Tao-tao, orang-orangan (patung) dari Tana Toraja Tradisi pembuatan dan penggunaan patung ini merupakan rangkaian upacara pemakaman "Rambu Solo". Tau-Tau dijalankan dengan melakukan prosesi pembuatan patung kayu yang dipahat. Patung tersebut merupakan perwujudan orang yang telah meninggal. Pembuatan patung membutuhkan waktu cukup lama karena harus melalui beberapa ritual sebelum akhirnya diletakkan di makam orang yang meninggal. Pembuatan Tao-tao atau Tau-tau pun tidak bisa dilakukan oleh banyak masyarakat Toraja pada ritual pemakaman Rambu Solo. Dana yang begitu besar perlu dikeluarkan karena membutuhkan tenaga yang banyak dan proses panjang. Dahulu hanya kaum bangsawan yang bisa menjalani tradisi ini. Saat ini proses pembuatan Tau-Tau sudah semakin mudah.Dahulu alat membuat Tau-Tau ialah alat pahat yang berasal dari tanduk kerbau. Namun, sekarang pembuatan tau-tau menggunakan alat pahat dari besi. Jika dulu raut muka hanya abstrak, sekarang ini patung Tau-Tau sudah men...
Salokoa adalah "Mahkota Kerajaan Gowa", terbuat dari bahan emas murni dan beberapa butiran permata, berlian, dan lain-lain. Diameternya sebesar 30 cm, jumlah permata 250 batang, berat 1.768 gram. Bentuknya menyerupai kerucut bunga teratai yang memiliki lima helai kelopak daun. Salokoa merupakan salah satu benda kebesaran Kerajaan Gowa yang digunakan sebagai mahkota bila ada penobatan Raja Gowa. Benda ini berasal dari Raja Gowa pertama, Tumanurunga (abad ke XIII) dan diipakai sampai Raja Gowa ke XXXVI. Mahkota ini disimpan di Museum Balla Lompoa, Sungguminasa, Gowa, Sulawesi Selatan, sedangkan replikanya dapat ditemui di Museum La Galigo, Makassar. sumber: papan informasi di Museum Balla Lompoa, Gowa
Salokoa adalah "Mahkota Kerajaan Gowa", terbuat dari bahan emas murni dan beberapa butiran permata, berlian, dan lain-lain. Diameternya sebesar 30 cm, jumlah permata 250 batang, berat 1.768 gram. Bentuknya menyerupai kerucut bunga teratai yang memiliki lima helai kelopak daun. Salokoa merupakan salah satu benda kebesaran Kerajaan Gowa yang digunakan sebagai mahkota bila ada penobatan Raja Gowa. Benda ini berasal dari Raja Gowa pertama, Tumanurunga (abad ke XIII) dan diipakai sampai Raja Gowa ke XXXVI. Mahkota ini disimpan di Museum Balla Lompoa, Sungguminasa, Gowa, Sulawesi Selatan, sedangkan replikanya dapat ditemui di Museum La Galigo, Makassar. sumber: papan informasi di Museum Balla Lompoa, Gowa
Ammiccung berbentuk jambangan bunga dan memiliki pegangan berfungsi untuk membuang ampas sirih dari kegiatan menginang.
Penginangan berbentuk persegi panjang berwarna coklat tua dilengkapi pengunci peralatan terdiri atas tempat kapur, daun sirih, pinang, tembakau, serta alat pemotong pinang. berfungsi sebagai alat menginag Raja pada saat upacara adat.
Pappangajaiyyang berbentuk bundar persegi delapan dan lesung serta memkai pegangan pada bagian penutup. peralatan tersebut terdiri atas wadah sirih, pinang (2buah), tempat kapur dan tembakau susur, bermotif buah delima pada bagian penutup. fungsinya sebagai tempat menginag pada upacara adat perkawinan.
Bajo berbentuk lonjong dan bagian bawah dudukan diberi hiasan motif pita. bagian penutupnya agak masuk kedalam tidak menonjol keluar berfungsi sebagai wadah menginang permaisuri pada upacara adat khususnya perkawinan.
Epu berebntuk segi empat dan berbentuk perahu pada bagian penutupnya. bagian dalamnya diberi sekat dan bagian pinggirnya dihias dengan motif tumpal bertitik dan bergaris. berfungsi sebagai menginang raja-raja pada upacara adat.
Saleppa berbentuk persegi panjang, tidak bermotif (polos). Pada bagian dalam dibuat sekat yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan ramuan menginang pada upacara-upacara, khususnya upacara daur hidup (upacara lingkaran hidup seorang individu).