Tahu Slawi biasa dijadikan camilan saat moci , alias minum teh poci sebagaimana istilah orang Tegal. Banyak versi namanya, dari tahu aci hingga tahu kuping. Disebut kuping karena bentuk isi tahu membuat tahu seperti ‘bertelinga'. Bahan: 10 buah tahu kuning ukuran 6 x 6 cm 100 ml air Minyak sayur, untuk menggoreng Isi: 250 g tepung tapioka 1 100 ml air 4 siung bawang putih, cincang halus 2 batang bawang daun, iris halus 1 sdt garam ½ sdt merica putih bubuk ½ sdt gula pasir Sambal kecap, campur rata: 5 sdm kecap manis 5 buah cabai rawit merah, haluskan ½ sdt air jeruk nipis Pelengkap: 20 buah cabai rawit hijau Cara membuat: 1. Belah tahu secara diagonal. 2. Keruk bagian tengah tahu menggunakan sendok. Sisihkan. Haluskan tahu yang telah dikeruk. Sisihkan. 3. Aduk rata se...
Kresna merupakan tokoh pendukung dan pelindung (pengayom) tokoh yang memiliki sifat benar, utama, dan adil, yaitu tokoh Pandawa. Ia juga sebagai tokoh penjaga dan pemelihara alam semesta. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya suku Jawa, tokoh Kresna sudah tidak asing lagi. Tokoh Kresna sudah lama muncul dalam Sastra Jawa Kuno dan Jawa Baru. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan tokoh Kresna. Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan sifat tokoh Kresna dalam karya sastra Jawa serta mengapa tokoh Kresna tampil dengan berbagai wujud dalam masa yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan mendapatkan keterangan selengkapnya tentang objek yang diteliti, yaitu peran dan sifat tokoh Kresna dalam karya sastra Jawa. Untuk itu, penelitian bersifat deskriptif. Selain itu, juga dicari kemungkinan hubungan keterangan dan dilakukan pengkajian peran dan sifat tokoh Kresna dari suatu sumber data dengan sumber data lainnya dengan menggun...
Semar adalah nama tokoh punakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan wiracarita Mahabharata dan Ramayana dari India. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut (berbahasa Sanskerta), karena tokoh ini merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa. Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar selalu tersenyum, tetapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tetapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tetapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.
Nakula dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat). Ia merupakan putra keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastinapura dengan permaisuri Dewi Madri, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa. Nakula juga mempunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa (Yudistira), Bima alias Werkudara dan Arjuna Nakula adalah titisan Batara Aswin, dewa tabib. Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mempunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai cupu berisi Banyu Panguripan atau "Air kehidupan" pemberian Batara Indra. Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan r...
Dalam pewayangan Jawa, Sadewa dikisahkan lahir di dalam istana Kerajaan Hastina, bukan di dalam hutan. Kelahirannya bersamaan dengan peristiwa perang antara Pandu melawan Tremboko, raja raksasa dari Kerajaan Pringgadani. Dalam perang tersebut keduanya tewas. Madrim ibu Sadewa melakukan bela pati dengan cara terjun ke dalam api pancaka. Versi lain menyebutkan, Sadewa sejak lahir sudah kehilangan ibunya, karena Madrim meninggal dunia setelah melahirkan dirinya dan Nakula. Sewaktu kecil, Sadewa memiliki nama panggilan Tangsen. Setelah para Pandawa membangun Kerajaan Amarta, Sadewa mendapatkan Kasatrian Baweratalun sebagai tempat tinggalnya. Istri Sadewa versi pewayangan hanya seorang, yaitu Perdapa putri Resi Tambrapetra. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak bernama Niken Sayekti dan Bambang Sabekti. Masing-masing menikah dengan anak-anak Nakula yang bernama Pramusinta dan Pramuwati. Versi lain menyebutkan Sadewa memiliki anak perempuan bernama Rayungwulan, yang baru muncul jauh se...
Riwayat hidup Drona dalam pewayangan Jawa memiliki beberapa perbedaan dengan kisah aslinya dari kitab Mahabharata yang berasal dari Tanah Hindu, yaitu India, dan berbahasa Sanskerta. Beberapa perbedaan tersebut meliputi nama tokoh, lokasi, dan kejadian. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar sebab inti ceritanya sama. Perlu digarisbawahi juga, bahwa kepribadian Drona dalam Mahabharata berbeda dengan versi pewayangan. Resi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempun...
Sumber: https://sajogyo-institute.org/wp-content/uploads/2016/05/Shohibuddin-dan-Luthfi.-2010.-Landreform-ala-Ngandagan.pdf
Kamus Bahasa Jawa sumber: https://www.pdfdrive.com/bahasa-jawa-d58611779.html
Kemiringan pulau Jawa mulai membuat khawatir para dewa di kahyangan. Mereka khawatir seisi pulau Jawa akan tenggelam ke laut selatan. Tidak hanya manusia yang akan tenggelam, tapi juga binatang-binatang liar. Para dewata akhirnya berunding guna mencari solusi permasalahan ini. Setelah sekian lama berunding, akhirnya para dewata sepakat untuk menggunakan Gunung Jamurdwipa sebagai pemberat pulau Jawa. Para dewa berencana untuk memindahkan Gunung Jamurdwipa ke tengah-tengah pulau Jawa agar kondisi tanahnya menjadi seimbang. Para dewa kemudian memberitahu mahluk-mahluk gaib penghuni Gunung Jamurdwipa untuk pindah, karena Gunung Jamurdwipa akan diangkat dan dipindahkan ke pulau Jawa. Begitu pula dengan wilayah pulau Jawa di bagian tengah, para dewa mengutus Dewa Panyarikan dan Batara Narada untuk memberitahu penghuni tempat tersebut agar pindah. Di bagian tengah pulau Jawa, yang berupa hutan belantara, tinggal dua orang empu ahli pembuat keris bernama Mpu Permadi dan Mpu Rama. Keduanya...