL atau Gendirpenjalin, berwujud raksasa dengan gigi tonggos berpangkat tumenggung. Tokoh Cakil hanya dikenal dalam ceruita pedalangan Jawa dan selalu dimunculkan dalam perang kembang, perang antara satria melawan raksasa yang merupakan lambang nafsu angkara murka. Cakil memiliki sifat; pemberani, tangkas, trengginas, banyak tingkah dan pandai bicara. Ia berwatak kejam, serakah, selalu menurutkan kata hati dan mau menangnya sendiri. Cakil selalu ada dan hidup di setiap negara raksasa. Cakil merupakan raksasa hutan (selalu tinggal di hutan) dengan tugas merampok para satria atau merusak dan mengganggu ketenteraman kehidupan para brahmana di pertapaan. Dalam setiap peperangan Cakil mesti menemui ajalnya, karena ia dan anak buahnya merupakan lambang nafsu angkara murka manusia yang memang harus dilenyapkan. (sumber: http://ki-demang.com/gambar_wayang/index.php?option=com_content&view=article&id=803&Itemid=803 )
Gambaran masyarakat yang bersifat lucu. suaranya terganggu atau gagap (dalma bahasa Bali = kete), dengan gerakan kaki sedikir pincang.
Topeng Pithek Walik merupakan wujud visual dari topeng hewan khususnya ayam yang berjambul. Dimainkan dengan iringan gending dolanan Pithek Walik Jambul. Penari topeng ini pada saat intrans sering tidak sadar menirukan gerak ayam hutan atau liar. Pada saat itu mereka bisa menggaruk-garukkan kaki di tanah seperti mencari makan dan jika disebar beras di arena pertunjukan mereka memakan beras dengan menggunakan mulutnya persis seperti atam. Kadang kala diantara mereka terjadi perebutan makanan seperti ayam bersabung atau bertarung.