Kain Jarit, yaitu kain panjang batik yang biasa dikenakan perempuan, menggambarkan persawahan. Ujungnya dihiasi motif tumpal dengan pola barisan pucuk rebung.
Batik Sisihan, memiliki dua pola motif dalam desainnya: pola tenun di satu sisi dan pola batik di sisi lainnya sekaligus. Motif ini agak mirip dengan motif batik pagi-sore di kawasan lain di Jawa Timur.
Kain yang biasa dikenakan perempuan, tapi tanpa motif tumpal. Makna motif ini berkaitan dengan regenerasi, biasa dikenakan perempuan setelah masa menopause. Motif ini kerap pula digunakan sebagai kain penutup dalam upacara pernikahan atau pemakaman.
Motif kain Kulit Blungkon, merupakan motif pada kain tenun dari katun. "Kulit Blungkon" artinya "kulit labu" sebagaimana digambarkan dalam motifnya. Kain bermotif ini kerap digunakan sebagai bahan luar dari pakaian laki-laki.
Kain Lurik Kembangan menggambarkan motif floral yang mekar. Biasa digunakan kaum pria berkeluarga yang memiliki lahan tani yang produktif.
Batik lurik, merupakan bentuk paduan motif tenun lurik dengan motif batik. Ini merupakan teknik dekoratif paling awal dari desain tenun lurik di Jawa. Di dalam kotak-kotak lurik dibubuhkan motif titik-titik batik dengan proses pelilinan yang menggunakan bambu. Dikatakan teknik batik ini telah menurun sejak masa kolonial Belanda tahun 1870.
Batik Aceh Motif Batik Aceh dodominasi oleh permotifan sulur-suluran bergaya Melayu dan motif khasnya, yaitu "pintu Aceh". Kerajinan rakyat ini mulai berkembang semenjak 2006 dan telah menjadi ciri khas tradisi masyarakat Aceh.
Batik Ganasan Subang merupakan seni batik yang muncul belakangan oleh inspirasi dan kekayaan seni serta alam yang bukan saja memiliki keindahan semata tetapi juga sarat dengan nilai-nilai luhur serta falsafah hidup. Corak pada batik ganasan mengambil bentuk-bentuk seperti Nanas/Ganas, Wisma Karya, Baobab/Kitambleg, dan sebagainya yang memberikan simbolisasi akan kehidupan masyarakat Subang, Jawa Barat. Workshop/Showroom Batik Ganasan: Jl. Raya Cicadas - Binong No. 13, Subang 41253
Kawung diambil dari nama pohon kolang-kaling (buahnya). Artinya dalam kaweruh Jawi melambangkan ajaran sangkan paraning dumadhi. Atau ajaran terjadinya kehidupan manusia menurut Kejawen. Sedulur papat lima pancer. Pada awal Surakarta batik Kawung dipakai untuk kerabat Raja saja. Setelah mataram terbagi menjadi dua (Yogjakarta dan Surakarta) batik ini digunakan orang yang berbeda. Di Surakarta dikenakan kerabat Ponokawan (dalam pewayangan/abdi dalem). Sedangkan di Yogyakarta digunakan oleh abdi Sentana Ndhalem. Batik Kawung yang diambil dari ornamen buah pohon kolang-kaling mempunyai nilai filosofis mengisyaratkan supaya eling (ingat) kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beberapa jenis Batik Kawung adalah Kawung Picis (diambil dari nama uang 10 sen), batik Kawung Bribil (uang pecahan 25 sen) dan batik kawung sen (uang pecahan 1 sen). Selain itu, secara umum, motif Kawung juga sering dikaitkan dengan filosofi bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejek...