Daerah Istimewa Yogyakarta memang terkenal dengan kekayaannya akan kain batik. Salah satu batik DIY dari Kabupaten Sleman yaitu Batik Sinom Parijotho Salak. Pada tahun 2012, Kabupaten Sleman mengadakan lomba desain batik yang dimenangkan oleh desain batik Parijotho karya Susilo radi Yuniarto. Batik Parijotho tersebut kemudian dikombinasi dengan batik salak dan pada akhirnya munculah Batik Sinom Parijotho Salak yang diklaim sebagai batik khas Sleman. Motif Batik Sinom Parijotho Salak terinspirasi dari tanaman parijotho yang merupakan tanaman dedaunan yang banyak tumbuh dikawasan lereng gunung merapi, tanaman ini juga memiliki banyak manfaat dan khasiat. Sehingga makna motif parijotho dalam batik Sinom Parijotho Salak ini melambangkan kemakmuran. Sedangkan slak pondoh sendiri merupakan tanaman asli Kabupaten Sleman. Motif utama Batik Sinom Parijotho Salak ini yaitu elemen tangkai, daun, bunga parijotho, daun salak, serta bunga salak. Sedangkan latar belakang diisi cecek yaitu titi...
Yogyakarta Selain dikenal sebagai kota pelajar, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota batik. Banyak sekali batik khas yogyakarta, yg sudah tersebar di seantero nusantara. Sebut saja, batik kawung, truntum, dan sido asih. Masing-masing batik tersebut, memiliki filosofinya sendiri-sendiri. Sebut saja Truntum, yg memiliki filosofi sebagai simbol cinta yang tulus tanpas syarat, abid, dan semakin lama semakin subur (Tumaruntum). Disini, kita akan membahas Batik Pamiluto. Apa sih Batik Pamiluto itu? Batik Pamiluto biasa dikenal sebagai batik pengantin, yang biasanya digunakan oleh ibu dari pihak mempelai wanita. Batik pamiluto biasa digunakan untuk kain panjang pada saat pertunangan. Batik Pamiluto sendiri menggunakan zat warna yang berasal dari soga alam. Batik Pamiluto merupakan perpaduan motif Parang, Ceplok, Truntum, dan lainnya. Batik Pamiluto sendiri mempunyai filosofi dari asal kata "pulut", yang artinya adalah perekat, atau dalam bahasa jawa bisa berarti "kepilut", yang artinya...
Motif Madu Bronto (https://indonesia.gunadarma.ac.id) Pola Madu Bronto, sebuah contoh lain dari motif yang sudah tua tetapi masih banyak dipakai di daerah Surakarta dan sekitarnya, gambarnya sendiri menyerupai peniti yang tersusun kotak-kotak dan memanjang. Nama motif ini diambil dari nama seekor kumbang penghisap madu, yang melambangkan sesuatu yang manis. Menurut kamus Jawa-Indonesia, kata bronto diartikan sebagai jatuh cinta, birahi atau kasmaran, sehingga masyarakat umum mengartikan Madu Bronto sebagai “manisnya cinta”. Motif Madu Bronto (https://classicalbatik.blogspot.com) Ada yang mengartikan, madu berarti manis, sedangkan bronto berarti tarung. Jika digabungkan mengandung arti bertarung dalam kemanisan. Madu Bronto dulu dikenakan pria yang mau kencan atau bertandang ke tempat pacarnya. Jadi ketika orangtua si perempuan melihat bajunya, mereka langsung tahu tujuan kedatangan pria tersebut. Motif ini juga sering dikenakan saat acara lama...
Motif Parikesit (https://senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.co.id) Pengertian dalam bahasa Jawa Parikesit berasal dari dua kata Pari berarti Padi dan Kesit maknanya bersih atau putih bersih boleh juga berarti gesit. Motif ini mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan, harus dilandasi dengan usaha keras dan kegesitan. Tentu usaha keras dan kegesitan itu tidak boleh meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Motif Parikesit (https://www.mahaprabu.com) Bukan sebaliknya usaha keras dan gesit dengan cara kotor, pasti akan sangat dihindari. Sebab dampak yang ditimbulkan akan sangat berat dan yang jelas pasti akan menjadi bumerang bagi diri-sendiri. Dengan usaha keras dan gesit itulah diharapkan bisa membangun keluarga inti yang sejahtera lahir dan batin. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/06/batik-motif-parikesit/
Motif Meru (https://www.buatbunda.com) Motif Batik Meru, menurut kepercayaan para masyarakat Yogyakarta motif ini juga memiliki latar belakang tersendiri yang secara garis besarnya adalah sebagai berikut. Kata Meru berasal dari kata Mahameru, yaitu nama sebuah gunung yang dianggap sakral karena menjadi tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Siwa. Menurut salah seorang informan, di puncak Gunung Mahameru terdapat air keramat yang dinamakan tirta kamandalu, yaitu air yang merupakan sumber kehidupan abadi. Demikian Tri Murti dilambangkan sebagai sumber dari segala kehidupan, sumber kemakmuran, dan segala kebahagiaan hidup di dunia. Berdasarkan keyakinan seperti di atas maka orang-orang Yogyakarta mewujudkan pandangannya tersebut ke dalam motif batik, dengan harapan agar mendapatkan berkah dari Tri Murti. Motif Meru ini selain dituangkan dalam lukisan batik, biasanya...
Dahulu para lelaki juga memakai batik yang memiliki pesan dan filosofi yang bersifat ksatria. Motif dari Yogyakarta, yaitu motif Satria Wibawa. Dari namanya saja kita sudah bisa menyimpulkan bahwa batik tersebut memiliki karakter yang menggambarkan seseorang yang gagah perkasa dan memiliki perawakan dan perwatakan yang baik dan mulia. Ditambah lagi, motif Satria Wibawa memiliki pewarnaan khas Yogyakarta yang menunjukkan bagaimana kekuatan yang besar yang tersimpan di dalam batik tersebut. Motif belah ketupat dengan empat sudut geometris ini memang terlihat gagah dan elegan untuk dipakai. Memiliki warna gelap dengan sgan yang tidak terlalu kekuningan semakin menambah energi yang ada pada batik tulis tersebut, dan sekarang mungkin semakin langka untuk didapatkan. Sumber: https://infobatik.id/batik-yogyakarta-motif-batik-klasik-satria-wibawa/
Dalam berbagai motif batik , motif parang adalah salah satu motif yang sangat tua. Dengan berbagai macam klasifikasi tersendiri motif parang merupakan motif yang elegan dan mewah. Disamping itu motif ini merupakan salah satu motif klasik yang bisa dipadukan dengan motif batik lain. Kata Parang berasal dari Pereng atau lereng atau tebing yang memiliki bentuk garis diagonal sebagaimana yang ada dalam motif batik ini. Motif parang tetapi memiliki ukuran yang lebih ringkas dan rapi, terlihat lebih kecil daripada motif parang lainnya Banyak digunakan oleh ksatria yang memiliki perawakan halus dan bijaksana, salah satunya adalah kembar Nakula dan Sadewa dalam tokoh pewayangan memakai motif batik jenis ini Sumber: https://infobatik.id/batik-yogyakarta-motif-batik-parang-klithik-ringkas/
Motif Parang Centong atau juga disebut Centung merupakan ragam hias Parang yang memiliki bentuk seperti centong (alat mengambil nasi). Ada juga yang berpendapat bahwa parang centong (centung) artinya “wis ceta macak” (sudah pandai merias diri), sehingga sangat cocok dikenakan oleh wanita dewasa. Jika ditilik dari arti kata sudah pandai merias diri, maka motif batik ini sangat cocok untuk wanita yang sudah menginjak dewasa, sehingga dia akan lebih terlihat cantik. Motif batik ini biasanya banyak dipakai untuk menghadiri acara pesta pernikahan dan juga digunakan untuk acara Pitonan, yakni upacara tujuh bulanan pada janin saat hamil. Pada motif ini, ragam hias parangnya memiliki bentuk seperti centong. Sumber: https://infobatik.id/batik-yogyakarta-parang-centung-centong-hias/
Sawat, motif ini sangat sering sekali bisa ditemui karena banyak orang memakai baju batik dengan motif ini. Sawat berarti melempar. Pada zaman dulu, orang Jawa percaya dengan para dewa sebagai kekuatan yang mengendalikan alam semesta. Salah satu dewa tersebut adalah Batara Indra. Dewa ini mempunyai senjata yang disebut wajra atau bajra, yang berarti pula thathit atau kilat. Senjata pusaka tersebut digunakan dengan cara melemparkannya atau Jawa: nyawatake. Bentuk senjata Batara Indra tersebut menyerupai seekor ular yang bertaring tajam serta bersayap (Jawa: mawa lar). Kegunaan : Busana Daerah dan Di gunakan untuk dipakai di acara resmi. Makna Filosofis : Bila dipakai menjadikan suatu wibawa Sumber: https://infobatik.id/batik-yogyakarta-latar-putih-cantel-sawat-gurdo/